Beranda / Romansa / Balada Duda - Janda / Bab 131 - Bab 140

Semua Bab Balada Duda - Janda: Bab 131 - Bab 140

165 Bab

131. Cemburu Buta

Tama masih berdiri menatapi punggung Rubi hingga gadis itu masuk ke dalam salah satu tenda. Sudut bibirnya masih mengembang, ingin membohongi diri sendiri namun kenyataannya, rasa itu tetap ada. "Tama," panggil Casey dari arah belakang tubuh Tama. Tama memutar tubuhnya, gadis berambut panjang itu pun mendekatinya. "Darimana aja, aku nungguin dari tadi," kata Casey. "Ngeliatin Kayma, tapi sekarang udah selesai acaranya." "Ya ampun, Kayma kan sudah besar. Lagian rame orang nggak mungkin juga dia kenapa-kenapa," ujar Casey. "Ya kan memang tujuan aku kesini di suruh Bunda untuk liatin Kayma. Kalian darimana?" tanya Tama. "Kita dari toilet, ya udah aku duluan ya," ujar Laura meninggalkan Tama dan Casey berdua. "Lama banget sih, Tam. Aku kan ikut kemah ini karena ada kesempatan bedua sama kamu, eh kamu malah ngurusin adik kamu itu," ujar Caset dengan wajah cemberut. "Aku sendiri nggak tau kalo kamu ikut, lagian ngapain sih kamu nggak terbiasa kemah-kemah begini." "Apa salahnya Ta
Baca selengkapnya

132. Kunjungan Casey

"Hoodie kamu?" Casey menatap Tama lalu bergantian menatap Kayma yang kebingungan karena berada di antara dua orang yang salah satunya sedang dalam keadaan cemburu buta."Mas balik ke kemah ya, nanti kalo ada apa-apa kasih tau, Mas," ujar Tama lalu pergi melangkah meninggalkan tenda Kayma.Casey yang merasa di acuhkan mengejar Tama diikuti dua temannya yang lain, yang sebelum meninggalkan Kayma mereka sempat melemparkan pandangan sinis."Tama!" Casey mengejar langkah Tama, lalu menarik lengan lelaki itu. Tama menghentikan langkahnya, dia tarik napasnya panjang."Apa, Cas?""Maksud kamu apa sih sebenarnya?" "Maksud yang mana?" Tama semakin tak suka dengan cara Casey seperti menuduhnya."Kamu ada di tenda Kayma!""Memang kenapa? salah?""Ya salah ... jelas salah! Aku nunggu in kamu di tempat kita ternyata kamu malah asik-asik di dalam tenda sama Kayma.""Kayma adik aku, Cas ...!" jawab Tama geram."Tapi kalian nggak sedarah, ingat itu Tama ... kalian hanya saudara tiri, tidak ada hubung
Baca selengkapnya

133. Di Siksa Perasaan

"Kay." Suara Rubi membuat Kayma memutuskan pandangan matanya ke arah Tama. Kayma masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu teras balkon. "Iya, Bun." "Bunda kira Kay tidur." Rubi duduk di sisi tempat tidur Kayma di susul oleh gadis itu pula sambil memeluk guling. "Bunda bawain scrub dan masker buat Kay, biar kulit wajahnya jadi lembab dan nggak kusam lagi." Rubi memberikan dua benda itu pada Kayma. "Untuk kulit Kay nggak bahaya?" "Enggak, ini ringan kok hanya scrub dan masker." "Makasih, Bunda," ucap Kayma. "Kay, Bunda boleh tanya sesuatu sama Kay." "Tentang apa, Bunda?" "Teman Tama tadi, kenapa Kayma keliatannya nggak begitu suka dengan Casey?" "Oh ...." "Kalian pernah ribut?" "Enggak Bun, enggak ada apa-apa cuma saja Kay risih kalo liat Casey sama Mas Tama. Casey suka atur-atur Mas Tama. Masa Mas Tama deket-deket Kay nggak boleh. Kan aneh," ujar Kayma. "Kok gitu?" "Enggak tau, aneh emang," celetuk gadis itu. "Kay sudah punya pacar di sekolah?" "Ya ampun, Bun ... mana
Baca selengkapnya

134. Tawaran Dimas

"Di siksa?""Perasaan," ucap Tama dengan tatapan mata yang begitu dalam."Siapa?" tanya Kayma.Tama hanya diam dan menunduk, hingga bakso dan minuman yang mereka pesan datang pun Tama masih terdiam."Mas Tama suka sama cewek lain?" Pertanyaan yang semakin membuat hati Kayma sakit."Iya," jawab Tama sambil mengaduk es teh di hadapannya."Yaah ...." Suara kecewa itu terdengar lirih."Kenapa?" tanya Tama."Kok Mas Tama gitu, harusnya kalo suka cewek lain selesaikan dulu sama Casey, nggak bisa langsung gitu aja. Itu namanya menyakiti hati wanita," ujar Kayma."Masalahnya Mas nggak tau harus gimana, Kay. Mas juga nggak tau perasaan Mas ini benar-benar atau hanya sekedar suka. Mas juga nggak tau apa cewek itu juga suka sama Mas," ucap Tama."Mas harus yakin diri Mas dulu, sebenarnya Mas gimana sama dia dan jangan lupa Mas harus selesaikan dengan Casey atau Mas bakal nyakitin hati dua orang cewek sekaligus," ucap Kayma sambil menelan ludahnya kasar dan dengan sadar hatinya seperti teriris."
Baca selengkapnya

135. Pikiran Yang Berkecamuk

Rubi menanggalkan pakaiannya, dia merangkak naik ke atas tubuh Regantara yang sudah tertidur pulas. Saat dia tinggalkan sebentar untuk membacakan Qiara dongeng,, Regantara masih asyik mengerjakan pekerjaan di laptop. Mungkin terlalu lama menunggu, Regantara memutuskan untuk tidur lebih dulu.Regantara tersadar saat dia merasakan basah di bibirnya, serta sentuhan hangat Rubi menelusuri lekuk tubuhnya. Mata Regantara terbuka mendapati istrinya sudah duduk di atas tubuhnya dengan tubuh tanpa sehelai benangpun.Regantara tersenyum, dilihatnya istrinya dengya tubuh polos begitu mengundang hasrat kelakiannya. Tangan Regantara naik ke atas paha mulus milik Rubi, Rubi mengikat tinggi rambutnya hingga leher jenjang itu semakin membuat Regantara tak dapat menahan rasa di bagian sensitifnya. Dada Rubi menegang kala Regantara menyentuh lembut, kepala Regantara terangkat, tangannya menangkup dada sang istri, sesekali menyesap puncak dada itu secara bergantian. Rubi mendesah, tangan Regantara meny
Baca selengkapnya

136. Hati Yang Egois

"Bunda kemana, Uti?" tanya Kayma siang itu saat mereka baru saja pulang sekolah. "Bunda ke rumah sakit," jawab Widya. "Bunda sakit?" tanya Tama yang muncul dari balik tubuh Kayma. "Bulek Yanti, melahirkan ... jadi Bunda kalian buru-buru ke rumah sakit. Ganti baju sik ... lalu makan, Uti mau tidur siang dulu," ujar Widya berjalan pelan dengan tongkatnya. "Iya, Uti," jawab keduanya. Kayma dan Tama menaiki tangga menuju kamar mereka, sementara suara Arsa dan Qiara berada di balkon teras lantai dua sedang bermain. "Mas, ngapain ikutin Kay?" tanya Kayma saat membalikkan tubuhnya Tama masih berada di belakang Kayma. "Emang nggak boleh ngikutin kemana pacarnya pergi," ujar Tama membuat Kayma tersipu malu. "Pacar apaan." Kayma menunduk malu, Tama tertawa kecil lalu meraih tangan Kayma masuk ke kamar gadis. Bukan satu dua kali Tama berada di kamar Kayma. Tama sering ke kamar ini jika sedang bersama-sama dengan kedua orangtuanya atau sekedar menemani Qiara atau Arsa bermain di sini. Ta
Baca selengkapnya

137. Malaikat Kecil Bono

Bono memandangi wajah malaikat kecil di dalam dekapannya. Bayi mungil dengan bulu mata yang lentik, hidung yang mancung itu meluluhkan hatinya ketika tiga jam yang lalu hadir ke dunia ini. "Cantiknya," ucap Rubi ikut memandangi bayi perempuan itu. "Selamat ya, Bon. Selamat jadi Bapak.""Makasih, Mbak ....""Menik sedang menemani Yanti di ruang recovery, kamu nggak mau nemenin gitu?" "Nanti aja, Mbak. Masih mau di sini," ujar Bono."Kepincut ya?" Rubi tersenyum lalu menepuk pundak Bono dan meninggalkan lelaki itu. Wajah murni tanpa dosa, mana mungkin Bono bisa menolaknya."Aku sudah lihat," ucap Bono saat menemui Yanti setelah masuk ke ruang rawat inap."Kamu sudah lihat? Cantik, kan?" Menik menatap Bono, Bono tersenyum dia mengangguk dan merangkul Menik."Kasih aku tiga bulan ya, Bon," lirih Yanti."Aku nggak akan menahan-nahan anakmu, Yan ... kamu ibunya, kamu berhak atas dia dan kapan pun kamu ingin bersamanya.""Aku akan melakukan yang terbaik untuk kita bertiga," ujar Yanti meng
Baca selengkapnya

138. Goresan Cerita

"Papa ...." Tama mendapati Regantara berada di dapur sedang memakan kudapan di tengah malam."Tama? Belum tidur?" "Besok libur, Pa ... kan tanggal merah, Tama mau ambil susu," ujar Tama membuka lemari pendingin. "Papa baru pulang?""Setengah jam lalu, Bunda udah tidur tapi Papa kelaparan." Begitulah Regantara, dia tak akan tega membangunkan istrinya hanya untuk sekedar menyiapkan makanan untuknya. " Duduk sini, temani Papa.""Pa, besok Tama ajak Kayma ke apartemen Ayah, boleh?""Boleh dong ... oh ya, sudah di pikirkan tawaran ayah Dimas?""Sudah, Pa ....""Semoga keputusannya tepat, ya. Papa hanya bisa mensupport Tama, memberikan kepercayaan untuk Tama. Masa depan itu Tama yang menentukan.""Iya, Pa ... untuk saat ini Tama memilih tetap tinggal di Indonesia, sama Papa sama bunda dan adik-adik.""Oh, jadi Tama memutuskan untuk meneruskan sekolah di sini?""Iya, Pa."Regantara mengangguk-angguk, tak di sangkanya Tama akan memilih meneruskan kuliah di Indonesia dan menolak tawaran Dimas
Baca selengkapnya

139. First Love

Riuh tawa renyah suara anak-anak kecil membangunkan Kayma dari tidurnya, hawa dingin pagi itu membuatnya enggan beranjak dari tempat tidur. Namun tawa lepas itu menggelitiknya untuk melihat ke arah luar. Tama sedang bermain dengan kedua adiknya di kolam renang. Hawa dingin begini bagi Amara dan Arman sudah sangat terbiasa untuk mereka yang tinggal di luar negeri. "Mas Tama, Amara mau makan dulu ya. Mas Tama jangan kemana-mana, ya." "Arman juga ah mau makan dulu, nanti berenang lagi," ujar bocah berusia tiga tahun dengan bahasa cedalnya. "Ya, Mas tunggu di sini ya ...." Tatapan mata Tama mengarah pada Kayma yang sudah berdiri di ambang pintu kaca tak jauh dari kolam dimana dia berada. Gadis itu membungkus dirinya dengan selimut putih tipis. "Sini." Tama melambaikan tangannya, meminta Kayma untuk mendekat. "Berenang?" "Enggak ah, dingin. Pasti airnya kayak es ...." "Enggak ... coba deh, airnya hangat." Kayma menyentuhkan kakinya sedikit masuk ke kolam renang, dan benar saja
Baca selengkapnya

140. Ketahuan ... Lagi

"Bunda perhatikan akhir-akhir ini Tama dan Kayma sudah semakin akur, udah jarang berdebat, pergi sekolah sekarang juga sama-sama terus. Bunda senang liatnya," ujar Rubi pada Tama sore itu saat menjemputnya di resto."Masa mau ribut terus sih, Bun," ujar Tama menyalakan mesin mobilnya. "Kita langsung pulang?""Mampir beli mie ayam dulu deh, tadi Uti pesan itu katanya kangen makan mie ayam legend di Semarang."Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju salah satu tempat kuliner yang ramai di kunjungi. "Teman Tama yang waktu itu kenapa nggak pernah datang lagi ke rumah?""Casey? Sudah nggak, Bun.""Putus? Baru juga sekali ke rumah kok tiba-tiba putus.""Justru karena baru sekali Bun, biar nggak terlalu sering dan akrab nanti malah susah."Rubi tersenyum, "ada-ada aja, terus sekarang Tama fokus belajar dong. Kan sebentar lagi ujian, Bunda sih nggak muluk-muluk minta ke Tama. Cuma berbuatlah sesuatu yang membanggakan orang tua. Bunda, Papa dan Ayah selalu mendukung apapun yang menjadi ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status