Home / Romansa / Balada Duda - Janda / Kabanata 141 - Kabanata 150

Lahat ng Kabanata ng Balada Duda - Janda: Kabanata 141 - Kabanata 150

165 Kabanata

141. Mengurungkan Niat

"Malam ini kita ke bioskop yuk, Yang," ujar Bono. "Sebelum kita di sibukkan dengan pergantian shift jaga malam." "Haha ... Mas Mas, kamu tuh kayak kerja shifting aja. Tapi boleh juga sih, kita sudah lama nggak nonton. Dua hari lagi Sekar bareng kita jadi pasti waktu kita akan terbagi buat Sekar." "Midnight, ya. Biar romantis kayak pacaran," ujar Bono. Malam itu memang malam spesial untuk Bono dan Menik, sudah bertahun-tahun menikah dan belum mempunyai momongan dan dua hari akan mulai merawat anak dari sahabatnya, maka Bono mengidekan untuk menghabiskan waktu bersama sang istri. "Eh Mas, itu Tama dan Kayma kan?" Menik tanpa sengaja melihat Kayma dan Tama masuk ke bioskop yang berbeda dari mereka. "Iya, hanya berdua atau sama teman-temannya?" "Sepertinya berdua ah tapi nggak tau juga, mungkin sama-sama temannya," ujar Menik. "Ya sudah nanti kalo ketemu setelah nonton kita sapa," ujar Bono. Setelah dua jam menikmati film, Bono dan Menik berjalan menuju basemen. Karena malam, Bono
Magbasa pa

142. Gara-gara Taruna

"Tama ... Tama ...." Banyak siswi meneriakkan nama Tama saat pertandingan basket antar sekolah pagi itu. Termasuk Kayma yang berdiri di ujung lapangan bersama Hesti. "Ya ampun, aku bersedia jadi kakak iparmu, Kay. Mas Tama ganteng banget," ujar Hesti mengamati setiap gerak gerik Tama. "Katanya putus ya sama Casey, bagus deh ... mereka nggak cocok, tetep cocoknya sama aku," kata Hesti lagi sambil bersorak dan meloncat-loncat ketika Tama bisa memasukkan bola dengan three points. "Yes," ucap Kayma saat Tama memasukkan bola, Tama melihat ke arah Kayma dan tersenyum. "Mas Tama senyum ke aku, Kay," sorak Hesti. "Hooh iya in aja," kekeh Kayma. "Itu Casey ngapain ngeliatin kita." "Biarin aja, mungkin iri sama kamu yang di senyumin Mas Tama," goda Kayma. "Kalo nggak jodoh yo mau apa, kok yo maksa si Casey, dasar bule ...," gerutu Hesti. "Hush ... biarin aja," kata Kayma. "Go ... Mas Tama Go ...," teriak Hesti begitupun dengan Kayma. Riuh tepuk tangan kembali terdengar ketika tim Tam
Magbasa pa

143. Pillow Talk

Tama menunggu Rubi di meja bar resto sore itu, sementara Kayma menghampiri Rubi yang berada di dalam ruangan kerjanya. Arsa dan Qiara seperti biasa menikmati honey cake yang menjadi cake legend yang ada di resto ini setelah risoles pastinya yang menjadi kesukaan Regantara. "Hai, Tam ...." Bono menepuk pundak Tama. "Kalo udah gede itu sekarang minumnya kekinian ya," uajr Bono, melihat minuman yang tersaji di hadapan Tama. "Pakde tau aja, masa Tama minumnya es teh terus," kekeh remaja satu ini. "Aaku juga mau dong, Yang ... buatin sama kayak Tama," pinta Bono pada Menik yang menatapnya tajam berharap apa yang Bono ceritakan beberapa hari lalu jangan dulu suaminya itu katakan secara langsung pada Tama. "Gimana basket?" "Lancar Pakde, kemarin baru menang lagi." "Keren ... Pakde jadi inget dulu waktu kamu kecil suka nganterin Tama latihan basket. Sekarang mungkin Tama udah sering nganterin pacarnya kemana-mana," sindir Bono. "Pakde bisa aja," ucap Tama malu-malu. "Pasti udah punya
Magbasa pa

144. Pengakuan Tama

"Akhirnya, selesai juga ujian terakhir ini," ucap Argo menghempaskan bokongnya di kursi panjang kantin. "Tinggal nunggu nilai, banyak-banyak berdoa, Go," ujar Bayu menepuk pundak sahabatnya yang memang sangat tengil itu. "Dia nggak doa aja pasti lulus kok, Bay ... jalur orang dalam lebih valid," kekeh Satrio. "Sembarangan, ini hasil usahaku sendiri," gerutu Argo lalu memanggil pelayan kantin untuk mendengarkan makanan apa yang akan dia pesan. "Vibes nya memang beda yo nek anake Sultan ki," kekeh Bayu. "Lambe mu Bay, tak cocok saos mau," geram Argo. "Rencana kalian setelah lulus gimana?" tanya Tama yang sedari tadi hanya memainkan pipet di botol minumannya. "Aku ya pasti nyoba negeri dulu, Tam ... nggak lolos ya pake jalur mandiri nggak lolos lagi ya swasta," jelas Satrio. "Aku idem ... kurang lebih sama, nggak tau kalo Argo," ujar Bayu menunjuk Argo dengan dagunya. "Go, kamu gimana?" "Enggak tau, Tam ... aku kok nggak ada minatau nerus kuliah. Nerus nggak nerus ya pasti nurut
Magbasa pa

145. Bagaimana ini?

"Kita tunggu Regantara, mungkin sebentar lagi sampai," ucap Rubi sore itu ketika Dimas dan Ayu datang ke restonya."Besok kalian berangkat?" tanya Rubi menatap Dimas dan Ayu bergantian"Iya, Bi ... pesawat pagi," ucap Ayu."Regantara mungkin sibuk, ya ... kalo gitu aku sampaikan—" "Maaf lama menunggu," ucap Regantara yang datang dengan mengecup pucuk kepala Rubi lalu bergantian menjabat tangan Dimas dan Ayu. "Jalanan padat, mungkin karena musim liburan," katanya lagi."Enggak apa-apa, Re ...." Dinas pun tersenyum."Jadi, kita membahas apa kali ini?" tanya Regantara masih dengan candaannya."Sebelumnya aku minta maaf kalo ini akan terdengar tidak mengenakan, tapi apapun itu kita butuh jalan keluar untuk membicarakannya," kata Dimas sedikit serius."Ya, silahkan teruskan." Regantara memberikan ruang untuk dimasa mengutarakan maksud dan tujuan pertemuan ini."Mengenai Tama dan Kayma," ucap Dimas."Ada apa dengan anak-anakku?" Nada bicara Rubi sedikit meninggi karena rasa penasaran."Rub
Magbasa pa

146. Melepaskanmu

Langkah Tama terhenti kala suara Regantara terdengar begitu dekat saar dia akan menaiki anak tangga menuju kamarnya. "Darimana, Tama?" tanya Regantara yang ternyata duduk di ruang keluarga. "Papa ... Tama dari mm ... pergi makan sama Kayma," ucapnya gugup tidak seperti biasa. "Papa mau bicara sama Tama, kita ke ruang kerja Papa." Regantara melangkah lebih dulu di susul oleh Tama di belakangnya. Raut wajah Regantara kali ini lebih serius dari biasanya. Sementara Tama seperti sudah mengetahui apa yang akan dikatakan oleh Regantara. "Duduk," titah Regantara. Regantara menatap dalam lelaki yang sedang beranjak dewasa itu. Kepala yang menunduk seakan enggan membalas tatapan lelaki yang selama ini menganggapnya seperti anak sendiri. "Tama ingat pertama kali Tama masuk ruangan ini kita membicarakan sesuatu yang serius?" "Ingat, Pa." Ingatan Tama kembali saat dia duduk di kelas tiga SMP, kala itu Tama melakukan kesalahan karena sudah membuat seorang siswa babak belur. Bukan karena kes
Magbasa pa

147. Maafin Aku

"Aku minta maaf karena tidak bisa mendidik Tama dengan baik," ujar Rubi malam itu saat dirinya dan Regantara berbaring di tempat tidur. "Jangan menyalahkan diri sendiri, kita nggak pernah tau apa yang terjadi. Semua diluar kuasa kita, Sayang." Regantara memeluk erat tubuh istrinya. Helaan napas Rubi begitu berat, rasa bercampur aduk di dalam hatinya, termasuk malu kepada Regantara. "Jangan khawatirkan mereka, aku yakin mereka bisa memutuskan yang terbaik buat keluarga ini. Kamu tau Sayang, saat ini mereka masih merasakan cinta itu tumbuh begitu manis. Umur mereka seiringnya waktu akan bertambah, maka pikiran mereka pun akan terbuka. Masa depan mereka masih sangat panjang, di depan sana banyak sekali kemungkinan yang terjadi, termasuk bertemu dengan orang yang tepat." "Jadi menurut kamu, mereka sekarang masih labil?" Rubi mengangkat kepalanya menatap Regantara. "Iya, aku yakin mereka akan menemukan orang yang tepat. Sekarang mungkin kesedihan itu akan selalu ada, namun seiring wak
Magbasa pa

148. Benar-benar Pergi

"Opo?" Hesti terkejut mendengar cerita Kayma siang itu. "Jadi selama ini kalian diam-diam menjalin hubungan, astaga." Kayma hanya mengangguk lesu, dia harus bercerita dengan seseorang tentang apa yang hatinya rasakan sekarang. Kalau dulu mungkin Tama orang yang selalu mendengarkan keluh kesahnya, namun sekarang orang yang dia sayang pun memutuskan untuk pergi dari dirinya. "Ya ampun, Kay. Sing sabar ya ...." Hesti berulang kali mengelus punggung sahabatnya. "Seandainya aku tau akhirnya bakal begini, Hes ...." Kayma menutup wajah dengan kedua tangannya dan mulai terisak. Tubuhnya bergetar, sesak di dadanya sekarang membuncah tak lagi tertahan. "Ya ampun, Kay ...." Hesti ikut menangis memeluk sahabatnya itu. "Sakit, Hes," ucap Kayma tertatih. "Dia beri aku cinta lalu dia pergi seakan cinta itu nggak pernah ada." "Kay, please udah," bisik Hesti berusaha menenangkan Kayma. "Jodoh kalian hanya sampai di sini." Isak tangis Kayma meluapkan emosi dan kesedihan mewarnai sore itu. Semakin
Magbasa pa

149. Di Kehidupan Lain

"Kay berangkat ya, Bun," ucap Kayma lalu mencium pipi Rubi kemudian beralih pada Regantara. "Bekalnya jangan lupa di makan, pulang jangan terlalu sore. Hari ini nggak ada ekstra kan?" tanya Rubi memastikan. "Siap, Bunda. Hari ini ada pelajaran tambahan, di kelas dua ini Kay sepertinya bakal banyak kegiatan, Bun." "Ya sudah, enggak apa-apa. Asal positif, ya." Regantara mengeluarkan dompetnya lalu memberikan beberapa lembar uang seratus ribu pada Kayma. "Buat apa, Pa?" "Reward karena anak Papa jadi wakil dari sekolah memenangkan olimpiade Matematika minggu kemarin," ujar Regantara. "Asik ... makasih, Pa. Kay, jalan ya." Kayma berjalan melenggang meninggalkan kedua orangtuanya. Lima bulan sudah berlalu semenjak kepergian Tama ke Belanda. Kayma kembali menjadi gadis yang periang, teman-temannya pun bertambah banyak. Kayma menyibukkan diri dengan mengikuti banyak aktivitas. "Makasih, Pak Soleh," ucap Kayma sebelum turun dari mobilnya. "Hai, Kay," panggil Hesti. "Tugas kemarin u
Magbasa pa

150. Takdir dan Harapan

Rubi masih asyik mengerjakan pekerjaannya di laptop sore itu, dan tanpa dia sadar seorang sahabat lama mendatangi ruang kerjanya. "Sudah sore, masih sibuk aja," ucap Inggit yabg berdiri di ambang pintu dengan membawakan dua bungkus paper bag berisi roti dengan aroma kopi. "Inggit ... ya ampun, apa kabar?" Rubi beranjak dari tempat duduknya lalu bergegas mendatangi Inggit dan memeluk wanita itu erat. "Aku baik, semua baik. Kamu baru sampai Indonesia kemarin, aku sudah nggak sabar mau ketemu kamu." "Ya ampun, kita udah nggak ketemu berapa lama ya?" "Ojo mendramatisir baru 10 bulan, bahasa Jawa ku yo masih medog," kekeh Inggit. "Aku bawa ini, bikin kopi dong enak buat di cocolin ke kopi panas," ujarnya lagi lalu meletakkan roti itu ke atas meja. "10 bulan ya? Kok terasa seperti lama ya, Nggit." Rubi memanggil salah satu karyawannya meminta untuk dibuatkan kopi lalu menutup kembali ruangannya. "Iya, kabar terakhir yang aku dengar kan masalah Yanti dan Bono. Jadi gimana mereka?" "A
Magbasa pa
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status