Beranda / Romansa / Balada Duda - Janda / 150. Takdir dan Harapan

Share

150. Takdir dan Harapan

Penulis: Chida
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Rubi masih asyik mengerjakan pekerjaannya di laptop sore itu, dan tanpa dia sadar seorang sahabat lama mendatangi ruang kerjanya.

"Sudah sore, masih sibuk aja," ucap Inggit yabg berdiri di ambang pintu dengan membawakan dua bungkus paper bag berisi roti dengan aroma kopi.

"Inggit ... ya ampun, apa kabar?" Rubi beranjak dari tempat duduknya lalu bergegas mendatangi Inggit dan memeluk wanita itu erat.

"Aku baik, semua baik. Kamu baru sampai Indonesia kemarin, aku sudah nggak sabar mau ketemu kamu."

"Ya ampun, kita udah nggak ketemu berapa lama ya?"

"Ojo mendramatisir baru 10 bulan, bahasa Jawa ku yo masih medog," kekeh Inggit. "Aku bawa ini, bikin kopi dong enak buat di cocolin ke kopi panas," ujarnya lagi lalu meletakkan roti itu ke atas meja.

"10 bulan ya? Kok terasa seperti lama ya, Nggit." Rubi memanggil salah satu karyawannya meminta untuk dibuatkan kopi lalu menutup kembali ruangannya.

"Iya, kabar terakhir yang aku dengar kan masalah Yanti dan Bono. Jadi gimana mereka?"

"A
Chida

Terimakasih untuk semua teman-teman pembaca yang sudah dengan setianya menemani karya ini berjalan hingga akhir. Terimakasih juga untuk "Anies" salah satu pembaca yang setia mendengarkan keluh kesah serta menjadi pendengar setia untuk ide-ide tulisanku dan selalu direpotkan dengan translate bahasa Jawa di awal karya ini. Terimakasih bantuannya ya Untuk teman-teman pembaca yang lain juga terimakasih untuk kritik selama proses karya ini berjalan maafkan kalo sering ada typo ya, selogan penulis tidak ada yang sempurna itu memang layak disematkan hihihi semoga bisa kalian terima dengan lapang dada. Btw akan ada GA dari aku untuk kalian... Mungkin saja nama kalian salah satu diantaranya... Sering" pantengin story inst****ku ya akan ada woro-woro nanti disana. Dan jangan lupa tinggalkan komentar kalian serta rate bintang 5 di karya ini ya. Last but not least Semoga kita bertemu lagi dengan karya Chida yang lainnya... Sehat" semua ya matur tengkyuuh sekali lagi šŸ˜˜ Love Chida

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Nury
huwaaa tiba2 tamat..wkwkw. sabar menunggu Extra Part..wkwkw. taamaĆ a pasti pas plg ke indo gantengg
goodnovel comment avatar
Kus Hendarti
loh kok sdh tamat aja, kayak ada yg kurang endingnya, trs cerita tama sama kayma gimana?
goodnovel comment avatar
Hugo05622190
Endingnya kok.......terasa...ganjal ya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Balada Duda - JandaĀ Ā Ā Extra Part 1 : Mas Taruna

    Bel sekolah berbunyi, tepat pukul dua siang. Kayma membereskan buku-bukunya, di ambang pintu sudah berdiri Hesti yang menunggunya untuk bersama pulang. "Ayo," ujar Kayma sambil membenarkan tas punggungnya. "Naik motorku nggak apa-apa kan, Kay?" "Kamu kayak apa aja, Hes ... aku udah terlanjur bilang Bunda pulang sama kamu jadi Pak Soleh ngga aku suruh jemput. Memangnya kenapa naik motor, aku dulu samaā€”" Kayma terdiam, lagi-lagi ingatannya kembali pada Tama. "Ah lupain aja ... naik motor malah enak banyak angin," ujar Kayma sambil berjalan membuang pandangannya ke depan. "Inget Mas Tama ya? Sudah satu tahun, nggak kerasa ya, Kay." "Hhmm." "Dia benar-benar nggak pernah telpon?" Kayma menggeleng. "Sama sekali?" Kayma mengangguk. "Hhmm ... tapi menghubungi Bunda atau Om Regan? Arsa dan Qiara?" "Iya, kecuali aku ... mungkin memang caranya dia seperti itu. Sudahlah biarkan saja ... lagi pula orangnya udah move on kali, masa mau di paksa inget aku terus," kata Kayma mengambil helm

  • Balada Duda - JandaĀ Ā Ā Extra Part 2 : Ketemu Lagi

    "Yang mana? tanya Hesti penasaran. "Apa sih, Hes?" Kayma berusaha bersikap tak peduli. "Yang mana yang ngajakin ngobrol di toko buku?" "Aku tuh kadang suka nyesel kalo ngasih tau kamu tentang apa-apa," kekeh Kayma. "Yang mana toh, Kay. Jangan bikin penasaran." "Itu yang tengah yang agak lebih tinggi, dan berkulit sedikit lebih putih." "Ya ampun, sudah kuduga pasti yang lebih ganteng," kata Hesti. "Udah Hes jangan diliatin terus," ujar Kayma sambil menunduk malu melihat kelakuan sahabatnya itu. "Eh tapi kita nggak pernah tau loh, Kay." "Enggak pernah tau apa?" "Kalo jodoh kita itu jaraknya ternyata cuma lima sentimeter." "Ngaco ...." "Ora percoyo toh? Contohnya nih, ibu sama bapakku itu tetangga depan rumah." Kayma tertawa mendengar penuturan sahabat itu. Hesti memang selalu berhasil menghiburnya. "Jadi siapa tau, jodohmu atau jodohku ada di ruangan ini." Mata mereka serempak mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Beberapa pengunjung memang terlihat seorang diri asyik

  • Balada Duda - JandaĀ Ā Ā Extra Part 3 : Perkenalan

    "Ayah, Bunda ....""Nah, itu dia ... kemari, Saka," panggil Arkana."Maaf Saka terlambat, tadi sedikit macet di Simpang Lima," ujarnya."Saka kenalkan, ini teman Ayah. Salah satu pengusaha terkenal di Semarang.""Regantara," ujar Regantara menyambut uluran tangan pemuda berbadan tegap itu."Saka, Om," katanya sopan."Ini istri, Om ... Rubi." Regantara memperkenalkan Rubi yang tersenyum pada Saka."Rubi." Uluran tangan Saka di sambut hangat oleh Rubi. "Dan ini anak-anak, Tante," ujar Rubi.Mereka pun saling melempar senyum, tak terkecuali Kayma yang menyempatkan tersenyum lalu kembali menunduk."Yang kedua ini kebetulan tinggal di Semarang, dia sedang pendidikan di Akademi Kepolisian, baru dua tahun ini.""Oh, memilih jalur yang berbeda sepertinya dari ayahnya," ujar Regantara kagum. "Kita orang tua ini kan hanya bisa memberikan dukungan untuk anak-anak, Pak Regan. Sedari dulu saya nggak pernah memaksakan anak harus menjadi apa. Asal mereka tau saja jika harapan kita untuk mereka itu

  • Balada Duda - JandaĀ Ā Ā Extra Part 4 : Terjebak

    "Pagi, Nak," sapa Dimas pagi itu saat melihat Tama sudah berada di ruang makan. "Pagi, Yah." "Mama dimana?" "Keluar tadi dehgan Amara dan Arman, enggak tau Arman tadi kenapa ... agak rewel." "Oh, ya sudah biarkan saja. Oh ya gimana sudah dapat apartemen nya?" "Sudah, Yah ... tipe studio, tapi lumayan murah." "Lingkungannya?" "Sudah Tama survey sih, sejauh ini aman. Katanya banyak mahasiswa juga di sana." "Sebenarnya Ayah dan Mama lebih senang kamu di sini, tapi Ayah nggak bisa mencegah keinginan kamu. Kamu sudah besar, sudah bisa bertanggung jawab dengan apa-apa yang kamu lakukan. Ayah percaya sepenuhnya sama Tama." "Terimakasih Ayah." "Sering-seringlah berkunjung ke rumah, Ayah lebih senang kalo kita menghabiskan weekend bersama." "Pasti, Ayah. Tama usahakan ... hari ini Tama ke apartemen untuk pembayaran dan bertemu dengan pemiliknya lagi." Dimas pun mengangguk menyetujui keputusan Tama yang memilih untuk hidup lebih mandiri. Satu tahun lebih berlalu, Tama sudah banyak be

  • Balada Duda - JandaĀ Ā Ā Extra Part 5 : Pertemanan

    "Makasih ya udah berusaha banget tadi untuk nggak terlihat panik," ujar Ghea dengan tangan menangkup secangkir kopinya. Ya, saat ini Tama dan gadis asing yang berada di lift tadi sudah duduk saling berhadapan di sebuah cafe tidak jauh dari apartemen mereka. "Kalo saya panik, takutnya Mbak jadi ikutan lebih panik lagi," kata Tama. "Kita belum kenalan. Aku Ghea penghuni di lantai tujuh." Ghea mengulurkan tangannya. "Sudah duduk beberapa menit di sini, baru kenalan. Lucu ya kita ...." Tama menyambut uluran tangan Ghea. "Aku Tama, penghuni baru di lantai enam. Senang berkenalan dengan kamu." Tama pun tersenyum. "Bahasa Belanda kamu cukup fasih juga, sudah lama tinggal di Belanda?" "Biasa aja, karena sering mendengar jadi keliatan kayak yang udah fasih. Aku baru satu tahun setengah di sini," jawab Tama. "Oh, lumayan." "Kamu sendiri kuliah?" "Iya, pertukaran pelajar." "Keren." "Apanya?" "Ya menjadi salah satu mahasiswa pertukaran pelajar. Beasiswa?" "Yup. Tapi masih masih berusa

  • Balada Duda - JandaĀ Ā Ā Extra Part 6 : Saling Mengisi

    "Kotaknya tinggal satu, Yah ... nanti biar Tama yang angkat. Ini sudah jam dua siang Ayah harus jemput Amara, kan?"Dimas melirik jam tangannya, sudah hampir dua jam dia menemani Tama mengangkat barang-barang yang dipindahkan ke apartemen baru Tama."Kalo gitu Ayah tinggal, enggak apa-apa, kan?""Aman, Ayah ... semua aman, hanya tinggal satu kotak ini aja. Lusa Tama akan pulang ke rumah Ayah.""Ya sudah, kalo gitu Ayah pulang."Tama melambaikan tangannya pada Dimas, matanya terkesiap pada sosok gadis yang sedang memarkirkan sepedanya. Ghea melambaikan tangan pada Tama, sedikit berlari menghampiri Tama."Hai," sapa Ghea. "Jadi pindah hari ini?"Tama mengangguk, "kotak terakhir," kata Tama menunjuk kotak yang masih berada di bawahnya. "Darimana?""Kampus dong.""Oh, naik sepeda?""Iya, lebih asyik dan hemat ... hehe.""Boleh juga, cuaca di sini lebih asyik memang kemana-mana pake sepeda. Beda denga Indonesia, ya.""Begitulah, tapi Indonesia nggak kalah keren kok sama Belanda."Tama kemb

  • Balada Duda - JandaĀ Ā Ā Extra Part 7 : Suatu Kebetulan

    "Hah? Cowok berseragam ... si Mas-mas Taruna? Serius?" Hesti terkejut saat Kayam menceritakan bahwa dia dan pemuda berseragam bernama Saka saling kenal. "Oh, bapaknya siap namanya?" "Saka." "Nah iya si Saka itu ternyata bapaknya satu komunitas dengan Papa Regan?" "Iya, kemarin sebelum mereka pulang, Papa mengundang keluarga Saja untuk makan siang di resto Bunda." "Ya ampun, Kay. Jodoh emang nggak kemana ya." "Jodoh apaan?" "Jodoh Mas Taruna lah .... Terus ada kelanjutannya?" tanya Hesti penasaran. "Kemarin minta nomer hp." "Aduh duuuh, Kay. Mbok kamu kasih?" "Enggak." "Laaah ... yo ngopi, Kay. Di kasih to yah, emang kenapa sih? Buka hati Kay, anggaplah berteman dulu kan nggak harus pacaran. Emang kamu bisa pastiin Mas Tama di sana nggak punya pacar?" Kayma terdiam, apa pula haknya memikirkan Tama. Bahkan lelaki yang pernah mengisi hatinya itu pun tak pernah sedikitpun menanyakan kabarnya atau sekali saja menelpon untuk mendengar suaranya. "Tapi dia kasih nomer hp nya?" H

  • Balada Duda - JandaĀ Ā Ā Extra Part 8 : Menginap

    "Apa kabar, Kay?" Saka mengulurkan tangannya pada Kayma."Baik," jawab Kayma masih tak percaya lelaki berseragam itu ada di supermarket. "Kok ada di sini?" tanya Kayma sambil mengerutkan keningnya."Mm ... belanja," jawab Saka bohong."Hah?""Aku ... itu, belanja ... iya belanja.""Oh ....""Kamu, sendirian?""Sama Bunda di sana ... oh iya aku butuh butter dan mayonaise." Cepat-cepat Kayma meraih barang yang di minta oleh Rubi. "Saka, maaf ya aku harus puā€”""Saka? Wah kebetulan sekali ketemu di sini. Sedang libur tugas?" Rubi berjalan menghampiri mereka."I-iya Tante, libur.""Kapan masuk?""Besok, Tante ....""Kalo gitu ikut Tante, makan malam di rumah, ya.""Tapiā€”""Tante nggak terima penolakan loh, kamu pulang sekarang juga ngapain, kan libur?""Iya, tapiā€”"Mata Saka sekilas menatap Kayma, rasanya kemarin saat Rubi menelponnya skenarionya hanya makan malam tidak ada menginap di rumah keluarga mereka."Kay, ayo kita antri di kasir. Saka, bisa minta tolong di dorongan troli nya ya,"

Bab terbaru

  • Balada Duda - JandaĀ Ā Ā Extra Part 15 : Takdir Cinta

    Sudah hampir setahun keluarga Regantara tak datang kembali ke Jakarta, dan khusus tahun ini bertepatan dengan hari ulang tahun almarhum Debby mereka kembali datang. Sebelum sampai di rumah mantan mertuanya, Regantara menyempatkan diri berkunjung ke makam istri pertamanya. Regantara dan Rubi beserta ke empat anak mereka duduk bersimpuh bersisian dengan gundukan tanah berbalut rumput yang di rawat dengan baik. "Apa kabar, Ma?" Suara lirih Kayma membuka keheningan diantara mereka. Sambil mengusap nisan sang Ibu, mata gadis itu pun berkaca-kaca. Ingin rasanya dia bercerita tentang kegundahan hatinya selama ini. Terlebih tentang cerita antara dia dan Tama, jika pun waktu bisa kembali dan berjalan tidak seperti saat ini, bisa jadi jodohnya adalah Tama. "Arsa, pimpin doa," ujar Regantara. Beberapa saat Arsa memimpin doa, Rubi ikut menaburkan bunga di atas gundukan tanah itu lalu dia merangkul pundak Kayma mengusapnya lembut. "Papa tinggal sebentar ya, Bunda dan anak-anak jika ingin men

  • Balada Duda - JandaĀ Ā Ā Extra Part 14 : Menutup Masa Lalu

    "Sudah berapa lama kenal Kayma?" tanya Tama dengan napas memburu sambil men-dribel bolanya."Setengah tahun," jawab Saka berusaha meraih bola yang berada di dalam kekuasaan Tama."Sejauh apa?" tanya nya lagi memutar tubuhnya menghindari gerakan Saka."Sampai saat ini masih berteman dan mungkin sebentar lagi akan lebih dari sekedar teman."Tama menghentikan gerakannya, matanya menatap tajam ke arah Saka. Denga satu kali gerakan dia melambungkan bola basket dan tepat masuk ke dalam ring."Benar kata Arsa, permainan Mas Tama keren juga," ujar Saka bergantian memainkan bola yang sudah berada di tangannya.Tama mengindahkan perkataan Saka, masih terngiang di telinganya ucapan Saka yang baru saja terlontar."Lalu menurut kamu, Kayma suka sama kamu?" Tama sekarang bergantian memperebutkan bola di tangan Saka."Ibarat kata orang tua dulu, alon alon waton kelakon. Semua melalui proses Mas, dan kami sedang dalam proses itu," jawab Saka memutar tubuhnya dan memasukkan bola ke dalam ring."Keren

  • Balada Duda - JandaĀ Ā Ā Extra Part 13 : Pertanyaan Di Hati

    Pukul sembilan lebih lima belas menit Tama berdiri di ambang pintu rumah besar milik Regantara. Kehadiran dirinya membuat kaget seisi rumah. Rubi berlari memeluk anak pertamanya itu, tangis rindunya tak dapat lagi di bendung."Kenapa nggak bilang kalo pulang, Nak?" Rubi masih memeluk tubuh tegap itu."Surprise, Bunda." Rubi melepaskan pelukannya, memberi ruang pada Tama untuk melepas rindu juga pada Regantara. "Sebenarnya Papa sudah tau dari Ayah kamu," ujar Regantara memeluk erat tubuh putra tirinya. "Tapi Papa nggak tau kamu sampainya hari ini." Regantara menepuk pundak Tama. "Sudah besar kamu, Nak." Mata binar memancarkan kebanggaan dari mata Regantara."Mas Tama," ucap Qiara yang juga menangis karena haru."Adik Mas Tama sudah besar, peluk dong.""Mas Tama ...." Qiara menangis karena rindu, saat di tinggal oleh Tama umurnya masih 6 tahun masih terlalu muda melepas kepergian kakak kandungnya itu."Kangen, ya?" Qiara pun menjawab dengan anggukan. Mata Tama mengarah pada sosok tubu

  • Balada Duda - JandaĀ Ā Ā Extra Part 12 : Kangen Rumah

    Ghea duduk menunggu di taman kota tak jauh dari apartemen mereka, tadi sepulang dari kampus dia mengabari Tama untuk menemuinya di sana. Alasannya, agar bisa langsung makan untuk malam ini di luar. Karena minggu ini dia berjanji akan mentraktir Tama."Hai." Suara Tama mengagetkan Ghea. Gadis berambut sebahu itu menoleh. Hari itu, entah mengapa dia melihat Tama lebih tampan dari biasanya."Kok ganteng ...." Kali ini Ghea memutar tubuhnya memastikan Tama memang benar-benar beda hari itu."Kan mau di traktir, emang nggak boleh ganteng?""Jangan ganteng-ganteng, kalo aku naksir gimana?" candanya."Haha ... jadi ada kabar apa?" tanya Tama sambil menyodorkan minuman kaleng oeghangat tubuh."Duduk sini." Ghea menepuk sisi sebelah kirinya lalu mengeluarkan amplop dari tas punggungnya. "Ini.""Apa?""Masih ingat kan kalo aku pernah cerita aku mengajukan beasiswa lagi untuk melanjutkan belajar di negara ini?""Iya," jawab Tama sambil membuka amplop itu dan perlahan membacanya. "Ghe, ini serius?

  • Balada Duda - JandaĀ Ā Ā Extra Part 11 : Pilihan Aku Jatuh Di Kamu

    "Jadi?" tanya Hesti sambil menunggu Kayma membereskan buku-bukunya."Jadi sih, tapi kamu temenin ya. Enggak enak kalo sendirian, nanti kesannya aku ada apa-apa.""Ya ampun, Kay. Ada apa-apa juga enggak apa-apa, selagi dia masih single bukan milik siapa-siapa. Ya lanjut aja," kata Hesti ikut meraih tas punggungnya."Emang enggak ada apa-apa, Hes. Kamu jangan mulai deh.""Kamu mau sampe kapan sih mikirin Mas Tama?"Kayma masih terus berjalan di koridor sekolah, kakinya selalu berat melangkah jika nama Tama di sebut."Enggak ada hubungannya sama Mas Tama, Hes.""Ya jelas ono, wong kamunya aja gagal move on. Pangeran di depan mata aja ketutup," sungut Hesti. "Sing tak pikirke ki Bunda, pasti sedih lihat kalian seperti ini. Saudara bukan, kekasih juga bukan tapi masih memendam cinta. Ayolah, Kay ... Saka juga nggak jauh lebih baik dari Mas Tama. Mas Tama boleh saja jadi cinta pertama kamu tapi, mungkin Saka atau lelaki-lelaki di luar sana yang akan menjadi masa depan kamu."Kayma menghenti

  • Balada Duda - JandaĀ Ā Ā Extra Part 10 : Masih Ingat Dia

    Ghea beranjak dari tempat tidurnya, sudah dua hari ini dia merasakan tubuhnya sedang tidak baik-baik saja, apalagi di tambah dengan halangan yang biasa setiap bulan kaum wanita dapatkan. "Just a minute," ujarnya dengan suara yang sedikit berat. Ghea membukakan pintu apartemennya. Tama sudah berdiri membawa beberapa paper bag makanan. "Masih pagi, Tam ... masuk," ucapnya mempersilahkan Tama untuk masuk. "Aku bawain sarapan pagi," kata Tama yang langsung menuju dapur. "Setelah makan minum obatnya." Tama menyalakan kompor untuk memasak air. Sejak dua hari lalu saat Ghea mengatakan dia sakit, Tama lah yang mondar-mandir memastikan keadaan gadis itu. Maklum saja Ghea adalah perantau luar negara yang tidak mempunyai siapa-siapa. Dan Tama merasa mempunyai kewajiban karena mereka hidup sendiri di negara orang. Ghea menguncir rambutnya hingga tinggi menampakkan leher jenjangnya, dia masih terduduk lemas di sofa. "Di minum teh nya, makan ini." Tama memberikan sebungkus sandwich pada Ghea

  • Balada Duda - JandaĀ Ā Ā Extra Part 9 : Membuka Hati

    Kayma masih mengenakan piyamanya pagi itu, dia berdiri di sandaran pintu kaca besar yang menghubungkan ruang makan pada taman samping rumah. Suara riuh Qiara yang bersorak tadi membangunkannya. Pandangannya jatuh pada tubuh atletis Saka yang tak mengenakan kaos, hanya dengan celana pendek Tama yang dia berikan semalam. Saka sedang asyik men-dribel bola basket dan mengecoh gerakan Arsa. "Yeay ... Qia tim Abang Saka. Semangat Abang," sorak Qiara. "Abang?" Kayma bergumam. "Eh Kak Kay udah bangun." Qiara menghampiri Kayma lalu menggandeng tangan sang Kakak dan duduk di kursi panjang. "Iya, soalnya kamu berisik," kekeh Kayma sambil mengusak rambut Qiara. Saka menghentikan permainannya, matanya menatap Kayma lalu tersenyum. Tubuh berpenuh peluh itu begitu terlihat silau terkena pantulan matahari. "Qiara kalo udah gede pengen punya pacar kayak Abang, ganteng baik lagi." "Anak kecil, mikirnya." Kayma meraup wajah Qiara. "Emang Kakak nggak suka ya? Kalo Kakak nggak suka nanti Qia bilang

  • Balada Duda - JandaĀ Ā Ā Extra Part 8 : Menginap

    "Apa kabar, Kay?" Saka mengulurkan tangannya pada Kayma."Baik," jawab Kayma masih tak percaya lelaki berseragam itu ada di supermarket. "Kok ada di sini?" tanya Kayma sambil mengerutkan keningnya."Mm ... belanja," jawab Saka bohong."Hah?""Aku ... itu, belanja ... iya belanja.""Oh ....""Kamu, sendirian?""Sama Bunda di sana ... oh iya aku butuh butter dan mayonaise." Cepat-cepat Kayma meraih barang yang di minta oleh Rubi. "Saka, maaf ya aku harus puā€”""Saka? Wah kebetulan sekali ketemu di sini. Sedang libur tugas?" Rubi berjalan menghampiri mereka."I-iya Tante, libur.""Kapan masuk?""Besok, Tante ....""Kalo gitu ikut Tante, makan malam di rumah, ya.""Tapiā€”""Tante nggak terima penolakan loh, kamu pulang sekarang juga ngapain, kan libur?""Iya, tapiā€”"Mata Saka sekilas menatap Kayma, rasanya kemarin saat Rubi menelponnya skenarionya hanya makan malam tidak ada menginap di rumah keluarga mereka."Kay, ayo kita antri di kasir. Saka, bisa minta tolong di dorongan troli nya ya,"

  • Balada Duda - JandaĀ Ā Ā Extra Part 7 : Suatu Kebetulan

    "Hah? Cowok berseragam ... si Mas-mas Taruna? Serius?" Hesti terkejut saat Kayam menceritakan bahwa dia dan pemuda berseragam bernama Saka saling kenal. "Oh, bapaknya siap namanya?" "Saka." "Nah iya si Saka itu ternyata bapaknya satu komunitas dengan Papa Regan?" "Iya, kemarin sebelum mereka pulang, Papa mengundang keluarga Saja untuk makan siang di resto Bunda." "Ya ampun, Kay. Jodoh emang nggak kemana ya." "Jodoh apaan?" "Jodoh Mas Taruna lah .... Terus ada kelanjutannya?" tanya Hesti penasaran. "Kemarin minta nomer hp." "Aduh duuuh, Kay. Mbok kamu kasih?" "Enggak." "Laaah ... yo ngopi, Kay. Di kasih to yah, emang kenapa sih? Buka hati Kay, anggaplah berteman dulu kan nggak harus pacaran. Emang kamu bisa pastiin Mas Tama di sana nggak punya pacar?" Kayma terdiam, apa pula haknya memikirkan Tama. Bahkan lelaki yang pernah mengisi hatinya itu pun tak pernah sedikitpun menanyakan kabarnya atau sekali saja menelpon untuk mendengar suaranya. "Tapi dia kasih nomer hp nya?" H

DMCA.com Protection Status