Home / Romansa / Balada Duda - Janda / 134. Tawaran Dimas

Share

134. Tawaran Dimas

Author: Chida
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Di siksa?"

"Perasaan," ucap Tama dengan tatapan mata yang begitu dalam.

"Siapa?" tanya Kayma.

Tama hanya diam dan menunduk, hingga bakso dan minuman yang mereka pesan datang pun Tama masih terdiam.

"Mas Tama suka sama cewek lain?" Pertanyaan yang semakin membuat hati Kayma sakit.

"Iya," jawab Tama sambil mengaduk es teh di hadapannya.

"Yaah ...." Suara kecewa itu terdengar lirih.

"Kenapa?" tanya Tama.

"Kok Mas Tama gitu, harusnya kalo suka cewek lain selesaikan dulu sama Casey, nggak bisa langsung gitu aja. Itu namanya menyakiti hati wanita," ujar Kayma.

"Masalahnya Mas nggak tau harus gimana, Kay. Mas juga nggak tau perasaan Mas ini benar-benar atau hanya sekedar suka. Mas juga nggak tau apa cewek itu juga suka sama Mas," ucap Tama.

"Mas harus yakin diri Mas dulu, sebenarnya Mas gimana sama dia dan jangan lupa Mas harus selesaikan dengan Casey atau Mas bakal nyakitin hati dua orang cewek sekaligus," ucap Kayma sambil menelan ludahnya kasar dan dengan sadar hatinya seperti teriris.

"
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Nury
yuk gak pa2 kak tamaaa..biar nanti pas pulang ke indo..makin cakepppp
goodnovel comment avatar
Anies
haruskah mereka LDR dan menikah sekembalinya Tama??? sungguh berat
goodnovel comment avatar
Claresta Ayu
baru aja sama2 mengungkapkan perasaan masing2 masak mw berpisah???
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Balada Duda - Janda   135. Pikiran Yang Berkecamuk

    Rubi menanggalkan pakaiannya, dia merangkak naik ke atas tubuh Regantara yang sudah tertidur pulas. Saat dia tinggalkan sebentar untuk membacakan Qiara dongeng,, Regantara masih asyik mengerjakan pekerjaan di laptop. Mungkin terlalu lama menunggu, Regantara memutuskan untuk tidur lebih dulu.Regantara tersadar saat dia merasakan basah di bibirnya, serta sentuhan hangat Rubi menelusuri lekuk tubuhnya. Mata Regantara terbuka mendapati istrinya sudah duduk di atas tubuhnya dengan tubuh tanpa sehelai benangpun.Regantara tersenyum, dilihatnya istrinya dengya tubuh polos begitu mengundang hasrat kelakiannya. Tangan Regantara naik ke atas paha mulus milik Rubi, Rubi mengikat tinggi rambutnya hingga leher jenjang itu semakin membuat Regantara tak dapat menahan rasa di bagian sensitifnya. Dada Rubi menegang kala Regantara menyentuh lembut, kepala Regantara terangkat, tangannya menangkup dada sang istri, sesekali menyesap puncak dada itu secara bergantian. Rubi mendesah, tangan Regantara meny

  • Balada Duda - Janda   136. Hati Yang Egois

    "Bunda kemana, Uti?" tanya Kayma siang itu saat mereka baru saja pulang sekolah. "Bunda ke rumah sakit," jawab Widya. "Bunda sakit?" tanya Tama yang muncul dari balik tubuh Kayma. "Bulek Yanti, melahirkan ... jadi Bunda kalian buru-buru ke rumah sakit. Ganti baju sik ... lalu makan, Uti mau tidur siang dulu," ujar Widya berjalan pelan dengan tongkatnya. "Iya, Uti," jawab keduanya. Kayma dan Tama menaiki tangga menuju kamar mereka, sementara suara Arsa dan Qiara berada di balkon teras lantai dua sedang bermain. "Mas, ngapain ikutin Kay?" tanya Kayma saat membalikkan tubuhnya Tama masih berada di belakang Kayma. "Emang nggak boleh ngikutin kemana pacarnya pergi," ujar Tama membuat Kayma tersipu malu. "Pacar apaan." Kayma menunduk malu, Tama tertawa kecil lalu meraih tangan Kayma masuk ke kamar gadis. Bukan satu dua kali Tama berada di kamar Kayma. Tama sering ke kamar ini jika sedang bersama-sama dengan kedua orangtuanya atau sekedar menemani Qiara atau Arsa bermain di sini. Ta

  • Balada Duda - Janda   137. Malaikat Kecil Bono

    Bono memandangi wajah malaikat kecil di dalam dekapannya. Bayi mungil dengan bulu mata yang lentik, hidung yang mancung itu meluluhkan hatinya ketika tiga jam yang lalu hadir ke dunia ini. "Cantiknya," ucap Rubi ikut memandangi bayi perempuan itu. "Selamat ya, Bon. Selamat jadi Bapak.""Makasih, Mbak ....""Menik sedang menemani Yanti di ruang recovery, kamu nggak mau nemenin gitu?" "Nanti aja, Mbak. Masih mau di sini," ujar Bono."Kepincut ya?" Rubi tersenyum lalu menepuk pundak Bono dan meninggalkan lelaki itu. Wajah murni tanpa dosa, mana mungkin Bono bisa menolaknya."Aku sudah lihat," ucap Bono saat menemui Yanti setelah masuk ke ruang rawat inap."Kamu sudah lihat? Cantik, kan?" Menik menatap Bono, Bono tersenyum dia mengangguk dan merangkul Menik."Kasih aku tiga bulan ya, Bon," lirih Yanti."Aku nggak akan menahan-nahan anakmu, Yan ... kamu ibunya, kamu berhak atas dia dan kapan pun kamu ingin bersamanya.""Aku akan melakukan yang terbaik untuk kita bertiga," ujar Yanti meng

  • Balada Duda - Janda   138. Goresan Cerita

    "Papa ...." Tama mendapati Regantara berada di dapur sedang memakan kudapan di tengah malam."Tama? Belum tidur?" "Besok libur, Pa ... kan tanggal merah, Tama mau ambil susu," ujar Tama membuka lemari pendingin. "Papa baru pulang?""Setengah jam lalu, Bunda udah tidur tapi Papa kelaparan." Begitulah Regantara, dia tak akan tega membangunkan istrinya hanya untuk sekedar menyiapkan makanan untuknya. " Duduk sini, temani Papa.""Pa, besok Tama ajak Kayma ke apartemen Ayah, boleh?""Boleh dong ... oh ya, sudah di pikirkan tawaran ayah Dimas?""Sudah, Pa ....""Semoga keputusannya tepat, ya. Papa hanya bisa mensupport Tama, memberikan kepercayaan untuk Tama. Masa depan itu Tama yang menentukan.""Iya, Pa ... untuk saat ini Tama memilih tetap tinggal di Indonesia, sama Papa sama bunda dan adik-adik.""Oh, jadi Tama memutuskan untuk meneruskan sekolah di sini?""Iya, Pa."Regantara mengangguk-angguk, tak di sangkanya Tama akan memilih meneruskan kuliah di Indonesia dan menolak tawaran Dimas

  • Balada Duda - Janda   139. First Love

    Riuh tawa renyah suara anak-anak kecil membangunkan Kayma dari tidurnya, hawa dingin pagi itu membuatnya enggan beranjak dari tempat tidur. Namun tawa lepas itu menggelitiknya untuk melihat ke arah luar. Tama sedang bermain dengan kedua adiknya di kolam renang. Hawa dingin begini bagi Amara dan Arman sudah sangat terbiasa untuk mereka yang tinggal di luar negeri. "Mas Tama, Amara mau makan dulu ya. Mas Tama jangan kemana-mana, ya." "Arman juga ah mau makan dulu, nanti berenang lagi," ujar bocah berusia tiga tahun dengan bahasa cedalnya. "Ya, Mas tunggu di sini ya ...." Tatapan mata Tama mengarah pada Kayma yang sudah berdiri di ambang pintu kaca tak jauh dari kolam dimana dia berada. Gadis itu membungkus dirinya dengan selimut putih tipis. "Sini." Tama melambaikan tangannya, meminta Kayma untuk mendekat. "Berenang?" "Enggak ah, dingin. Pasti airnya kayak es ...." "Enggak ... coba deh, airnya hangat." Kayma menyentuhkan kakinya sedikit masuk ke kolam renang, dan benar saja

  • Balada Duda - Janda   140. Ketahuan ... Lagi

    "Bunda perhatikan akhir-akhir ini Tama dan Kayma sudah semakin akur, udah jarang berdebat, pergi sekolah sekarang juga sama-sama terus. Bunda senang liatnya," ujar Rubi pada Tama sore itu saat menjemputnya di resto."Masa mau ribut terus sih, Bun," ujar Tama menyalakan mesin mobilnya. "Kita langsung pulang?""Mampir beli mie ayam dulu deh, tadi Uti pesan itu katanya kangen makan mie ayam legend di Semarang."Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju salah satu tempat kuliner yang ramai di kunjungi. "Teman Tama yang waktu itu kenapa nggak pernah datang lagi ke rumah?""Casey? Sudah nggak, Bun.""Putus? Baru juga sekali ke rumah kok tiba-tiba putus.""Justru karena baru sekali Bun, biar nggak terlalu sering dan akrab nanti malah susah."Rubi tersenyum, "ada-ada aja, terus sekarang Tama fokus belajar dong. Kan sebentar lagi ujian, Bunda sih nggak muluk-muluk minta ke Tama. Cuma berbuatlah sesuatu yang membanggakan orang tua. Bunda, Papa dan Ayah selalu mendukung apapun yang menjadi ke

  • Balada Duda - Janda   141. Mengurungkan Niat

    "Malam ini kita ke bioskop yuk, Yang," ujar Bono. "Sebelum kita di sibukkan dengan pergantian shift jaga malam." "Haha ... Mas Mas, kamu tuh kayak kerja shifting aja. Tapi boleh juga sih, kita sudah lama nggak nonton. Dua hari lagi Sekar bareng kita jadi pasti waktu kita akan terbagi buat Sekar." "Midnight, ya. Biar romantis kayak pacaran," ujar Bono. Malam itu memang malam spesial untuk Bono dan Menik, sudah bertahun-tahun menikah dan belum mempunyai momongan dan dua hari akan mulai merawat anak dari sahabatnya, maka Bono mengidekan untuk menghabiskan waktu bersama sang istri. "Eh Mas, itu Tama dan Kayma kan?" Menik tanpa sengaja melihat Kayma dan Tama masuk ke bioskop yang berbeda dari mereka. "Iya, hanya berdua atau sama teman-temannya?" "Sepertinya berdua ah tapi nggak tau juga, mungkin sama-sama temannya," ujar Menik. "Ya sudah nanti kalo ketemu setelah nonton kita sapa," ujar Bono. Setelah dua jam menikmati film, Bono dan Menik berjalan menuju basemen. Karena malam, Bono

  • Balada Duda - Janda   142. Gara-gara Taruna

    "Tama ... Tama ...." Banyak siswi meneriakkan nama Tama saat pertandingan basket antar sekolah pagi itu. Termasuk Kayma yang berdiri di ujung lapangan bersama Hesti. "Ya ampun, aku bersedia jadi kakak iparmu, Kay. Mas Tama ganteng banget," ujar Hesti mengamati setiap gerak gerik Tama. "Katanya putus ya sama Casey, bagus deh ... mereka nggak cocok, tetep cocoknya sama aku," kata Hesti lagi sambil bersorak dan meloncat-loncat ketika Tama bisa memasukkan bola dengan three points. "Yes," ucap Kayma saat Tama memasukkan bola, Tama melihat ke arah Kayma dan tersenyum. "Mas Tama senyum ke aku, Kay," sorak Hesti. "Hooh iya in aja," kekeh Kayma. "Itu Casey ngapain ngeliatin kita." "Biarin aja, mungkin iri sama kamu yang di senyumin Mas Tama," goda Kayma. "Kalo nggak jodoh yo mau apa, kok yo maksa si Casey, dasar bule ...," gerutu Hesti. "Hush ... biarin aja," kata Kayma. "Go ... Mas Tama Go ...," teriak Hesti begitupun dengan Kayma. Riuh tepuk tangan kembali terdengar ketika tim Tam

Latest chapter

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 15 : Takdir Cinta

    Sudah hampir setahun keluarga Regantara tak datang kembali ke Jakarta, dan khusus tahun ini bertepatan dengan hari ulang tahun almarhum Debby mereka kembali datang. Sebelum sampai di rumah mantan mertuanya, Regantara menyempatkan diri berkunjung ke makam istri pertamanya. Regantara dan Rubi beserta ke empat anak mereka duduk bersimpuh bersisian dengan gundukan tanah berbalut rumput yang di rawat dengan baik. "Apa kabar, Ma?" Suara lirih Kayma membuka keheningan diantara mereka. Sambil mengusap nisan sang Ibu, mata gadis itu pun berkaca-kaca. Ingin rasanya dia bercerita tentang kegundahan hatinya selama ini. Terlebih tentang cerita antara dia dan Tama, jika pun waktu bisa kembali dan berjalan tidak seperti saat ini, bisa jadi jodohnya adalah Tama. "Arsa, pimpin doa," ujar Regantara. Beberapa saat Arsa memimpin doa, Rubi ikut menaburkan bunga di atas gundukan tanah itu lalu dia merangkul pundak Kayma mengusapnya lembut. "Papa tinggal sebentar ya, Bunda dan anak-anak jika ingin men

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 14 : Menutup Masa Lalu

    "Sudah berapa lama kenal Kayma?" tanya Tama dengan napas memburu sambil men-dribel bolanya."Setengah tahun," jawab Saka berusaha meraih bola yang berada di dalam kekuasaan Tama."Sejauh apa?" tanya nya lagi memutar tubuhnya menghindari gerakan Saka."Sampai saat ini masih berteman dan mungkin sebentar lagi akan lebih dari sekedar teman."Tama menghentikan gerakannya, matanya menatap tajam ke arah Saka. Denga satu kali gerakan dia melambungkan bola basket dan tepat masuk ke dalam ring."Benar kata Arsa, permainan Mas Tama keren juga," ujar Saka bergantian memainkan bola yang sudah berada di tangannya.Tama mengindahkan perkataan Saka, masih terngiang di telinganya ucapan Saka yang baru saja terlontar."Lalu menurut kamu, Kayma suka sama kamu?" Tama sekarang bergantian memperebutkan bola di tangan Saka."Ibarat kata orang tua dulu, alon alon waton kelakon. Semua melalui proses Mas, dan kami sedang dalam proses itu," jawab Saka memutar tubuhnya dan memasukkan bola ke dalam ring."Keren

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 13 : Pertanyaan Di Hati

    Pukul sembilan lebih lima belas menit Tama berdiri di ambang pintu rumah besar milik Regantara. Kehadiran dirinya membuat kaget seisi rumah. Rubi berlari memeluk anak pertamanya itu, tangis rindunya tak dapat lagi di bendung."Kenapa nggak bilang kalo pulang, Nak?" Rubi masih memeluk tubuh tegap itu."Surprise, Bunda." Rubi melepaskan pelukannya, memberi ruang pada Tama untuk melepas rindu juga pada Regantara. "Sebenarnya Papa sudah tau dari Ayah kamu," ujar Regantara memeluk erat tubuh putra tirinya. "Tapi Papa nggak tau kamu sampainya hari ini." Regantara menepuk pundak Tama. "Sudah besar kamu, Nak." Mata binar memancarkan kebanggaan dari mata Regantara."Mas Tama," ucap Qiara yang juga menangis karena haru."Adik Mas Tama sudah besar, peluk dong.""Mas Tama ...." Qiara menangis karena rindu, saat di tinggal oleh Tama umurnya masih 6 tahun masih terlalu muda melepas kepergian kakak kandungnya itu."Kangen, ya?" Qiara pun menjawab dengan anggukan. Mata Tama mengarah pada sosok tubu

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 12 : Kangen Rumah

    Ghea duduk menunggu di taman kota tak jauh dari apartemen mereka, tadi sepulang dari kampus dia mengabari Tama untuk menemuinya di sana. Alasannya, agar bisa langsung makan untuk malam ini di luar. Karena minggu ini dia berjanji akan mentraktir Tama."Hai." Suara Tama mengagetkan Ghea. Gadis berambut sebahu itu menoleh. Hari itu, entah mengapa dia melihat Tama lebih tampan dari biasanya."Kok ganteng ...." Kali ini Ghea memutar tubuhnya memastikan Tama memang benar-benar beda hari itu."Kan mau di traktir, emang nggak boleh ganteng?""Jangan ganteng-ganteng, kalo aku naksir gimana?" candanya."Haha ... jadi ada kabar apa?" tanya Tama sambil menyodorkan minuman kaleng oeghangat tubuh."Duduk sini." Ghea menepuk sisi sebelah kirinya lalu mengeluarkan amplop dari tas punggungnya. "Ini.""Apa?""Masih ingat kan kalo aku pernah cerita aku mengajukan beasiswa lagi untuk melanjutkan belajar di negara ini?""Iya," jawab Tama sambil membuka amplop itu dan perlahan membacanya. "Ghe, ini serius?

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 11 : Pilihan Aku Jatuh Di Kamu

    "Jadi?" tanya Hesti sambil menunggu Kayma membereskan buku-bukunya."Jadi sih, tapi kamu temenin ya. Enggak enak kalo sendirian, nanti kesannya aku ada apa-apa.""Ya ampun, Kay. Ada apa-apa juga enggak apa-apa, selagi dia masih single bukan milik siapa-siapa. Ya lanjut aja," kata Hesti ikut meraih tas punggungnya."Emang enggak ada apa-apa, Hes. Kamu jangan mulai deh.""Kamu mau sampe kapan sih mikirin Mas Tama?"Kayma masih terus berjalan di koridor sekolah, kakinya selalu berat melangkah jika nama Tama di sebut."Enggak ada hubungannya sama Mas Tama, Hes.""Ya jelas ono, wong kamunya aja gagal move on. Pangeran di depan mata aja ketutup," sungut Hesti. "Sing tak pikirke ki Bunda, pasti sedih lihat kalian seperti ini. Saudara bukan, kekasih juga bukan tapi masih memendam cinta. Ayolah, Kay ... Saka juga nggak jauh lebih baik dari Mas Tama. Mas Tama boleh saja jadi cinta pertama kamu tapi, mungkin Saka atau lelaki-lelaki di luar sana yang akan menjadi masa depan kamu."Kayma menghenti

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 10 : Masih Ingat Dia

    Ghea beranjak dari tempat tidurnya, sudah dua hari ini dia merasakan tubuhnya sedang tidak baik-baik saja, apalagi di tambah dengan halangan yang biasa setiap bulan kaum wanita dapatkan. "Just a minute," ujarnya dengan suara yang sedikit berat. Ghea membukakan pintu apartemennya. Tama sudah berdiri membawa beberapa paper bag makanan. "Masih pagi, Tam ... masuk," ucapnya mempersilahkan Tama untuk masuk. "Aku bawain sarapan pagi," kata Tama yang langsung menuju dapur. "Setelah makan minum obatnya." Tama menyalakan kompor untuk memasak air. Sejak dua hari lalu saat Ghea mengatakan dia sakit, Tama lah yang mondar-mandir memastikan keadaan gadis itu. Maklum saja Ghea adalah perantau luar negara yang tidak mempunyai siapa-siapa. Dan Tama merasa mempunyai kewajiban karena mereka hidup sendiri di negara orang. Ghea menguncir rambutnya hingga tinggi menampakkan leher jenjangnya, dia masih terduduk lemas di sofa. "Di minum teh nya, makan ini." Tama memberikan sebungkus sandwich pada Ghea

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 9 : Membuka Hati

    Kayma masih mengenakan piyamanya pagi itu, dia berdiri di sandaran pintu kaca besar yang menghubungkan ruang makan pada taman samping rumah. Suara riuh Qiara yang bersorak tadi membangunkannya. Pandangannya jatuh pada tubuh atletis Saka yang tak mengenakan kaos, hanya dengan celana pendek Tama yang dia berikan semalam. Saka sedang asyik men-dribel bola basket dan mengecoh gerakan Arsa. "Yeay ... Qia tim Abang Saka. Semangat Abang," sorak Qiara. "Abang?" Kayma bergumam. "Eh Kak Kay udah bangun." Qiara menghampiri Kayma lalu menggandeng tangan sang Kakak dan duduk di kursi panjang. "Iya, soalnya kamu berisik," kekeh Kayma sambil mengusak rambut Qiara. Saka menghentikan permainannya, matanya menatap Kayma lalu tersenyum. Tubuh berpenuh peluh itu begitu terlihat silau terkena pantulan matahari. "Qiara kalo udah gede pengen punya pacar kayak Abang, ganteng baik lagi." "Anak kecil, mikirnya." Kayma meraup wajah Qiara. "Emang Kakak nggak suka ya? Kalo Kakak nggak suka nanti Qia bilang

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 8 : Menginap

    "Apa kabar, Kay?" Saka mengulurkan tangannya pada Kayma."Baik," jawab Kayma masih tak percaya lelaki berseragam itu ada di supermarket. "Kok ada di sini?" tanya Kayma sambil mengerutkan keningnya."Mm ... belanja," jawab Saka bohong."Hah?""Aku ... itu, belanja ... iya belanja.""Oh ....""Kamu, sendirian?""Sama Bunda di sana ... oh iya aku butuh butter dan mayonaise." Cepat-cepat Kayma meraih barang yang di minta oleh Rubi. "Saka, maaf ya aku harus pu—""Saka? Wah kebetulan sekali ketemu di sini. Sedang libur tugas?" Rubi berjalan menghampiri mereka."I-iya Tante, libur.""Kapan masuk?""Besok, Tante ....""Kalo gitu ikut Tante, makan malam di rumah, ya.""Tapi—""Tante nggak terima penolakan loh, kamu pulang sekarang juga ngapain, kan libur?""Iya, tapi—"Mata Saka sekilas menatap Kayma, rasanya kemarin saat Rubi menelponnya skenarionya hanya makan malam tidak ada menginap di rumah keluarga mereka."Kay, ayo kita antri di kasir. Saka, bisa minta tolong di dorongan troli nya ya,"

  • Balada Duda - Janda   Extra Part 7 : Suatu Kebetulan

    "Hah? Cowok berseragam ... si Mas-mas Taruna? Serius?" Hesti terkejut saat Kayam menceritakan bahwa dia dan pemuda berseragam bernama Saka saling kenal. "Oh, bapaknya siap namanya?" "Saka." "Nah iya si Saka itu ternyata bapaknya satu komunitas dengan Papa Regan?" "Iya, kemarin sebelum mereka pulang, Papa mengundang keluarga Saja untuk makan siang di resto Bunda." "Ya ampun, Kay. Jodoh emang nggak kemana ya." "Jodoh apaan?" "Jodoh Mas Taruna lah .... Terus ada kelanjutannya?" tanya Hesti penasaran. "Kemarin minta nomer hp." "Aduh duuuh, Kay. Mbok kamu kasih?" "Enggak." "Laaah ... yo ngopi, Kay. Di kasih to yah, emang kenapa sih? Buka hati Kay, anggaplah berteman dulu kan nggak harus pacaran. Emang kamu bisa pastiin Mas Tama di sana nggak punya pacar?" Kayma terdiam, apa pula haknya memikirkan Tama. Bahkan lelaki yang pernah mengisi hatinya itu pun tak pernah sedikitpun menanyakan kabarnya atau sekali saja menelpon untuk mendengar suaranya. "Tapi dia kasih nomer hp nya?" H

DMCA.com Protection Status