Home / Romansa / Balada Duda - Janda / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Balada Duda - Janda: Chapter 61 - Chapter 70

165 Chapters

61. Permainan Panas

"Malam ini, kamu mau temani aku? Sebelum kuceritakan semuanya?" Ayu mendekatkan tubuhnya pada Dimas.Dimas hanya bia tersenyum saat tubuh indah itu begitu dekat dengannya. Harum wangi tubuh Ayu menyeruak masuk ke dalam penciuman Dimas. Lelaki mana yang tidak akan tergoda pada wanita seperti Ayu.Dimas merengkuh pinggang wanita itu, disibakkannya rambut panjang Ayu ke belakang punggung lawan mainnya malam ini. "Kamu mau kita habiskan malam ini di balkon sambil memandangi langit dan di saksikan permainan kita oleh bintang-bintang atau di dalam dengan desahan napas kita?" Bisik Dimas di telinga Ayu. Ayu tertawa, di belainya rahang Dimas yang di tumbuhi rambut-rambut halus lalu dia mendekatkan bibirnya hampir mengenai bibir Dimas."Terserah," ujarnya lalu mengecup sekilas bibir Dimas.Kecupan itu berubah menjadi ciuman liar dua orang yang sedang berada di bawah pengaruh alkohol. Tanpa melepas lumatan bibir Ayu, Dimas mendorong pelan tubuh wanita itu hingga masuk ke dalam kamar hotel.Ke
Read more

62. Detak Jantung Yang Bertalu

"Kamu bisa jelaskan apa ini?" tanya Wahyu dengan wajah geram menunjukkan email yang di tujukan padanya pagi itu saat dia memeriksa beberapa email di laptopnya.Regantara baru saja sampai di kantor, saat Wahyu melakukan panggilan video dan menunjukkan email berisi pesan yang sama yang di tujukan pada Inggit, Bono dan beberapa kenalan dekat Rubi."Itu fitnah, Pa. Bagamana bisa kami melakukan hal itu. Regan akui, Regan juga butuh, Pa. Tapi Regan masih bisa menahannya begitu pun Rubi.""Lalu bagaimana kamu bisa mempertanggungjawabkan semua ini pada perusahaan," kata Wahyu. "Lambat laun ini akan tercium oleh publik, pesaing kita banyak, Re.""Kasih Regan waktu untuk mencari siapa dalang di balik ini semua, Pa. Kalau ternyata Regan tidak mampu, maka Regan akan mengadakan konferensi pers dan mengundurkan diri dari perusahaan ini.""Ada saja bikin malu keluarga," ucap Wahyu kesal lalu mengakhiri panggilan videonya.Regantara memijat pelipisnya, Regantara meraih ponselnya mencari nama Arven."
Read more

63. Masuk Ke Dalam Jebakan

Suara lenguhan panjang memenuhi kamar hotel yang Ayu tempati. Wanita itu masih bergerak di atas tubuh Dimas dengan cepat. Dimas menikmati permainan Ayu yang luar biasa malam itu. Dada yabg bergerak menambah hasrat Dimas untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk wanita cantik yang berada di atas tubuhnya.Ayu melepaskan penyatuan mereka, Dimas beranjak dan bertumpu pada lututnya sementara tubuh Ayu berbalik membelakangi Dimas. Suara terengah-engah itu semakin nyaring ketika pinggul Ayu semakin cepat Dimas gerakkan. Dimas menarik tubuhnya, saat pelepasan itu akan membuncah membuat Ayu menoleh ke arahnya dan menatap Dimas heran."Why?" tanya Ayu yang belum merasa puas melihat Dimas meraih tisue yang tak jauh dari tempat mereka.Dimas masih terdiam, dia masih terlalu pokus dengan cairan yang tertampung di tisue. "Kamu mau kamu hamil? kalo mau nggak jadi masalah aku keluarin di dalam sana." Dimas merebahkan tubuhnya yang penuh dengan peluh keringat.Ayu menghempaskan tubuhnya kesal di
Read more

64. Membongkar Sebuah Kebusukan

"Apa maksud kamu?" Ayu terkejut menjauhkan tubuhnya dari Regantara. "Kaget gitu." Regantara tersenyum sinis. "Sebentar," ucap Regantara merogoh saku celananya mengambil ponsel lalu menunjukkannya pada Ayu direct message yang di kirimkan saat itu pada Bono dan beberapa orang yang dekat dengannya. "Kamu nuduh aku?" tanya Ayu. "Nuduh sih enggak, tapi sepertinya dugaanku benar." Regantara melangkah ke arah pintu membukakan pintu itu untuk Marchel dan manager hotel serta dua orang pihak dari kepolisian yang dia minta untuk menjadi saksi. "Silahkan, Pak." "Apa-apaan ini?!" Ayu semakin terkejut melihat kedatangan beberapa orang tadi. "Jadi gini, Yu," ujar Regantara santai. "Aku masih kasih kamu kesempatan untuk berkata jujur. Kalo kamu jujur, kasus ini nggak kita bawa ke jalur hukum. Tapi kalo kamu masih mengelak maka dua bapak dari kepolisian itu akan membawa kamu ke penjara dengan tuduhan UU ITE pencemaran nama baik, karena sengaja menyebarkan berita bohong, fitnah dan merugikan orang
Read more

65. Last Kiss

Hendra riba lebih cepat dari perkiraan Regantara, lelaki berhidung mancung itu tersenyum saat Regantara menemuinya di restoran hotel tempat dia menginap. "Apa kabar, Re?" Hendra mengulurkan tangannya. "Seperti yang kamu lihat." Hendra pun tertawa. "Jelas semakin keren," kekeh Regantara. Seperti reuni dua teman yang sudah lama tak bertemu, begitulah Regantara dan Hendra saat ini. Kedekatan mereka sempat berjarak saat Debby pergi selamanya, belum lagi selisih pendapat antara Hendra dan Wahyu sering terjadi. "Jadi bagaimana perusahaan?" tanya Hendra. "So far so good," jawab Regantara. "Dengan masuknya investor baru itu?" "Enggak ada banyak perubahan sebenarnya," kata Regantara. "Perusahaan kita ini sudah lama berdiri, Hen. Konsumen juga nggak memandang produk kita sebelah mata, mereka tau kualitas rasa dan kuantitasnya." "Lalu kenapa papa membutuhkan investor baru?" "Kamu tau papa lah, Hen. Dia harus mencoba dulu, kalo sudah kena batunya baru percaya." "Iya juga, tapi yang en
Read more

66. One Step Closer

"Aku pulang dulu," ujar Hendra melepaskan pelukannya."Australia?""Masih harus menghabiskan waktu bersama papa, mama dan anak-anak serta istriku," kata Hendra namun membuat wajah Ayu berubah sedih."Istri kamu?""Mereka ada di Jakarta, aku kemari untuk menyelesaikan masalah kita." Hendra membelai lembut kepala Ayu. "Kita lupakan masa lalu, Yu ... you deserve to be happy, cari pasangan yang mencintai kamu dengan tulus.""Kalau waktu bisa di putar, aku jelas memilih kamu," ucap Ayu sambil mendongakkan wajahnya pada Hendra. "Jelas kita nggak bisa saling memiliki." Hendra menjauhkan tubuhnya, beranjak dari sofa dan menghadap ke arah Ayu."Kamu sangat mencintainya?" Hendra mengangguk, "dia ibu dari anak-anakku.""Happy for you ...." Ayu berusaha tersenyum meski hatinya terasa sakit."You too ...." Hendra kembali tersenyum. Hendra keluar dari kamar Ayu tepat pukul 10 malam, menghabiskan waktu hanya sekedar memeluk wanita itu hingga dia kembali tenang. Masa lalu mereka memang sulit untuk
Read more

67. Kenapa Memilih Aku?

Ayu memarkir mobilnya di pekarangan sebuah rumah mungil bercat putih. Lelaki yang mengenakan kaos hitam dan jeans robek itu berdiri di ambang pintu menunggu kehadirannya sejak setengah jam yang lalu. Ayu tersenyum kecil ketika turun dari mobil yang dia kendarai selama hampir delapan jam perjalanan dari Jakarta."Udaranya sejuk di sini," kata Ayu sambil meletakkan kunci mobilnya di atas meja teras rumah yang Dimas sewa.Dimas hanya tersenyum, wanita yang sudah terduduk di kursi itu menikmati lalu lalang beberapa orang petani yang melintas membawa hasil sawah mereka."Sepertinya aku bakal kerasan tinggal di sini untuk beberapa bulan ke depan," ujar Ayu sambil melirik Dimas."Aku antar kamu ke Semarang, besok kamu harus kerja, kan?" "Hah?""Iya, pulang ke Semarang. Tempat kamu bukan di sini, Yu. Bukan dengan seorang DPO seperti aku, bukan dengan penjahat kelamin dan mantan terpidana korupsi.""Kamu ngomong apa sih?" Ayu mengerutkan keningnya."Tempat ini nggak cocok buat kamu," kata Dim
Read more

68. Berita Mengejutkan

"Bunda mau kemana?" tanya Tama yang melongokkan kepalanya dari balik pintu kamar Rubi pagi itu. "Hei, sini ...." Rubi meminta Tama masuk ke dalam kamarnya. "Bunda udah rapih begini, mau kemana?" Tama memperhatikan sang ibu yang hari itu mengenakan kemeja berwarna pink muda dan celana bahan 7/8. Rubi tertawa kecil, "Bunda pergi sebentar ya, ada urusan," "Sama Om Regan?" Rubi mengangguk, "heeh, Tama hari ini kalo mau jajan perginya sama Mbok Inah, ya." "Iya, Bun. Tapi Bunda nggak sampe malem, kan?" "Enggak, hanya sebentar," janji Rubi. "Tapi Tama kalo main jangan jauh-jauh, ya." Tama mengangguk. "Tama hari ini mau di rumah aja, Pakde Bono mudah-mudahan ke sini jadi bisa main sama Pakde." "Oh iya, nanti Bunda suruh Pakde kemari." Rubi mengacak rambut Tama lalu meraih tas tangannya. "Bi," panggil Ibu Widya. "Ya, Bu ...." "Ada Nak Regan di depan." Widya merangkul pundak Tama dan menuntunnya keluar kamar. "Kamu mau kemana?" tanya Widya saat berada di ambang pintu. "Mau temenin
Read more

69. Dimana Anakku?

Rubi masih menangis di ruang keluarga menunggu kabar dari Regantara yang langsung bergerak cepat mencari keberadaan Tama. "Gimana ceritanya tadi, Bu?" tanya Rubi di sela isak tangisnya. "Kamu pergi sama Nak Regan tadi, Tama masih di rumah, masih nonton TV sama Ibu. Dua jam kemudian dia bilang ke Mbok Inah mau ke supermarket di depan. Karena Mbok Inah masih ada kerjaan di dapur, Ibu suruh Tama untuk menunggu Bono sebentar lalu Ibu tinggal masuk ke kamar. Bono datang menanyakan Tama dimana, Ibu kaget." Widya masih terduduk lemas menceritakan kronologis kejadiannya sementara Mbok Inah merasa tak enak pada Rubi. Baru kali ini Tama menghilang tanpa berpamitan, jika pun tidak di izinkan keluar rumah, anak lelaki yang sekarang berumur lebih dari 10 tahun itu akan menunggu hingga ada yang menemaninya pergi meski hanya ke warung seberang jalan. "Mbak ...." Bono datang dengan napas terengah, sedari tadi dia mengelilingi daerah sekitar rumah Rubi hingga ke kampung sebelah, namun hasilnya teta
Read more

70. Manusia Bodoh

Pukul delapan malam, Dimas baru sampai di rumah sewaannya. Pagi tadi dia meminjam mobil Ayu untuk mengurus sesuatu di Semarang, karena Ayu menolak ikut Dimas memutuskan pergi sendiri. Membutuhkan waktu hampir dua jam dari Boyolali untuk sampai ke Semarang, niat yang tadinya hanya untuk mengurus sesuatu namun nyatanya keinginan untuk melihat putra semata wayangnya begitu kuat.Semesta berpihak pada Dimas saat melintas di depan rumah Rubi dia melihat Tama berada di depan pagar menunggu seseorang. Tanpa pikir panjang, Dimas turun dan menghampiri putranya itu."Tama," panggilnya. Sebusuk apapun kelakuan Dimas, namun kerinduan pada anak semata wayangnya itu tak dapat di pungkiri. Darahnya mengalir di tubuh Tama, anak lelakinya buah cintanya bersama Rubi dulu."Ayah," ujar Tama lalu menoleh ke kanan dan ke kiri melihat situasi di sekitarnya."Nak," ucap Dimas memeluk Tama yang tidak sedikitpun membalas pelukannya. "Kamu sehat?" tanya Dimas menatap lamat bola mata yang belum berdosa itu.Ta
Read more
PREV
1
...
56789
...
17
DMCA.com Protection Status