Sekar yang muncul dengan muka masam, terlihat merana melihat kami berdua. ‘Heh’ patutkah memanggil suaminya dengan kata ‘heh’?“Honey, kamu udah bangun. Aku hanya ...” Mas Danu bangkit menghampirinya.“Jangan pernah panggil aku Honey,” tepisnya, “jikalau hanya kau jadikan madu dari wanita itu. Penghinaan ini akan membekas selalu.”“Sayang, please dong, jangan marah-marah, kecilkan suaramu, ini sudah dini hari, lho.”Panggilan sayang itu, nyatanya membuat batinku berdarah. Panggilan itu, kuingin untukku saja.“Kamu sadar ini dini hari? Dan kamu ngumpet-ngumpet di tempat seperti ini untuk menemui dia? Sadarlah Danu, ini tempat salat, bukan tempat maksiat.”Baru kutahu, Sekar bisa sekasar itu pada Mas Danu. Tanpa segan, ia memanggil nama suami seenaknya. Tak ada penghormatan sama sekali. Diakah wanita yang disebut Mas Danu tadi? Wanita yang galak dan hobi marah-marah?“Hubungan kami belum terputus. Ada hak dia atas waktuku juga ...”"Kalau begitu putuskan!" perintahnya.Mas Danu menggele
Read more