Home / Pernikahan / Wanita Berhati Baja / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Wanita Berhati Baja: Chapter 91 - Chapter 100

122 Chapters

WBB 91

Duduk di kursi goyang yang diletakkan dalam kamar si kembar siam, aku menyusui keduanya bersamaan. Beruntung Tuhan menganugerahkan diriku air susu yang berlimpah, sehingga mampu memenuhi kebutuhan tiga bayi sekaligus.Ismail dan Ishaq. Awalnya, aku juga takut sekali memegang mereka. Laksana memegang bola panas yang membuatku senantiasa berkeringat kala menggendongnya.“Kamu bisa?” tanya Mas Danu ragu.Dengan menguatkan hati, kuanggukkan kepala.Rasa takut menghampiri. Bayi yang tubuhnya saling menempel itu, terlihat seperti gurita kecil dengan empat tangan yang menggapai-gapai tubuhku. Tahu mereka pun butuh dielus sayang, seperti semua bayi-bayi lainnya. Maka sambil memejamkan mata, kususui mereka. Tangis mereka yang hingar, langsung sirna.Pelan, membuka mata. Dua bayi mungil itu tengah menatapku, seolah mengucapkan ‘terima kasih’ tidak meninggalkan mereka begitu saja. Melihat empat bola mata itu, hatiku luluh seketika. Kuciumi kening mereka, meminta maaf karena sempat takut berinter
Read more

WBB 92

Kesedihanku mungkin begitu besar. Tapi tak kalah besar dibanding kesedihan Mas Danu yang menggunung. Ia terpukul. Merasa bersalah karena di lubuk hatinya yang terdalam menginginkan hal itu terjadi.“Aku jahat, Laras. Aku malu dengan kehadiran mereka. Padahal mereka hadir karena diriku juga,” ratapnya sambil membelai wajah si kembar yang terbingkai dalam frame hitam.“Aku selalu berharap mereka tak ada,” imbuhnya. “Dan kini, ketika mereka benar-benar sudah tiada, hatiku...” dia memukul-mukul dadanya. “Sakit sekali!” Ia menangis lagi. Kesedihan yang bercampur rasa bersalah memang berat untuk diatasi.“Bukankah kita sudah berusaha maksimal, Mas? Bukan kuasa kita untuk mengubah ketetapan-Nya.”“Kamu tahu yang lebih jahat dari semua itu? Aku lega mereka tak perlu menderita di dunia. Hanya saja, aku menderita. Tak kukira, akan sesakit ini rasanya. Dan tahukah kamu? Mereka selalu datang di mimpiku. Mereka membenciku, Laras.”Kurengkuh dirinya dalam pelukan.Mungkin, inilah saatnya kekokohan
Read more

WBB 93

Dia menggeleng. “Tidak, jangan sebut nama itu lagi.” Aku lega dia sudah bisa diajak bicara.“Jadi, apakah Mas akan terus begini? Katakan, berapa lama waktu yang Mas butuhkan untuk berduka?”“Apakah ada obatnya, Laras? Obat yang manjur untuk hati yang terluka karena sedih dan rasa bersalah?”Kugenggam tangannya erat. Membelai wajahnya yang bersih karena rajin kurawat. “Ada, Mas. Salat. Mengaji. Pasrahkan pada Illahi Rabbi. Jika Mas masih merasa bersalah, salat taubatlah. Mohonlah ampun pada Sang Maha Pengampun. Jika hati Mas masih sakit, mohonlah obat pada Sang Maha Penyembuh. Jika Mas merasa tak berdaya, mohonlah kekuatan pada Sang Maha Perkasa. Kita punya Allah, yang kuasa-Nya jauh lebih besar daripada semua masalah yang kita punya.”Mas Danu bergeming.“Setelah itu, kembalilah pada kami. Seperti dulu, saat kamu tersesat di alam bawah sadar, lalu kembali mencari kami. Bisakah Mas lakukan itu? Bukan untuk kami, tapi untuk diri Mas sendiri.”Dia memandangku dengan tatapan kosong. Hingg
Read more

WBB 94

“Si kembar, mereka bayi tak berdosa. Tentu di surga tempat mereka. Ibumu, isteri solehah yang banyak berbuat amal kebaikan, bapak yakin di surga pula dia berada. Jika kamu merindukan mereka, maka kejarlah amalmu di dunia. Perbaiki akhlakmu. Perkuat akidahmu. Hal-hal itu yang belakangan ini bapak pikirkan. Hal-hal yang juga telah bapak abaikan. Bapak menyesal tak membekalimu dengan ilmu agama yang cukup. Hingga dirimu rapuh dan mudah menurutkan hawa nafsu. Belajarlah dari Laras, cara mengolah rasa. Sehingga bisa tetap tegar, sekeras apa pun goncangan yang menerpanya.”Mas Danu menoleh padaku. Rasa bersalah berlumuran di matanya.***Bergandengan tangan melewati rumput yang tertata rapi. Menuju gundukan yang di sana tertera nama ibu mertua. Bunga-bunga segar menyelimuti gundukan dari tanah itu. Mengingat kematian, mampu melembutkan hati yang keras. Juga menyadarkan hakikat kehidupan, yakni beribadah untuk bekal di hari nanti. Dengan berziarah, kesombongan luruh. Sejatinya, semua kemegah
Read more

WBB 95

“Kamu suka tinggal di sini?” Kami baru saja menjejak kaki di rumah baru hadiah dari bapak mertua untukku. Rumah yang indah dengan taman bunga dan kolam pancuran di halaman. Furniture modern melengkapi di setiap sudut ruang. Tembok didominasi cat warna putih yang melambangkan kesucian. Lampu-lampu gantung dengan kristal mahal menambah aura kemewahan. Bapak mertua juga sudah menyiapkan dua asisten rumah tangga untuk membantu di rumah ini. Dua nany yang sudah lekat dengan Adam dan Hawa pun ikut pindah bersama kami. Sementara Maryam dalam gendonganku selalu. Dia masih terlalu mungil untuk dilepas atau dititipkan kepada orang lain. Aku selalu bermimpi, memiliki rumah sendiri yang penuh dengan cerita cinta. Cinta ibu pada anaknya. Cinta suami pada istrinya. Cinta anak-anak untuk kedua orangtuanya. Terpenting, cinta hamba untuk pencipta-Nya. Bagaimana aku bisa bilang tak suka, jika semua yang terhampar di depan mata hanya keindahan?Tak henti-henti bibirku berucap syukur untuk semua nikm
Read more

WBB 96 - SEASON 2

[Mau dong. Jangankan nasi jagung, asam garam pun kumakan dengan lahap.]Dia mengirim emoji tertawa.Asam garam, istilah untuk menggambarkan pengalaman hidup. Kiasan tersebut sengaja kupilih untuk mengingatkannya, bahwa aku adalah istrinya yang bermental baja. Rela menemani suami dalam setiap suasana. Tak hanya kala suka, tapi juga bertabur duka.[Baiklah. Jangan lupa beli baju bagus. Jangan lupa berdandan yang cantik. Aku mau kencan nanti malam!]Perintah untuk berdandan secara khusus saat dinner adalah syarat yang melekat. Ingatannya belum bergeser dari saat pertama aku tampil dengan make up sempurna pada gala dinner beberapa tahun lalu. Saat masih ada Mike dan Sekar dalam hidup kami.“With a good makeup brush, every woman can be an artist.” Begitu kata makeup artis yang dulu disewa Caca untuk mengubahku menjadi Cinderella.Waktu itu, sepupu Mas Danu itu berkata, “Andai kamu bisa kayak begitu tiap hari, Mbak, mungkin Mas Danu tak punya waktu untuk memperhatikan wanita lain.”Dan ...
Read more

WBB 97

Aku mengklakson pintu gerbang agar satpam membuka tanpa aku perlu turun dari mobil. Tak hanya Adam, aku mengantar Hawa dan Maryam beserta dua pengasuh anak berakhir pekan di rumah kakek. Mengenali mobilku, satpam langsung membuka pagar.Tak menunggu lama, anak-anak berhambur, turun dari mobil dan masuk ke rumah besar yang penuh kenangan. Rumah itu tentu sangat berharga bagi bapak mertua hingga beliau tak mau meninggalkannya.Demi kesopanan, aku turun dari mobil dan ikut masuk ke dalam. Tak ada yang berubah dari rumah ini sejak terakhir kami tinggalkan lima tahun lalu.Bapak mertua keluar dari ruang kerja seperti biasa. Menyambut ketiga cucunya dengan ceria.“Kakek ....” Anak-anak langsung berlomba memeluknya, hingga pria tua itu tergelak dalam tawa yang menggembirakan mata. Lagi-lagi kuucap syukur untuk pemandangan indah ini. Beliau menyayangi anak-anakku dengan kasih sayang murni, kasih sayang yang selama ini kuperjuangkan.“Bapak sehat?” Aku mendekatinya, mencium tangannya dengan ta
Read more

WBB 98

“Anak-anak sama bapak, juga para pengasuh. Mari hari ini kita berlibur, menebus kesempatan yang belum pernah kita dapatkan. Siapa tahu, Allah memberi kita bonus tahun ini.”“Bonus?”“Ya, bonus adik Maryam.”Sejenak mata kami bertatapan dalam. Ah, rasanya mabuk kepayang.***Sebuah villa terkenal, langganan para artis ibukota menjadi pilihan malam ini. Sungguh tak terlukiskan indahnya. Mas Danu telah memesan agar resort kami dihias dengan aneka bunga. Kelopak mawar merah dan putih terserak di lantai hingga atas ranjang. Bahkan bath tub pun penuh dengan kelopak mawar yang disusun membentuk tulisan I love U. Dua handuk berbentuk angsa seolah hendak berciuman tertata apik di tempat kami rebahan.Interior villa yang memadukan unsur modern dan tradisional etnik Bali, menyuntikan moodbooster yang luar biasa. Serasa menjadi Cinderella yang dibawa ke Istana.Sebuah kotak kado tersusun apik di meja. Kubuka satu persatu. Isinya membuatku tersipu. Ada lingerie, baju renang, gamis lengkap dengan j
Read more

WBB 99

Aku tidak bisa memikirkan jawaban lain. Mungkin saja ia memang ingin berlibur kemari. Tanpa alasan.Sayangnya, lagi-lagi Mas Danu menggeleng.“Baiklah aku menyerah .... Kenapa Mas memilih tempat ini dibanding begitu banyak tempat lain?”“Karena aku pernah menggagalkan liburanmu di sini.”“Kapan?” Aku tak ingin pernah berlibur ke Bali atau berniat kemari.“Saat kamu bersama Mike. Aku tahu kamu enggan pulang bersamaku ‘kan? Kamu menikmati senja bersamanya, seolah ingin berpindah ke dunia yang berbeda dari yang kamu jalani bersamaku.”“Mas ....” Diingatkan akan masa lalu, lidahku kelu. Kuakui, kala itu pikiran semacam itu ada. Ingin sejenak merasakan indahnya surga dunia bersama pria yang menerimaku apa adanya.“Kalimat dia waktu itu tak pernah kulupa. Ia bilang kamu juga butuh liburan, butuh penyegaran, butuh dibahagiakan. Sudah lama aku ingin menunaikan janji ini, tapi Maryam masih terlalu kecil untuk ditinggal. Sekarang dia sudah PAUD, kurasa tak apa jika sesekali kita bepergian berdu
Read more

WBB 100

dengan kedua tanganku.“Apakah masih ada waktu untukku, Laras?” Ia butuh dikuatkan. Sayangnya, aku tak mampu mengatakan harapan palsu sekalipun itu untuk menghiburnya.Dari Bali kami harus terbang kembali ke Jakarta. Sementara penerbangan tercepat adalah sore nanti pukul 16.00 WIB.Kami harus menunggu selama empat jam lebih di villa. Waktu yang terasa berabad-abad karena kecemasan raksasa. Bagaimana jika terjadi perpisahan tanpa kalimat perpisahan? Sama seperti saat ibu pergi untuk selamanya, Mas Danu terlambat dan tak bisa mendengar pesan ibu terakhir kali.“Jaga bapak, jangan biarkan ia kesepian. Jangan biarkan ia sendirian melewati masa tuanya.” Itulah pesan terakhir ibu yang kusampaikan pada Mas Danu. Akan tetapi, Mas Danu mengabaikan pesan itu karena marah bapaknya masih di luar negeri ketika istrinya meregang nyawa.“Bapak tak pernah mencintai ibu dengan layak!” teriaknya kala tahu ibu meninggal tanpa didampingi suami. Sejak itu, mereka sering tak bertegur sapa. Berbicara seperl
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status