“Kamu bicara apa, Laras.” Menoleh padaku. “Mati?” Kali ini tampangnya terlihat bingung.Giliran aku yang terheran. “Kata bapak, Sekar telah pergi.” Apakah mungkin informasi itu keliru? Lalu kenapa Mas Danu terlihat begitu tertekan? Kuikuti arah pandangan matanya, menembus kaca ruang NICU. Astagfirullah, bayi kembar di sana sungguh abnormal.Kubekap mulut, syok!Senyum sinis terukir di bibir Mas Danu. Ironisnya, air mata justru bergulir dari kedua mata yang dihiasi lingkaran hitam itu. “Sekar tidak mati. Ia pergi, kabur dari kenyataan ini. Ia menganggap anak itu kutukan, hukuman, monster. Ia malu dan memilih bunuh diri dibanding mengakui anak itu anak kami.”Mas Danu berusaha tegar, menyusun kata di antara air mata. “Orang tua Sekar tadi kemari menjemput putrinya. Mereka tak ingin anaknya jadi gila dan memintaku melepasnya. Tanpa mereka minta pun, memang itu yang akan kulakukan jika ia bersikeras. Hanya saja, bagaimana dengan mereka? Ibunya saja tak menginginkannya, apalagi ...” kalim
Baca selengkapnya