"Z... Zeliya, gimana bisa dia ada disini," lirih Bryan dengan terbata. Matanya bahkan tanpa kedip, melihat wanita bercadar itu menatapnya lekat dengan mata bening yang rasanya sudah lama tidak ia nikmati. Mata itu masih sama, menenangkan."Mau dimandiin istri 'kan? tuh, udah ada istrimu hehe," goda Alex, ia menaruh selang air di bawah kaki Bryan. "Lebih baik, gue tinggal kalian ya, tenang aja, kalian nggak akan terganggu."Bryan menahan tangan Alex, begitu pria itu hendak beranjak. "Lo, bukannya tadi dia nggak jadi kesini?" tanya Bryan, matanya tetap ke arah Zeliya."Kalau rindu bilang aja, peluk-peluk sana, bahkan mata lo nggak bisa bohong, ck ck." Alex melepaskan cekalan tangan Bryan."Aish, lo bohongin gue hah? dasar laknat," maki Bryan dengan suara kecil. Ia tersenyum samar ke arah Zeliya, menggaruk tengkuknya sendiri yang tidak gatal, percayalah ia belum siap menemui wanita itu, tapi entah mengapa tidak dapat dipungkiri hatinya menghangat."Zeliya!" panggil Alex dengan suara kera
Read more