"Maafkan Ibu, Nak," ucapku lirih. Yunita pun mengangguk. Sesaat kemudian Ia mendekat dan memelukku erat."Maafkan Yunita juga ya, Bu. Maafkan Yunita, yang tidak sempurna ini," bisiknya lirih di dekat telingaku. Aku mengusap lembut punggungnya yang bergetar. Kemudian mengurangi pelukan."Kamu cantik dan sempurna, Sayang. Ibu yang salah. Kamu dan Firman saling mencintai, betapa Ibu sangat berdosa karena mengharapkan perceraian diantara kalian, Ibu mohon maafkan Ibu." Gadis cantik yang dulu kami minta langsung pada orangtuanya kini masih terisak. Betapa aku yang sudah keterlaluan. Apa yang harus aku sampaikan pada besan nanti, jika kami bertemu. Apakah Yunita telah mengadu pada Mama dan Papanya."Terimakasih, Ibu sudah mau berubah, dan menerimaku kembali seperti dulu, Bu," isaknya."Ibu! Yunita! Kenapa kalian menangis?" tanya Firman yang tiba-tiba bangun, mungkin karena mendengar suara Isak tangis kami berdua.Sontak kami berdua menoleh ke arah Firman, yang masih mengucek matanya."Janga
Baca selengkapnya