Semua Bab Mampukah Aku Bertahan : Bab 31 - Bab 40

92 Bab

Bab 31 (Rapuh)

"Apaan sih Kak, aku baru juga pulang, Kakak udah marah-marah." Suara Laras terdengar tidak terima dengan apa yang di katakan Mas Firman, aku sendiri juga kurang tahu apa yang baru saja Mas Firman katakan.Mereka masih di depan rumah belum masuk ke dalam."Kamu itu perempuan, nggak pantes kamu begitu dekat dengan laki-laki, terlebih laki-laki itu bukan suami kamu, kamu harusnya malu, Laras!" ucap Mas Firman dengan nada meninggi.Laras melengos masuk ke dalam rumah, melewatiku begitu saja."Laras! Dengerin kalau Kakak lagi ngomong! Siapa laki-laki itu? Kenapa kalian sampe pulang bareng berboncengan dengan begitu dekat, bahkan dia berani cium pipi kamu, Mas nggak suka! Kamu itu perempuan, harus punya harga diri donk, Laras!" pekiknya lagi. "Kak, aku itu udah gede, nggak perlu Kakak nasehatin aku kaya gitu, dia itu fotografer di tempat kerja aku, Kak. Dia juga baik kok," sahut Laras enteng seraya menjatuhkan bobotnya di sofa."Kamu udah gede tapi makin susah di atur! Kakak cuma nggak mau
Baca selengkapnya

Bab 32 (Kedatangan Tania)

Memang begitu adanya, jika sudah menyangkut soal anak, aku memang sensitif, itu yang membuatku terkadang dihantui rasa khawatir yang tak beralasan dengan suamiku, khawatir ia sudah tak sabar kemudian memilih wanita lain sebagai alasan, untuk bisa melahirkan keturunan untuknya."Sssstt, tak perlu kamu dengarkan apa kata mereka, jika perlu tutup telinga kamu dari suara-suara sumbang yang hanya membuat kita sakit hati, sakit telinga, kamu percaya dan yakin kan? Kalau kita bisa?" Mas Firman bangkit kemudian duduk di sampingku.Aku terdiam."Kalau kita yakin bisa, Insya Allah kita pasti bisa Sayang. Percayalah, saat ini Allah masih ingin memberi waktu untuk kita berpacaran, nanti saat waktunya tepat, Allah pasti akan menitipkan amanah itu untuk kita," terangnya lagi, meyakinkanku, begitu selalu, Mas Firman tak pernah jemu untuk selalu meyakinkan aku, bahwa waktu itu pasti akan tiba.***"Sayang, Hari ini Mas akan ke rumah makan cabang, kamu mau ikut?" tanya Mas Firman pagi ini, saat kami s
Baca selengkapnya

Bab 33 (Menantumu Aku atau Dia?)

Mas Firman berjalan membuka gerbang kemudian masuk ke dalam mobil, dan berlalu hingga tak terlihat lagi. Setelah aku menutup kembali pagar rumahku, aku pun melenggang masuk ke dalam rumah."Huh, Sok mesra!" ucap Tania sinis saat aku baru saja melewati pintu depan. Sedikit terkejut ternyata Tania berdiri di balik pintu.Udah kaya demit aja nih orang, tiba-tiba menghilang, tiba-tiba nongol, gumamku."Iya, donk, memang harus mesra biar tetap nempel kayak perangko. Jadi nggak ada celah buat calon-calon pelakor untuk mencari kesempatan," desisku, tajam menatap matanya.Wajah cantiknya tiba-tiba berubah, mendengar perkataanku. Jangan harap aku akan diam saja melihat gelagatnya, Tania."Ingat ya, Kak. Kamu belum bisa kasih Kak Firman keturunan, sampai kapanpun Kak Firman akan tetap menanti itu, jika kamu tak mampu memberikan itu, apa kamu yakin Kak Firman tak mungkin berpaling?"Ck! Wanita ini benar-benar ingin memancing emosiku. Tenang Yunita, sabar Yunita, jangan terpancing emosi."Kamu ta
Baca selengkapnya

Bab 34 (Menemui Wina)

POV FirmanSemenjak membawa Wina ke Jakarta Aku memang belum sempat menemuinya, aku meminta bantuan Dimas untuk menghandle semuanya. Walaupun terkadang Dia banyak komen, tapi Dimas tetap membantuku.Dimas membawa Wina ke apartemen milikku, apartemen yang memang aku beli untuk Yunita sebagai hadiah anniversary pernikahan kami yang ke empat nanti beberapa bulan lagi.Maafkan aku Yunita, Maaf Sayang, aku justru menyimpan wanita lain di apartemen yang memang kubeli untukmu.Maaf aku belum siap mengatakan semuanya padamu, aku takut kamu kecewa padaku, aku takut kamu justru meninggalkanku, aku belum siap dengan kemarahan kamu, aku takut kamu pergi dari hidupku.Berbagai ketakutan, karena aku sangat mencintainya, aku selalu ingin dekat dengannya, aku selalu ingin bersama-sama dengannya, aku belum siap jika mendengar ini, Yunita akan marah dan memilih pergi, sampai kapanpun aku tak akan rela.Biarlah sementara waktu begini, hingga tiba waktu yang tepat aku akan menceritakan padamu, Yunita. Ak
Baca selengkapnya

Bab 35 (Bimbang)

"Apa yang beliau bicarakan?" tanyaku, aku ingin mendengar langsung darinya.Wina hanya menghembuskan napas kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sebelum mulai bicara."Ibu, memaksaku untuk pulang." Wina menatap kosong. Terlihat gurat kesedihan di sana, ibu tirinya memang jahat, hanya mementingkan egonya sendiri saja."Lalu?""Ibu tetap mau menikahkanku dengan juragan Dadang." Kali ini kedua netranya mulai berkaca-kaca, hatinya pasti begitu sedih, laki-laki tua itu benar-benar tak punya hati, sudah punya dua istri masih saja mengincar gadis, untuk dijadikan istri ketiganya.Aku hanya menggelengkan kepalaku mendengar penuturan Wina, bagaimanapun secara agama dia istriku, aku berkewajiban melindunginya."Bukankah ibumu sudah tau jika kita sudah menikah, bagaimana bisa juragan Dadang menikahi wanita yang masih bersuami," sungutku.Kembali terdengar hembusan napas berat dari gadis yang ada di depanku, gadis yang sudah menjadi istri tapi nyatanya hati dan jiwa kami masih belum bis
Baca selengkapnya

Bab 36 (Maaf Telah membohongimu)

Tok! Tok! Tok!"Assalamualaikum."Terdengar suara ketukan halus di pintu, seketika membuatku dan Wina saling pandang, siapa yang datang?Aku langkahkan kaki ke arah pintu dan membukanya."Dimas?" Aku sedikit terkejut yang datang adalah Dimas. Dia membawa satu kantong plastik besar, yang tampak berisi sayur dan buah."Hehe iya Bro! Sorry Gue ganggu ya? Gue bawain sayur dan buah buat Wina, seminggu lalu gue udah isiin kulkasnya, mungkin sekarang udah kosong karena udah seminggu." Aku menepuk jidatku sendiri, memang sejak membawa Wina kesini, aku meminta bantuan Dimas untuk membelikan bahan makanan, sampai aku sendiri lupa itu udah seminggu yang lalu, Dimas benar mungkin sekarang sudah habis."Nggak ganggu kok, ini juga gue udah mau pulang, masuk dulu Bro." Aku menepuk punggung sahabatku ini.Kami pun masuk dan duduk di sofa."Makasih ya, Bro. Gue sendiri sampai lupa soal itu." Aku hanya nyengir, menggaruk kepalaku yang tak gatal."Baik kan Gue, Lu yang punya Bini, Gue yang beliin kebutu
Baca selengkapnya

Bab 37 (Pesan Dimas)

Tapi hari ini aku membelikan baju untuknya, beberapa tahun bersama tentu aku juga tahu seleranya pakaian seperti apa yang dia suka, Alhamdulillah ia suka dengan baju itu, terlihat dari binar matanya begitu senang, menambah aura kecantikannya terpancar dari wajahnya.Ah, sungguh cantik, dan menggemaskan kamu, Sayang.Aku pun pamit untuk segera mandi dan melaksanakan ibadah wajib tiga rakaat, dan Yunita pun turun ke bawah membuatkan aku kopi.Usai salat aku curahkan semua pada sang kuasa, sungguh keadaan ini membuatku bingung. Namun baru saja aku mengakhiri doaku, aku menoleh dan betapa terkejutnya aku melihat Yunita yang sudah berdiri di sana. Sejak kapan? Apa tadi dia mendengar doaku? Aku sedikit pucat dan salah tingkah beberapa detik, namun sesegera mungkin aku tenangkan diri menguasai keadaan.Aku berusaha mengalihkan perhatiannya dengan menanyakan mana kopi yang tadi ia buat untukku, dan aku menggandeng tangannya hendak keluar kamar. "Dia siapa yang kamu sebut dalam doa barusan,
Baca selengkapnya

Bab 38 (Bu Warsih)

"Gimana sama teman-teman kamu, Ren? Mereka jadi ketemu saya hari ini kan?" tanyaku pada Rendi, salah seorang kepercayaanku yang aku percaya bisa menghandle rumah makan cabang. "Jadi, Pak. Nanti sekitar Tiga puluh menit lagi teman-teman saya akan datang, Pak.""Oke, semua berjalan lancar kan, selama saya tidak kemari?" "Alhamdulillah lancar, Pak. Semua yang saya laporkan sama Bapak," sahut laki-laki yang sudah bekerja denganku sejak tiga tahun lalu ini. Dulu Rendi bekerja di rumah makan utama, bahkan dia sahabat baik Iwan, melihat potensi kerja yang bagus, saat aku membuka rumah makan cabang ini, aku pilih dia yang menghandle semuanya di sini, Alhamdulillah dia selalu bisa di andalkan.Setelah menunggu akhirnya anak-anak band yang merupakan teman-teman Rendi itu pun datang, mereka ada lima personil.Setelah berbincang cukup lama akhirnya disepakati mereka akan mengisi acara di kafe ini, dengan honor sesuai kesepakatan, karena mereka merupakan band lokal yang belum begitu terkenal, ja
Baca selengkapnya

Bab 39 (Terkejut)

Aku yang masih duduk di kursi kemudi, belum turun dari mobil, memilih untuk menghubungi Dimas."Halo Bro, tadi Gue udah ketemu sama Bu Warsih," ucapku pada sahabatku di seberang sana."Terus bagaimana Bro?""Ternyata Dia itu terlilit hutang dengan itu laki-laki tua, dan dia tak bisa bayar, jadi sebagai gantinya Wina.""Apa?! Gila tuh Bu Warsih, udah kaya mau jual anak. Mentang-mentang Wina itu bukan anak kandungnya sendiri jadi dia seenaknya begitu," sungutnya.Terdengar hembusan napasnya, sepertinya Dimas juga merasa kesal pada Bu Warsih."Nah itu, Dia. Tadi Gue udah coba telpon Wina untuk jangan keluar kemana-mana, tapi ponselnya nggak aktif, tadi Bu Warsih bilang anak buah juragan Dadang itu, sudah di Jakarta mencari keberadaan Wina," ucapku."Lu tetap bantu Gue ya, ikut menjaga Wina, bagaimanapun Gue nggak bisa menghadapinya ini sendiri, Gue juga punya istri yang harus Gue jaga perasaannya," tambahku lagi."Iya, dari awal juga Gue selalu bantuin Lu, makanya saran Gue Lu jangan lam
Baca selengkapnya

Bab 40 (Ketahuan)

Aku begitu terkejut Wina yang masih bersandar di bahuku pun sontak menarik diri dan menyeka kedua pipinya.Braaakkk!Pintu terbuka lebar. Aku terperanjat dan langsung bangkit, pandanganku mengarah ke pintu yang menampakkan sosok cantik istriku sudah berdiri di ambang pintu dengan wajah memerah."Yunita!" ucapku lirih.Yunita masuk ke dalam, memandangku dan Wina secara bergantian dengan tatapan nyalang, matanya memerah. Jelas terlihat menahan amarah yang seakan siap meledak.Aku sungguh terkejut, jantungku berdegup dengan sangat kencang, jangan di tanya seperti apa sekarang wajahku, sudah pasti sangat pucat, melihat kehadiran istriku di sini. Kenapa Yunita bisa ke sini? Siapa yang membawanya kemari?"Kenapa?! Kaget? Kenapa aku bisa di sini?! Siapa Dia Mas? Siapa Dia!! Simpanan kamu? Iya?! Tega kamu ya Mas! Kamu tega!" Yunita meremas kuat jaket yang masih kukenakan dan mengoyaknya dengan kuat, hingga aku sedikit terhuyung, tangisnya pecah."Sa–Sayang—" Aku tercekat, rasanya tubuhku seak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status