175Aku mencoba membuka mata yang masih saja terasa lengket. Tangan besar yang melingkari perut membuat tak leluasa bergerak. Saat ingin melepaskannya, pelukan malah bertambah erat.“Kak.” Aku memanggil pemilik tangan yang yakin wajahnya berada tepat di tengkuk ini, karena sapuan napasnya terasa menyapu leher.“Hmmm.” Gumaman lirih terdengar sebagi jawaban.“Katanya cuma mijit kaki.” Aku merajuk manja.“Tadinya begitu,” jawabnya denan suara tak begitu jelas. Aku yakin ia masih mengantuk.“Lalu?”“Tapi tubuhmu mengandung aliran listrik.”“Apa?”“Tubuhmu ada setrumnya, aku kena setrum, bergetar. Bahaya kalau tidak segera dilemaskan, aku bisa gosong.”“Modus!” Aku merutuk. Sementara di belakang telinga hanya terdengar kekehan pelan sebelum sepi menyelimuti. Dengkuran halus terdengar setelahnya. Ia tidur pasti karena kelelahan setelah melemaskan tubuhnya. Meninggalkanku yang tidak leluasa bergerak karena dipeluk dari belakang dengan posisi meringkuk.Aku tersenyum sebelum kembali merenung
Last Updated : 2023-04-17 Read more