“Saya mau pamit, Abah, Umi. Saya pengen lanjut kerja.”Aqila menatapnya dengan sorot menilai, sementara Mazaya menunduk sambil memainkan ujung kerudungnya.“Kerja dimana, Nduk?”“Di Jakarta, Umi.”“Kenapa gak disini aja?”“Keluarga saya gak bisa lagi membiayai saya disini, Abah. Saya gak bisa terus tinggal disini sementara mereka lagi kesulitan keuangan. Lagipula, saya sudah khataman. Saya bisa pergi selama Umi dan Abah mengizinkan.”Aqila dan Fatih bertatapan, namun dengan sorot berbeda. Meski terlihat dingin, namun ada campur-aduk dalam sorot matanya antara cemas dan puas, sementara Aqila terlihat cemas.“Kamu bisa ikut membantu di Ndalem, Nduk. Iya kan, Abah?”Fatih mengangguk datar.Mazaya tersenyum. “Terimakasih buat sarannya, Umi. Tapi lebih baik saya keluar. Saya pengen hidup mandiri.”Aqila mengembuskan napas, kemudian mengangguk. Diperhatikannya ekspresi Mazaya yang terlihat puas dan mengulurkan tangan saat gadis itu mendekatinya, lantas memperhatikan punggungnya yang menjauh
Last Updated : 2023-05-11 Read more