All Chapters of Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua: Chapter 131 - Chapter 140

162 Chapters

Bantuan atau Ikut Campur?

“Dia temenmu dulu kan, Han? Kenapa dia?”“Disuruh keluarganya kuliah ke Eropa.” Hana menjawab sambil meraih Amira dari gendongan Arkan. “Nyebelin emang. Kata Lidia sama Kaina, kerjanya ngeluh aja dari minggu lalu.”Arkan tertawa.“Kamu marah?” godanya.“Sampe pengen aku gebukin pake tempat sendok malahan,” balas Hana sebal. Berdua, mereka memasuki rumah dan menghampiri Salwa yang asyik memangku Bella sambil membacakannya cerita.“Mana Mbak Aisyah?” tanyanya pada Zara yang sibuk mencoret-coret sesuatu.“Lagi keluar sama Alina.”“Lho, Mbak Alina ke sini?” tanya Arkan dengan nada tertarik. “Baru juga minggu lalu balik dari sana.”“Kan besok malam khataman. Sekalian nemenin Fauzan yang ngisi kajian di aula muktamar dua hari lagi.” Salwa menjawab. “Umi denger kalian bahas-bahas Vanya di luar. Dia ngeluh lagi ya?”“Iya tuh. Mana ngata-ngatain semua pengacara itu rakus dan tamak pula. Kan Hana jadi sebel dengernya.”Salwa tertawa.“Kebanyakan nonton serial tentang hukum kayaknya,” sahut Fari
last updateLast Updated : 2023-05-02
Read more

Rencana Masa Depan

“Gak usah nangis. Kita masih bisa kontak-kontakan.”Kaina menabok bahunya, sementara Hana buru-buru mengusap air mata dan tertawa pelan. Diperhatikannya Vanya yang menatapnya bosan sebelum menoleh ke aula.“Banyak juga ya yang ikut khataman.” Vanya berkata. “Bahkan Gus Wahid juga.”Di bawah tatapan Kaina dan semua orang, Vanya menatap Wahid dengan sorot mata melamun. Berkali-kali Lidia menyenggol Hana, namun Hana menggeleng sambil terus memperhatikan Vanya.“Dia kenapa sih?” bisik Kaina.“Gak tahu. Sejak latihan minggu lalu, dia juga merhatiin Gus Wahid terus. Memangnya dia suka?” tanya Nadia.“Dilihat dari gelagatnya sih iya.” Entah sejak kapan Anna duduk diantara mereka dan ikut memperhatikan Vanya. “Dia kan juga kayak gitu waktu ngintipin Gus Ivan dulu.”“Mungkin aja dia penasaran.” Hana segera menyergah. “Gak lucu ah bercandaannya. Masa iya orang yang merhatiin dibilang suka?”“Tapi, Han....”Hana tidak menghiraukannya dan menyentuh bahu Vanya. Gadis itu terlonjak, lantas menggaru
last updateLast Updated : 2023-05-03
Read more

Jomblo Ngenes

“Mau sampai kapan menjomblo terus? Tuh lihat. Temen-temenmu udah pada punya rencana mau nikah. Kamu sendiri doang yang gak normal.”“Berisik!” Wahid menghardik. Wajahnya merah padam menahan malu dan sebal. Bagaimana tidak marah kalau baru lulus Marhalah Tsani—setara dengan S2—saja sudah dicecar tentang pernikahan. Mana ditambahi ejekan ‘tidak normal’ pula!Faris tertawa kencang, sementara Zara ikut mengompori, “Sepupu-sepupu kita udah nikah semua. Kamu aja yang belum.”“Haduh, bisa gak sih Mbak Zara gak bahas-bahas itu?” tanyanya tak suka.“Khusus buat jomblo ngenes gak bisa,” sahut Faris kejam.Tangan Wahid lantas menunjuk Rayya yang asyik bermain bersama Isyqi dan keponakan-keponakannya. “Sebelum ini dia juga jomblo ngenes. Tapi gak dihina-hina kayak aku.”“Jangan ngalihin pembicaraan,” balas Faris sambil tertawa. “Denger-denger Abah mau jodohin kamu. Tapi aku gak tahu sama siapa....”“Hah? Siapa? Siapa?! Gak mungkin gak tahu!” sambar Wahid cepat.“Dengerin dulu sampe orang selesai
last updateLast Updated : 2023-05-04
Read more

Adu Mulut Dengan Pengurus Baru

“Kalau kamu gak mau menurut juga, silahkan. Kamu pikir saya peduli?”Dea menggertakkan gigi. Sebetulnya dia tidak mau bertengkar lagi, tapi ekspresi pengurus di depannya ini benar-benar minta ditonjok. Sementara pengurus tersebut—Mira—yang menggantikan posisi Dwita menatapnya dengan sorot mata menantang.“Kamu sudah gak ngaji selama satu minggu, lalu bolos entah kemana. Sekarang ketika dihukum, kamu gak mau mengerjakan. Ya sudah. Gak usah dikerjakan.” Dea baru akan menghela napas lega saat Mira melanjutkan. “Tapi kalau hukumanmu bertambah dan akhirnya menumpuk, jangan ngamuk atau nyalahin saya.”Bibir Dea berkomat-kamit menggumamkan sederet omelan tanpa suara.“Buruan kerjain! Saya tunggu disini!”Tahu tidak ada gunanya melawan, Dea akhirnya mulai membersihkan ruangan kantor asrama tersebut. Dokumen-dokumen yang sudah disortir dipisahkannya—yang masih baru disimpannya di lemari, sementara yang lama disusunnya di lemari di ruangan paling dalam kantor. Sesekali terdengar suara bersinnya
last updateLast Updated : 2023-05-05
Read more

Kencan Berujung Rayuan Maut

“Kebanyakan kerja sih. Jadinya aku dianggurin.”Arkan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal dan cengar-cengir, sementara Hana menatapnya dengan sorot datar. Sore itu, Arkan berinisiatif untuk mengajaknya jalan-jalan ke luar. Kedua anaknya diurus oleh Rayya dan Isyqi yang tidak sibuk, memberi mereka waktu sejenak untuk bercengkerama.“Iya iya. Maaf ya, Sayang.”Hana mengangguk, namun bibirnya masih maju sekian senti hingga membuat Arkan gemas. Satu tangan Arkan yang bebas terulur dan menyentuh pipinya.“Yang Mulia mau kemana? Hamba siap mengantarkan.” Arkan berkata dengan nada sok serius.Hana tertawa.“Kemana aja boleh.”“Kasih tujuan yang spesifik dong,” protes Arkan.“Ya terserah Mas aja,” balas Hana tak mau kalah.“Nanti Mas bawa ke gamezone, kamu malah ngamuk,” sindir Arkan, mengingatkan sikap Hana beberapa waktu lalu ketika mereka hendak pergi refreshing. “Ngomongnya yang jelas kek. Mau belanja, makan, nonton, atau main. Jadinya kan Mas gak bingung.”“Kalo belanja, bisa lewa
last updateLast Updated : 2023-05-06
Read more

Dua Keributan Yang Mengundang Perhatian

“Iya! Nanti saya masuk kelas!” Dea berteriak. “Kurang kenceng teriakannya! Harusnya Mbak ngomong pake toa biar didenger semua santri sekalian!”Hana yang baru keluar dari mobil menoleh mendengar keributan yang terjadi di depan kantor asrama putri. Lokasi itu kini dikerumuni orang-orang, sementara santri-santri putra yang tengah menunggu Jeffri di beranda masjid menoleh dengan ekspresi ingin tahu.“Tahu malu sedikit!” hardik Mira sambil menarik bagian telinga Dea, membuat gadis itu mengaduh kesakitan. “Ini di depan kantor, bukan di kamarmu!”“Justru itu! Biar dilihat semua orang sekalian!”“Ini bukan tempat buat cari perhatian!” omel Mira lagi dan kembali menarik telinga Dea.Dea menepis tangannya dan membuang muka.“Lihatin apa sih?” tanya Arkan yang baru selesai mengeluarkan barang-barang belanjaan mereka.Telunjuk Hana mengarah ke depan kantor. Ekspresi Arkan yang semula hangat berubah datar memandangi drama tersebut.“Ngapain dia? Caper?” tanya Arkan sinis.“Kayaknya Dea bikin ulah
last updateLast Updated : 2023-05-07
Read more

Bulan-bulanan Faris

“Nanti malam rapat pembukaan acara haul kan?”Faris mengangguk. Diam-diam Isyqi melirik Wahid yang masih sibuk dengan berkas di depannya. Sesekali tangannya terangkat membetulkan kacamatanya yang hendak jatuh, lalu kembali membaca.“Berkas-berkas buat keperluan rapat udah ada?” tanya Wahid lagi.“Tadi Mas tanya ke beberapa staf katanya udah.”Wahid kembali membaca, lalu meletakkan berkasnya dan melepas kacamata. Ditatapnya Isyqi yang masih setia memperhatikan mereka dan bertanya, “Ngapain kamu disini?”“Lagi bosan, terus keliling-keliling dan lihat Mas-mas berdua lagi sibuk sendiri.”“Rayya mana?”“Posesif amat,” cibir Faris.“Serba salah banget hidup di dunia ini. Nanyain Rayya dinyinyirin, napas pun dinyinyirin,” balas Wahid sengit.Faris menahan tawa melihat ekspresinya.“Kemana yang lain?” tanya Isyqi lagi. Sesekali diedarkannya pandangan pada kantor yang sepi, kemudian beralih menatap kedua kakak iparnya.“Sibuk di tempatnya masing-masing lah.” Wahid menjawab sewot. “Mendingan ka
last updateLast Updated : 2023-05-09
Read more

Perang Saudara Jilid Dua

“Kamu maunya pernikahanmu nanti diadakan dimana?”Wahid bergerak-gerak gelisah—kebiasaannya setiap kali ada yang bertanya tentang sesuatu yang kurang dia sukai. Namun, dia tidak bisa menghardik atau mengomeli karena yang bertanya kali ini adalah ayahnya sendiri.“Terserah Abah dan Umi sebetulnya.”“Yang mau nikah Abah atau kamu?” tanya Affandi—pria berjubah putih tersebut.Wahid tidak menjawab, sementara Najwa—ibunya yang duduk di bangku depan tertawa kecil mendengar obrolan mereka.“Terserah Abah. Nanti kalau saya yang minta dan Abah atau Umi kurang setuju, saya yang gak enak.”“Kalau kita sewa gedung gimana? Atau mau di aula muktamar?” tanya Faris.“Terserah Mas Faris.”“Yang mau nikah Mas atau kamu?” Faris kembali mengulang pertanyaan Affandi sebelumnya.“Sebagai orang yang sudah menikah, saya ikut saran para tetua aja.” Wahid menyahut sopan.“Halah,” ejek Faris sambil tertawa geli.“Gak lucu!”Najwa menyentuh lengan suaminya sambil menggeleng pelan, membuat Affandi tidak bertanya-
last updateLast Updated : 2023-05-10
Read more

Kepuasan Fatih dan Naura

“Saya mau pamit, Abah, Umi. Saya pengen lanjut kerja.”Aqila menatapnya dengan sorot menilai, sementara Mazaya menunduk sambil memainkan ujung kerudungnya.“Kerja dimana, Nduk?”“Di Jakarta, Umi.”“Kenapa gak disini aja?”“Keluarga saya gak bisa lagi membiayai saya disini, Abah. Saya gak bisa terus tinggal disini sementara mereka lagi kesulitan keuangan. Lagipula, saya sudah khataman. Saya bisa pergi selama Umi dan Abah mengizinkan.”Aqila dan Fatih bertatapan, namun dengan sorot berbeda. Meski terlihat dingin, namun ada campur-aduk dalam sorot matanya antara cemas dan puas, sementara Aqila terlihat cemas.“Kamu bisa ikut membantu di Ndalem, Nduk. Iya kan, Abah?”Fatih mengangguk datar.Mazaya tersenyum. “Terimakasih buat sarannya, Umi. Tapi lebih baik saya keluar. Saya pengen hidup mandiri.”Aqila mengembuskan napas, kemudian mengangguk. Diperhatikannya ekspresi Mazaya yang terlihat puas dan mengulurkan tangan saat gadis itu mendekatinya, lantas memperhatikan punggungnya yang menjauh
last updateLast Updated : 2023-05-11
Read more

Si Kulkas Empat Pintu

“Nah, bagus. Biar gak kelamaan ngehaluin pangeran dua dimensi melulu.”Rania—adik bungsu Sofia mencibir. Dia sedang sebal karena keluarganya mendadak memintanya bersiap untuk menyambut calon suaminya, dan sialnya lagi dia belum pernah bertemu satu kalipun atau bahkan berkomunikasi lewat media sosial seperti saudara-saudaranya selama ini.“Orangnya ganteng kok, Ran,” hibur Sofia. “Gak kalah sama Kakashi Hatake.”“Masalahnya bukan ganteng kayak Kakashi atau enggak, Mbak. Aku bahkan belum pernah ketemu dia. Gimana kalau aku gak suka terus nanti nyakitin dia?”“Ah, Mas Yusuf yakin kamu gak bakalan kayak gitu,” sahut Yusuf, kakak sulung Sofia. “Marah-marah emang berani, tapi giliran ditantangin malah kabur.”Rania mencibirkan bibir bawahnya. Soal itu memang tidak bisa dibantah. Dia memang pengecut jika dihadapkan dengan kakak-kakaknya ketika bertengkar.“Kerudungnya kok berantakan sih? Rapiin dulu!” perintah Sofia.Tangan Rania terangkat dan menyampirkan kerudungnya asal-asalan ke bahu.“
last updateLast Updated : 2023-05-13
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status