All Chapters of Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua: Chapter 141 - Chapter 150

162 Chapters

Ternyata Selain Kulkas Empat Pintu, Dia Juga Galak

“Energimu banyak juga ya? Apa tiap hari kamu memang selalu kelebihan energi begini?”Rania mendelik.“Udah bantuin, mondar-mandir sana-sini, masih juga sempat berantem sama kakakmu yang lain.” Wahid berkata pada piring di hadapannya. “Selain itu, suaramu juga kenceng kayak toa. Bikin kuping saya sakit.”Wajah Rania merah padam kali ini.“Nyebelin banget. Dasar galak.”Semua orang, termasuk Faris dan Zara tertawa.“Tapi yang dia bilang memang bener lho, Ran,” goda Akhtar—kakak kelimanya. “Kamu kan emang hiperaktif. Gak bisa duduk tenang, gak bisa diam, nyerocos aja kerjanya dari tadi. Mas sampe pengen ngelakban mulutmu saking sebelnya.”Rania melotot.“Dia selalu ribut gitu, Mas?” tanya Wahid penasaran.“Bener. Jadi, nanti pas nikah sabar aja kalau dia mulai ngomel-ngomel.”“Mas Akhtar!” teriak Rania tak terima.Akhtar pura-pura tidak mendengarnya.“Dia juga gampang ngambek. Gak kayak adekmu Raya yang gampang dibujuk, dia ini susah banget. Kudu disogok dulu baru senyum,” sahut Akhtar l
last updateLast Updated : 2023-05-14
Read more

Protes Rania

“Kok Abah bisa kepikiran jodohin orang galak gitu sih sama aku? Ekspresi aja gak punya, mulutnya juga pedes kayak cabe. Sambel buatan Ibu aja kalah.”Sofia mendelik. Rania sendiri tidak peduli dan malah sibuk menggulir layar iPad-nya yang menampilkan laman komik Kakao Webtoon. Mereka berdua sedang libur shalat, itu sebabnya Sofia yang seharusnya memeriksa persiapan makan malam malah naik ke kamar adik bungsunya.“Itu berarti Abah melihat ada sesuatu yang menarik di diri Wahid. Sesuatu yang bikin dia pantas buat jadi partnermu.”“Tapi dia nyebelin, Mbak.” Rania kembali merengek.“Itu karena kamu juga gak berhenti gangguin dia. Iseng banget jadi orang,” omel Sofia.Rania mengerucutkan bibir.“Kalau diperhatiin, dia itu sebetulnya sabar. Bisa mengimbangi kamu yang gampang naik darah dan sukanya ngusilin orang. Memangnya kamu gak lihat dia tadi diam aja waktu kamu ketawain soal dia yang suka nonton animasi Pixar?” tanya Sofia sebal.“Aku ngetawain dia karena dia juga nyuruh aku nonton Spy
last updateLast Updated : 2023-05-15
Read more

Apa Semua Laki-laki Seperti Ini?

“Emang semua laki-laki tuh kalo lagi ngumpul hobinya ghibahin cewek ya?”Wahid, Abiyan, Farhan, Haiz, Akbar, dan Dava menoleh. Kakak pertama Wahid—Nadira—terlihat baru tiba sambil menggendong anaknya yang tertidur pulas. Ekspresinya terlihat penasaran saat menatap adiknya dan teman-temannya satu per satu.“Ya sebetulnya enggak juga sih, Mbak. Kami biasanya lebih suka ghibahin klub mana yang menang minggu ini, atau ngetawain Haiz yang masih juga nge-fans Manchester United padahal tiap tanding kalah melulu....”“Gak usah diingetin!” hardik Haiz.Nadira tidak mengacuhkannya dan bertanya lagi, “Jadi? Kenapa tiba-tiba topiknya berubah?”“Soalnya Wahid tadi curhat soal perempuan yang dijodohin sama dia, Mbak.” Abiyan berkata. “Katanya perempuan itu galak, kerjanya ngambek, terus Wahid dibilang niru-niru nonton dokumenter Netflix karena mau ikutan keren kayak dia.”“Nyebelin banget emang. Kayak bocah,” gumam Wahid sebal.“Umurnya berapa sih emang? Dua puluh tahun kan?” tanya Haiz. “Udah buka
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more

Duka Rania

Sudut mata Wahid melirik Rania yang melangkah gontai menuju halaman samping. Diliriknya semua orang, kemudian mengikuti gadis itu.“Aku nyesel karena gak nemenin Abah di saat-saat terakhirnya dan malah sibuk sendiri.” Mendadak Rania berkata dengan suara lirih, seakan tahu kalau Wahid ada di belakangnya. Langkah Wahid terhenti. Ditajamkannya pendengaran, mencoba menangkap kata-kata dari suara Rania yang nyaris tak terdengar.“Padahal aku berharap Abah yang bakalan jadi waliku di pernikahan nanti. Tapi....”Untuk sesaat, Wahid seperti kembali melihat Hana di masa lalu. Gadis itu mengepalkan tangannya, mungkin menahan diri agar tidak menangis.“Padahal aku sudah berusaha menerima perjodohan ini. Tapi kenapa Abah pergi duluan? Abah gak pengen lihat aku menikah dulu?” tanya Rania lagi.Wahid maju satu langkah, kemudian berkata, “Saya tahu seberapa besar kesedihanmu, Ran. Tapi dengan menangis gini gak bakalan bikin Abah kamu kembali. Yang kamu bisa saat ini cuma mendoakan beliau.”Bahu Ran
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

Hidup Baru Rania

Lamunan Rania terusik saat kedua tangan Wahid menyentuh bahunya.“Kenapa?”“Aku kangen Abah. Seharusnya Abah ada disini lihat kita.”Wahid menatap Rania dari cermin. Meski seharian ini terlihat bahagia, duka masih terlihat dari tatapannya. Sudah dua bulan Latif pergi, tapi Rania masih juga melamun dan seakan hidup di dunianya sendiri.“Abah gak akan suka lihat kamu yang begini, Nduk Ran.” Wahid membungkuk dan memeluknya dari belakang. Jantungnya berdegup cepat, deg-degan karena ini pertama kalinya dia menyentuh Rania. “Saya juga sedih kalau lihat kamu begini.”Air mata Rania mengalir.“Saya ada disini. Meski gak bisa menggantikan Abah, tapi kamu akan selalu punya saya.”Rania berbalik dan mendongak. Mata Wahid juga berkaca-kaca saat menatapnya, sebelum akhirnya dia melingkarkan tangan di pinggang suaminya tersebut.“Maafin aku ya, Mas.”Sambil mengusap kepala Rania, Wahid berkata, “Gak apa-apa. Saya tahu gimana perasaanmu.”Dibantunya Rania untuk melepas kerudung, kemudian duduk dan m
last updateLast Updated : 2023-05-20
Read more

Perubahan Sikap Fahmi

“Kenapa diam aja? Gak mau makan?”Fahmi hanya mengangguk, kemudian sibuk lagi dengan ponsel di tangannya. Alissa diam sejenak, kemudian mendekati Azzam dan berbisik di telinganya. Sesaat kemudian, Azzam mendekati keponakannya tersebut dan duduk di sebelahnya.“Kenapa kamu diam aja?”“Gak apa-apa, Pakde. Saya lagi males ngomong aja."“Bukan karena ibumu lagi kan?”“Enggak.”Diam-diam Azzam melirik Naira yang mengobrol dengan Alissa di bagian lain ruangan bersama Sofia dan Zahwa. Adik iparnya itu memang mulai menunjukkan perubahan akhir-akhir ini, berbanding terbalik dengan sikap Fahmi yang akhir-akhir ini terlihat lebih banyak diam.“Saya mau keluar dulu. Permisi.”Diciumnya punggung tangan Azzam, kemudian keluar dan berbelok menuju rumah samping. Tiba di rumah, bukannya ke kamar, Fahmi malah berjalan menuju perpustakaan dan diam disana selama beberapa waktu. Setelah itu, mendadak tangannya terangkat dan melempar tas selempangnya kuat-kuat ke dinding.“Sial sial sial sial sial!”Dua ta
last updateLast Updated : 2023-05-21
Read more

Pertengkaran Pengantin Baru

“Ayang.”Wahid melirik istrinya yang mendadak duduk di dekat kakinya sambil menyenggol-nyenggol bak anak kucing. Bibirnya berkedut, gemas melihat kelakuan Rania. Namun, dia gengsi untuk menggoda duluan.“Ayang kok diem aja?” goda Rania.“Kamu kayak bocah.” Wahid berkata tanpa berhenti mengetik.“Kan biar Ayang seneng.”Sekali lagi bibir Wahid berkedut.“Udah makan?”“Belum. Ayang mau makan bareng aku?”“Cukup, Nduk. Saya geli.” Wahid segera menghentikannya sebelum tawanya pecah. Bukannya apa-apa, tapi ekspresi Rania terlihat begitu lucu. Istrinya itu tidak cocok sama sekali memanggilnya dengan nada semanja itu.Rania mendengus. “Nyebelin. Udah belajar dari Subuh padahal.”“Belajar manja?” tanya Wahid geli. “Gak usah. Jadi partner gelud saya aja.”“Baru kali ini ada suami yang nyari istri buat jadi partner gelud.” Rania membalas sinis.“Mukamu galak gitu kok coba-coba jadi manja. Gak cocok,” ejek Wahid.Rania membuang muka.“Ayang nyebelin.”Kali ini Wahid tidak segan lagi untuk tertaw
last updateLast Updated : 2023-05-24
Read more

Dua Bungsu Yang Beranjak Dewasa

“Lama gak perginya?”“Cuma sampai besok sore kok.” Arkan berkata sambil memasukkan baju ke dalam ransel. “Kamu di rumah aja sama Rayya. Nanti Mas beliin apapun yang kamu mau.”Hana menunduk, kedua tangannya terjalin sambil berpikir keras. Hampir empat tahun mereka menikah, ini yang kesekian kalinya dia tidak bisa menemani Arkan pergi. Kali ini alasannya karena Bella sedang demam.“Kamu ngambek?”“Enggak.”“Terus kenapa diam aja?” tanya Arkan lagi sambil memilah-milah botol parfumnya yang sudah kosong dan membuangnya ke tempat sampah, lalu menarik bangku dan meraih ponselnya.“Memangnya Mas mau aku gimana?”“Ngambek kek, selayaknya perempuan normal yang gak diizinin ikut suaminya.”Hana mendengus.“Meski manja, aku juga tahu diri dan bersikap dewasa, Mas.”“Yang ngatain kamu gak tahu diri dan gak dewasa siapa?”Hana mengusap dada, mencoba bersabar atas kelakuan suaminya.“Kalau aku maksa ikut padahal udah dilarang, abis itu ngelarang Mas Arkan pergi kalau aku gak boleh ikut, itu gak tah
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more

Jadi Pusat Perhatian Mazaya

“Kamu sekarang kuliah?”Mazaya mengangguk pelan. “Nggih, Gus.”Zavier menatap gadis itu dengan sorot menilai, lantas melirik saudara-saudaranya yang lain. Namun, hanya Fathan dan Lutfan yang peduli, sementara Asyraf, Shihab, Daniyal, dan sepupu-sepupunya yang lain sibuk dengan gantungan ponsel berbentuk anime di depan mereka.“Kamu ke sini sama siapa?” tanya Lutfan.“Sendiri, Gus.”“Gak ada yang nemenin?” tanya Zavier. “Saudara atau teman misalnya?”Mazaya menggeleng. Gadis itu menoleh ke belakang sekali lagi dan berkata, “Maaf, Gus. Saya permisi dulu. Masih harus cari buku.”Tiga pria itu mengangguk, lantas menatap punggung Mazaya yang menjauh. Hingga gadis itu menghilang dari pandangan, mendadak Zavier berbalik dan menatap saudara-saudaranya yang sibuk bertengkar.“Beliin buat yang lain juga,” lerai Lutfan sambil memisahkan Daniyal dan Fawwaz yang berebut salah satu gantungan ponsel. “Ini bukan di rumah, jadi jangan berantem!”“Aku juga mau yang itu, Mas!” seru Fawwaz sambil menunju
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more

Risih

“Kenapa kamu masih bisa santai gitu sih?”Asyraf meliriknya sedikit, lalu kembali sibuk dengan makanannya dan bertanya, “Memangnya aku harus gimana? Nyamperin dia lalu ngajak ngobrol?”“Seharusnya kamu merasa gak nyaman karena dilihatin terus. Bukannya diam aja....”“Siapa bilang aku diam aja? Memangnya Mbak Kiran gak bisa lihat kalau dari tadi aku kejang-kejang kayak cacing kepanasan?” balas Asyraf sinis.Kiran menelengkan kepala dan menjawab, “Mbak lihat kamu baik-baik aja.”“Kakinya yang gak bisa diam, Mbak,” sahut Naura sambil meletakkan potongan daging sapi di piring suaminya. “Sejujurnya aku juga enggak nyaman. Mana tatapannya itu nyeremin banget.”Itu benar. Sesekali, Fathan, Kalila, Nausheen, atau Kiran menoleh ke belakang dan menemukan Mazaya masih menatap mereka semua. Ingin pindah tempat, tapi hal tersebut pasti akan memakan banyak waktu dan menambah repot karena banyaknya makanan mereka.“Gak usah dipeduliin.” Fathan berkata. Disumpitnya daging, kemudian bertanya, “Sebelum
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status