Semua Bab Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua: Bab 111 - Bab 120

162 Bab

Janji Asyraf

“Pengantin baru itu harusnya seger, cerah, ceria. Bukannya kusam kayak lap dapur ndalem.”Asyraf tidak menghiraukan sindiran itu dan tetap fokus mengetik. Sesekali diteguknya kopi, lalu membalik halaman kitab terjemahan di hadapannya.“Hei!” Sepupunya yang lain—Shihab—menjentikkan jemari di depan mukanya. “Yang ceria dong! Baru kali ini aku lihat pengantin baru mukanya kucel gini.”Fathan yang baru tiba melirik Asyraf datar, lalu duduk di meja kerjanya dan membuka laptop.“Jangan ganggu aku!”“Kamu berantem sama Naura?” tanya Zavier, sepupunya yang lain.Asyraf tidak menjawab. Tidak. Dia memang tidak bertengkar dengan Naura. Tapi Naura sempurna mengabaikannya sejak pagi tadi. Istrinya memang menyiapkan semua keperluannya, tapi tanpa suara dan membuat Asyraf tersiksa.“Naura juga gak keluar rumah. Dimana dia?” tanya Lutfan.“Di rumah lah. Ngapain dia di sekolah?” balas Asyraf sengit. “Kalian ini sibuk banget ngurusin rumah tanggaku. Gak punya kerjaan?”Fathan menoleh sejenak ke arah pi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-09
Baca selengkapnya

Awal Yang Baru Untuk Naira

“Tante udah mulai sembuh?”Rayhan melirik istrinya, lalu mengangguk pelan. Satu tahun terakhir, perkembangan mental istrinya sungguh luar biasa. Dia memang belum melupakan masa lalunya, tapi dia mulai bisa menerima dan memaafkan kedua orangtuanya.“Tante.” Hana bergeser dan duduk di sebelah Naira. Digenggamnya kedua tangan wanita itu dan melanjutkan, “Maafin saya kalau dulu pernah marah-marahin Tante ya.”Naira menggeleng.“Itu karena kesalahan saya, Han. Saya sadar kalau sumpah serapah itu bisa aja berbalik ke diri saya atau anak keturunan saya nanti.” Dia menangis saat mengingat makian kejinya terhadap Hana beberapa bulan lalu. “Saya malu, Han. Kamu bisa membalas semua sikap buruk saya, tapi kamu lebih milih buat maafin saya. Saya lebih suka lihat kamu marah dan ngatain saya dibanding diam kayak begini.”“Lalu kalau saya marah dan ngatain Tante, apa itu bisa nyelesaiin masalah? Yang ada, kita tambah berantem dan saling adu teriak.”Naira masih menangis. Hana menoleh menatap kedua or
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-10
Baca selengkapnya

Ujian Cinta Naura

“Mas?”Asyraf tidak menjawab dan tetap sibuk menatap sesuatu di bawah. Fokusnya baru terusik saat Naura dengan canggung berdiri di sebelahnya.“Iya, Sayang?”Bukannya senang, Naura malah merasakan sengatan aneh saat mendengar panggilan suaminya. Kepalanya lantas menunduk dan menggumam, “Sa-saya diajak Najwa sama Mbak Kiran ke luar. Saya boleh pergi?”“Kemana?”“Jajan.” Naura melirik, lalu buru-buru melanjutkan, “Tapi kalau Mas gak ngizinin, gak apa-apa. Saya nitip aja.”Asyraf menimbang sejenak. Dia jelas butuh sesuatu untuk meredakan gemuruh aneh yang menyerang hatinya sejak tadi, dan mendengar suara Naura anehnya membuat Asyraf merasa tenang. Diliriknya wanita itu sekali lagi dan wanita yang berdiri di balik jendela kantor sejak tadi, kemudian berbalik dan memainkan ujung kerudung Naura dengan sengaja.“Saya pengen kamu disini. Nitip aja apapun yang pengen kamu beli.”Naura mengangguk. Diikuti Asyraf, mereka memasuki rumah dan menghampiri Najwa yang tengah menunggu di ruang tengah s
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-11
Baca selengkapnya

Menutupi Kesalahan

“Tanganmu kenapa, Nduk?”Naura yang tengah mengisikan air minum untuk Asyraf menoleh mendengar pertanyaan ibu mertuanya. Seluruh kegiatan di meja makan terhenti, termasuk ketiga adik terkecil Asyraf—Aiman, Ahmad, dan Azka—yang sibuk berdebat.“Kena setrika, Umi.” Naura tersenyum sambil menatap luka di tangannya. Tangannya bergetar saat memegang teko, membuatnya buru-buru meletakkan benda tersebut dan menyembunyikan tangan.Aqila menatap Asyraf yang melirik Naura dengan sorot tak tertebak. Diperhatikannya bahwa putra sulungnya itu hanya tersenyum seadanya saat Naura menawarinya ini-itu dan malah dengan sengaja makan sambil mengecek pekerjaannya di iPad.“Kamu baik-baik aja, Nduk?” tanya Aqila.“Baik, Umi.” Naura tersenyum saat mengatakan kalimat itu. Namun, Aqila tidak percaya. Matanya terus menatap kedua sejoli itu bergantian. Intuisinya menerka kalau ini ada hubungannya dengan gumaman Asyraf tadi siang.“Mas, tadi dititipin pesan sama Mbak Maza. Katanya nanti jam delapan ada rapat red
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-12
Baca selengkapnya

Keputusan Mendadak Abah Kyai

“Berhenti?”Fawwaz mengangguk. “Untuk ke depannya, saya dan Gus Asyraf akan bertukar posisi. Beliau akan fokus di bagian kesiswaan, sementara saya disini mengurus ekskul jurnalistik dan segala urusan tentang majalah pesantren.”Diliriknya Mazaya yang mengernyit menatap tumpukan catatan, majalah, dan buku agenda dengan ekspresi tidak tertebak. Semalam, demi mendengar pengaduan Aqila yang mendengar gumaman Asyraf soal Mazaya, Faqih memutuskan untuk menukar posisi kedua putranya. Fawwaz yang sebelumnya mengurus bagian sekolah dan kesantrian akan digantikan oleh Asyraf dan sebaliknya. Menurut Faqih, posisi itu perlu karena Asyraf terlalu terlena dengan kegiatan jurnalistik-nya dan melupakan berbagai kegiatan lain. Selain itu, dia juga ingin mendekatkan putranya dengan Naura yang juga akan ditempatkannya di posisi sama.“Tugas kita akan tetap sama seperti sebelumnya. Yang perlu saya tekankan hanya kalian harus bisa disiplin dan fokus dengan pekerjaan kalian. Kalau tidak bisa, tidak usah ik
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-13
Baca selengkapnya

Ingin Mengenal Lebih Dekat

“Mas mau kemana?”Asyraf meliriknya sepintas dan menjawab, “Ke kantor ekskul sebentar. Ambil barang-barang lama saya yang ketinggalan.”“Saya boleh ikut?”“Buat apa? Kamu di rumah saja. Sebentar lagi jam-nya ngaji,” geleng Asyraf.“Saya pengen lihat kegiatan jurnalistik dari dekat.”“Gak usah.”Naura mengernyit, namun dia tetap kekeuh dan menolak perintah suaminya.“Bukannya kamu bilang istri harus menuruti perintah suaminya?” tanya Asyraf datar. “Kalau saya bilang tinggal, ya gak usah ikut.”“Kenapa ini?” tanya Aqila yang baru hendak turun.Pertengkaran mereka terhenti, namun gantinya mata mereka melirik-lirik waspada. Mengawasi siapa yang akan mengadu lebih dulu.“Asyraf? Naura?” tanya Aqila lagi.“A-anu. Saya mau ke kantor, tapi Naura malah minta ikut, Mi.”Dahi Aqila mengernyit."Lho, kenapa? Ajak saja dia sekalian keliling-keliling mengenal tempat. Jadi besok kalau dia sudah mulai kerja di sekolah, gak bingung lagi.”Ekspresi Asyraf berubah datar saat mendengar ucapan penuh nada
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-14
Baca selengkapnya

Pamit

“Kamu yakin, Nduk?”Dwita mengangguk. Sebetulnya dia berat meninggalkan anak-anak kamarnya saat ini, terutama Dea yang dimana semua pengurus bahkan tidak bisa mengendalikannya. Tapi, kalau dia tidak pergi, kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali.“Nggih, Abah.” Dwita memberanikan diri untuk menjawab. “Saya tahu kesempatan kayak gini gak bakalan datang dua kali, jadi kalau Abah gak keberatan, saya mau izin boyong dari sini.”Alissa melirik Azzam dan Hana, namun putri bungsunya hanya diam menatap Dwita sambil memangku Amira. Dia ingin mendengar bagaimana tanggapan Hana, tapi fokusnya teralih oleh pertanyaan Azzam.“Lalu penggantimu nanti sudah ada?”“Sudah, Abah.” Kali ini Hana yang menjawab. “Mbak santri lulusan tahun lalu ada yang mau masuk jadi pengurus tahun ini. Dia bisa kita tempatkan di kamar asuhannya Mbak Dwita.”“Kamu sudah ketemu dia?” tanya Alissa.Hana mengangguk. “Sudah, Umi. Kemarin Hana mau bahas itu, tapi Umi sama Abah kayaknya lagi sibuk. Jadinya belum sempat
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-16
Baca selengkapnya

Rasa Penasaran Hana

“Naura kira-kira kenapa ya?”Saat itu, keluarga besar Azzam dan Harris tengah berkumpul di rumah keluarga Abdillah untuk menghadiri haul tahunan kakek Hana. Tak terkecuali Asyraf dan Naura. Namun sialnya, pria itu malah terlihat lebih sibuk dengan bukunya dibanding menemani Naura atau mengobrol dengan keluarga mereka yang lain.“Ini perasaanku aja, atau hubungannya Naura sama Asyraf memang dingin?”Arkan mengikuti arah pandang istrinya. Terlihat Naura asyik bermain dengan Sindi dan keponakan-keponakannya yang lain, sementara Asyraf duduk jauh dari mereka. Arkan bergantian menatap keduanya dengan sorot bingung.“Mungkin mereka masih belum bisa akrab, Han. Asyraf itu orangnya dingin. Butuh orang yang sabar buat menghadapi dia.”Hana mengernyit.“Ini udah satu bulan lho, Mas.”“Atau mungkin Asyraf lagi jaim. Selama ini dia dikenal sebagai orang yang cuek. Bakalan lucu dan aneh jadinya kalau dia tiba-tiba lebay dan bucin.” Arkan menyahut lagi. “Udahlah. Kenapa jadi ngurusin mereka sih? Ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-17
Baca selengkapnya

Pertengkaran Dua Remaja

“Wah, curang ya kamu. Nikah gak bilang-bilang.”“Aku udah kirim undangan ke Solo, tapi yang datang malah kiriman disusul pesan kalau Mbak Alina sama Mas Fauzan lagi di Bandung,” balas Naura datar.Matanya lalu melirik Azka dan putra kedua Alina—Raza—yang sejak tadi sibuk saling melotot. Tatapan mereka terlihat begitu garang, seolah ada listrik bertegangan tinggi yang keluar dari mata mereka.“Mereka selalu berantem gini?” tanya Naura sambil melirik kedua anak tersebut.Belum jadi Alina menjawab, Azka sudah menyahut ketus, “Kamu ngapain ke sini?”“Main lah. Ketemu temenku.”“Siapa temenmu?”Raza menggeram, lalu melirik Fauzan dan merengek, “Ayah, Azka nakal.”“Hush. Malu,” tegur Fauzan sambil tertawa kecil. “Mana Asyraf?”“Tadi sih katanya ke kantor.”“Abahnya?”“Ada. Aku panggilin ya.”Naura berbalik memasuki rumah dengan tampang riang. Selain Hana dan Arkan, saudara lain yang disukainya adalah Alina dan Fauzan. Dan terutama anak-anak mereka.“Siapa di luar?” tanya Najwa.“Mbak Alina,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-18
Baca selengkapnya

Perhatian Ibu dan Adik Ipar

“Asyraf baik sama kamu, Nduk?”Naura mengangguk. Dia bosan ditanyai hal yang sama setiap kali bertemu, tapi tidak mungkin dia menyuarakan keberatannya. Dia tahu Aqilla dan Salwa bertanya begitu karena khawatir dengan sikap Asyraf yang kemungkinan besar tidak memedulikannya.“Dia gak marah-marah atau diamin kamu kan?” Kali ini Aqilla yang bertanya.Selain sikap ketus Asyraf saat hendak ke kantor bulan lalu, tidak ada lagi sikap acuh tak acuh yang diterimanya. Asyraf juga sudah mulai bisa membuka pembicaraan dan mencandainya satu-dua kali.“Enggak, Umi.”“Dia juga gak pernah main tangan kan?” tanya Salwa.“Enggak, Umi. Mas Asyraf baik kok.”Kedua wanita itu mengembuskan napas lega, disusul Naura yang juga melakukannya dengan perlahan.“Kalau Asyraf bersikap gak baik sama kamu, bilang Umi ya, Nduk. Biar Umi nasihati dia,” ucap Aqilla lagi.Naura mengangguk lagi.Dia pamit saat melihat Asyraf memasuki rumah tanpa melihatnya, lalu menyusul pria tersebut ke kamar.“Mas mau saya bikinin apa?
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status