Share

Ujian Cinta Naura

last update Last Updated: 2023-04-11 21:58:51

“Mas?”

Asyraf tidak menjawab dan tetap sibuk menatap sesuatu di bawah. Fokusnya baru terusik saat Naura dengan canggung berdiri di sebelahnya.

“Iya, Sayang?”

Bukannya senang, Naura malah merasakan sengatan aneh saat mendengar panggilan suaminya. Kepalanya lantas menunduk dan menggumam, “Sa-saya diajak Najwa sama Mbak Kiran ke luar. Saya boleh pergi?”

“Kemana?”

“Jajan.” Naura melirik, lalu buru-buru melanjutkan, “Tapi kalau Mas gak ngizinin, gak apa-apa. Saya nitip aja.”

Asyraf menimbang sejenak. Dia jelas butuh sesuatu untuk meredakan gemuruh aneh yang menyerang hatinya sejak tadi, dan mendengar suara Naura anehnya membuat Asyraf merasa tenang. Diliriknya wanita itu sekali lagi dan wanita yang berdiri di balik jendela kantor sejak tadi, kemudian berbalik dan memainkan ujung kerudung Naura dengan sengaja.

“Saya pengen kamu disini. Nitip aja apapun yang pengen kamu beli.”

Naura mengangguk. Diikuti Asyraf, mereka memasuki rumah dan menghampiri Najwa yang tengah menunggu di ruang tengah s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Menutupi Kesalahan

    “Tanganmu kenapa, Nduk?”Naura yang tengah mengisikan air minum untuk Asyraf menoleh mendengar pertanyaan ibu mertuanya. Seluruh kegiatan di meja makan terhenti, termasuk ketiga adik terkecil Asyraf—Aiman, Ahmad, dan Azka—yang sibuk berdebat.“Kena setrika, Umi.” Naura tersenyum sambil menatap luka di tangannya. Tangannya bergetar saat memegang teko, membuatnya buru-buru meletakkan benda tersebut dan menyembunyikan tangan.Aqila menatap Asyraf yang melirik Naura dengan sorot tak tertebak. Diperhatikannya bahwa putra sulungnya itu hanya tersenyum seadanya saat Naura menawarinya ini-itu dan malah dengan sengaja makan sambil mengecek pekerjaannya di iPad.“Kamu baik-baik aja, Nduk?” tanya Aqila.“Baik, Umi.” Naura tersenyum saat mengatakan kalimat itu. Namun, Aqila tidak percaya. Matanya terus menatap kedua sejoli itu bergantian. Intuisinya menerka kalau ini ada hubungannya dengan gumaman Asyraf tadi siang.“Mas, tadi dititipin pesan sama Mbak Maza. Katanya nanti jam delapan ada rapat red

    Last Updated : 2023-04-12
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Keputusan Mendadak Abah Kyai

    “Berhenti?”Fawwaz mengangguk. “Untuk ke depannya, saya dan Gus Asyraf akan bertukar posisi. Beliau akan fokus di bagian kesiswaan, sementara saya disini mengurus ekskul jurnalistik dan segala urusan tentang majalah pesantren.”Diliriknya Mazaya yang mengernyit menatap tumpukan catatan, majalah, dan buku agenda dengan ekspresi tidak tertebak. Semalam, demi mendengar pengaduan Aqila yang mendengar gumaman Asyraf soal Mazaya, Faqih memutuskan untuk menukar posisi kedua putranya. Fawwaz yang sebelumnya mengurus bagian sekolah dan kesantrian akan digantikan oleh Asyraf dan sebaliknya. Menurut Faqih, posisi itu perlu karena Asyraf terlalu terlena dengan kegiatan jurnalistik-nya dan melupakan berbagai kegiatan lain. Selain itu, dia juga ingin mendekatkan putranya dengan Naura yang juga akan ditempatkannya di posisi sama.“Tugas kita akan tetap sama seperti sebelumnya. Yang perlu saya tekankan hanya kalian harus bisa disiplin dan fokus dengan pekerjaan kalian. Kalau tidak bisa, tidak usah ik

    Last Updated : 2023-04-13
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Ingin Mengenal Lebih Dekat

    “Mas mau kemana?”Asyraf meliriknya sepintas dan menjawab, “Ke kantor ekskul sebentar. Ambil barang-barang lama saya yang ketinggalan.”“Saya boleh ikut?”“Buat apa? Kamu di rumah saja. Sebentar lagi jam-nya ngaji,” geleng Asyraf.“Saya pengen lihat kegiatan jurnalistik dari dekat.”“Gak usah.”Naura mengernyit, namun dia tetap kekeuh dan menolak perintah suaminya.“Bukannya kamu bilang istri harus menuruti perintah suaminya?” tanya Asyraf datar. “Kalau saya bilang tinggal, ya gak usah ikut.”“Kenapa ini?” tanya Aqila yang baru hendak turun.Pertengkaran mereka terhenti, namun gantinya mata mereka melirik-lirik waspada. Mengawasi siapa yang akan mengadu lebih dulu.“Asyraf? Naura?” tanya Aqila lagi.“A-anu. Saya mau ke kantor, tapi Naura malah minta ikut, Mi.”Dahi Aqila mengernyit."Lho, kenapa? Ajak saja dia sekalian keliling-keliling mengenal tempat. Jadi besok kalau dia sudah mulai kerja di sekolah, gak bingung lagi.”Ekspresi Asyraf berubah datar saat mendengar ucapan penuh nada

    Last Updated : 2023-04-14
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Pamit

    “Kamu yakin, Nduk?”Dwita mengangguk. Sebetulnya dia berat meninggalkan anak-anak kamarnya saat ini, terutama Dea yang dimana semua pengurus bahkan tidak bisa mengendalikannya. Tapi, kalau dia tidak pergi, kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali.“Nggih, Abah.” Dwita memberanikan diri untuk menjawab. “Saya tahu kesempatan kayak gini gak bakalan datang dua kali, jadi kalau Abah gak keberatan, saya mau izin boyong dari sini.”Alissa melirik Azzam dan Hana, namun putri bungsunya hanya diam menatap Dwita sambil memangku Amira. Dia ingin mendengar bagaimana tanggapan Hana, tapi fokusnya teralih oleh pertanyaan Azzam.“Lalu penggantimu nanti sudah ada?”“Sudah, Abah.” Kali ini Hana yang menjawab. “Mbak santri lulusan tahun lalu ada yang mau masuk jadi pengurus tahun ini. Dia bisa kita tempatkan di kamar asuhannya Mbak Dwita.”“Kamu sudah ketemu dia?” tanya Alissa.Hana mengangguk. “Sudah, Umi. Kemarin Hana mau bahas itu, tapi Umi sama Abah kayaknya lagi sibuk. Jadinya belum sempat

    Last Updated : 2023-04-16
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Rasa Penasaran Hana

    “Naura kira-kira kenapa ya?”Saat itu, keluarga besar Azzam dan Harris tengah berkumpul di rumah keluarga Abdillah untuk menghadiri haul tahunan kakek Hana. Tak terkecuali Asyraf dan Naura. Namun sialnya, pria itu malah terlihat lebih sibuk dengan bukunya dibanding menemani Naura atau mengobrol dengan keluarga mereka yang lain.“Ini perasaanku aja, atau hubungannya Naura sama Asyraf memang dingin?”Arkan mengikuti arah pandang istrinya. Terlihat Naura asyik bermain dengan Sindi dan keponakan-keponakannya yang lain, sementara Asyraf duduk jauh dari mereka. Arkan bergantian menatap keduanya dengan sorot bingung.“Mungkin mereka masih belum bisa akrab, Han. Asyraf itu orangnya dingin. Butuh orang yang sabar buat menghadapi dia.”Hana mengernyit.“Ini udah satu bulan lho, Mas.”“Atau mungkin Asyraf lagi jaim. Selama ini dia dikenal sebagai orang yang cuek. Bakalan lucu dan aneh jadinya kalau dia tiba-tiba lebay dan bucin.” Arkan menyahut lagi. “Udahlah. Kenapa jadi ngurusin mereka sih? Ya

    Last Updated : 2023-04-17
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Pertengkaran Dua Remaja

    “Wah, curang ya kamu. Nikah gak bilang-bilang.”“Aku udah kirim undangan ke Solo, tapi yang datang malah kiriman disusul pesan kalau Mbak Alina sama Mas Fauzan lagi di Bandung,” balas Naura datar.Matanya lalu melirik Azka dan putra kedua Alina—Raza—yang sejak tadi sibuk saling melotot. Tatapan mereka terlihat begitu garang, seolah ada listrik bertegangan tinggi yang keluar dari mata mereka.“Mereka selalu berantem gini?” tanya Naura sambil melirik kedua anak tersebut.Belum jadi Alina menjawab, Azka sudah menyahut ketus, “Kamu ngapain ke sini?”“Main lah. Ketemu temenku.”“Siapa temenmu?”Raza menggeram, lalu melirik Fauzan dan merengek, “Ayah, Azka nakal.”“Hush. Malu,” tegur Fauzan sambil tertawa kecil. “Mana Asyraf?”“Tadi sih katanya ke kantor.”“Abahnya?”“Ada. Aku panggilin ya.”Naura berbalik memasuki rumah dengan tampang riang. Selain Hana dan Arkan, saudara lain yang disukainya adalah Alina dan Fauzan. Dan terutama anak-anak mereka.“Siapa di luar?” tanya Najwa.“Mbak Alina,

    Last Updated : 2023-04-18
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Perhatian Ibu dan Adik Ipar

    “Asyraf baik sama kamu, Nduk?”Naura mengangguk. Dia bosan ditanyai hal yang sama setiap kali bertemu, tapi tidak mungkin dia menyuarakan keberatannya. Dia tahu Aqilla dan Salwa bertanya begitu karena khawatir dengan sikap Asyraf yang kemungkinan besar tidak memedulikannya.“Dia gak marah-marah atau diamin kamu kan?” Kali ini Aqilla yang bertanya.Selain sikap ketus Asyraf saat hendak ke kantor bulan lalu, tidak ada lagi sikap acuh tak acuh yang diterimanya. Asyraf juga sudah mulai bisa membuka pembicaraan dan mencandainya satu-dua kali.“Enggak, Umi.”“Dia juga gak pernah main tangan kan?” tanya Salwa.“Enggak, Umi. Mas Asyraf baik kok.”Kedua wanita itu mengembuskan napas lega, disusul Naura yang juga melakukannya dengan perlahan.“Kalau Asyraf bersikap gak baik sama kamu, bilang Umi ya, Nduk. Biar Umi nasihati dia,” ucap Aqilla lagi.Naura mengangguk lagi.Dia pamit saat melihat Asyraf memasuki rumah tanpa melihatnya, lalu menyusul pria tersebut ke kamar.“Mas mau saya bikinin apa?

    Last Updated : 2023-04-19
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Mau Kemana Setelah Ini?

    “Mau kemana aku setelah ini?”Fahmi menatap langit-langit kamarnya dengan sorot mata menerawang. Samar-samar terdengar alunan instrumental Prelude in C Major oleh Johann Sebastian Bach, menambah suasana magis di ruangan separuh gelap tersebut.“Aku udah gak kuliah, cuma ngaji, dan gak punya ijazah buat kerja. Aku juga gak bisa ngajar kitab kuning kayak kakak-kakak yang lain. Aku harus gimana?” gumam Fahmi lagi.Semua ini berawal saat dia tidak sengaja berkeliling asrama. Tanpa sengaja, kakinya melangkah menuju pelataran masjid dimana ada beberapa pemuda yang sedang mengobrol di sana. Beberapa diantara mereka sedang membahas masa depannya masing-masing—hal yang mengusik pikiran Fahmi setibanya di rumah.“Aku berencana mau daftar ke UI. Atau Padjadjaran. Terus coba ambil S2 di luar negeri.”“Kenapa gak langsung ke luar negeri aja? Nanggung kalau cuma kayak gitu doang,” sela temannya yang sibuk menandai kitab dengan sticky-note.“Gak nanggung lah namanya. Banyak juga kok yang begitu.”Ta

    Last Updated : 2023-04-20

Latest chapter

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kegelisahan Alina

    “Kakak lihat gak sih kalau mereka merhatiin kita terus?”Fauzan mengangguk, matanya tidak lepas dari laptop.“Buat apa sih dia masukin anaknya ke ponpes Al Mulk juga? Memangnya dia gak punya tujuan lain gitu? Atau dia ngelakuin ini karena pengen gangguin kita lagi? Bisa jadi begitu kan? Orangtuanya udah gak ada lagi, semua fasilitasnya udah balik, dan Rafika bahkan juga udah gak ada. Dia gak punya alasan buat gak ngelakuin apapun rencana buruknya,” ucap Alina geram. Dia terus saja mondar-mandir keliling kamar, membuat Fauzan pun tidak nyaman. Tapi dia tahu Alina begitu karena gelisah memikirkan keadaan putra mereka nanti.“Nanti kalau Raza diapa-apain anaknya gimana? Dari tadi siang aja kelihatan jelas kalau mereka terus merhatiin kita. Terus laki-laki itu berani banget deketin Raina. Memangnya dia gak takut dikeroyok orang-orang karena gangguin gadis muda gitu?” tanya Alina lagi. Dia kemudian merebahkan diri di sebelah Fauzan dan memainkan rambut merahnya yang mulai memutih.“Udah ng

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Ketakutan Raina

    Baru mereka sadari kalau Gabrielle memang tidak berhenti memperhatikan keluarganya. Bahkan ketika Raina mencoba mengingat-ingat lagi interaksinya dan Raza dengan Fathan dan Asyraf tadi, dia baru tahu kalau ada yang memperhatikannya.“Mukanya serem banget, Kak. Kayak mau makan kita,” ucap Raina.“Kayak gimana orang yang merhatiin kalian itu?” tanya Najwa penasaran.“Mukanya garang, matanya tajam, terus ekspresinya kayak orang marah terus....”Najwa menggeleng. “Bukan itu maksud Mbak Najwa. Maksudnya, penampilannya kayak apa?”“Rambutnya dicat pirang, terus pakaiannya acak-acakan. Matanya merah kayak orang gak tidur. Terus,” Raina merendahkan suara dan mendekatkan kepala. “Ada bau menyengat dari arah mereka. Kayak bau rokok sama kayak aroma manis, tapi menusuk hidung gitu.”Najwa, Farah—kakak kedua Najwa, Azka, Ahmad, Aiman, dan Raza bertatapan.“Bensin kali. Atau bubble gum,” sahut Aiman.Raina menggeleng. “Enggak. Baunya lebih menyengat. Dan bau itu baru pertama kalinya aku cium.”Sem

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Benci Yang Mengakar Dalam

    “Jangan sampai saya dengar kamu bikin masalah setelah sampai disana nanti. Saya gak mau denger pengaduan dari guru maupun pengasuhmu!”“Kalaupun Johan bikin ulah, memangnya Ayah peduli? Bukannya Ayah yang buang Johan ke sana supaya gak ngerecokin ayah lagi?” tantang Johan balik.Gabrielle mendelik. Dia sangat tidak suka mendengar nada menantang dari suara putranya, namun dia tidak bisa bertindak apa-apa disini. Dia tidak mau jadi tersangka kalau sampai menabrakkan mobil yang dikendarainya dan membuat Johan meninggal.Akhirnya mereka berdiam diri. Johan dengan pikirannya sendiri, sementara Gabrielle dengan angannya yang memikirkan Alina. Sekian lama sejak pertemuan terakhir mereka yang tidak mengenakkan, akhirnya dia melihat wanita itu lagi. Wanita yang dia cintai sejak kelas sebelas SMA, namun malah menikah dengan orang lain dan tega membuatnya gila. Atau setidaknya itu yang diyakini Gabrielle selama ini.“Apa istimewanya perempuan itu sampai ayah gak bisa move on?” tanya Johan mendad

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Drama Santri Baru

    “Johan gak mau, Ayah!”“Saya gak peduli! Saya sudah muak lihat muka kamu!” Pria berambut dicat pirang itu balas melotot. Dia kemudian menoleh pada panitia pendaftaran santri baru dan bertanya, “Dia bisa daftar disini kan?”Fikri—pengurus berkoko putih yang sejak tadi memperhatikan pertengkaran mereka mengangguk patah-patah, ketakutan melihat ekspresi wali murid di depannya yang menyeramkan. Diberikannya formulir dan pulpen, kemudian melirik si calon santri baru yang mendelik penuh kebencian pada ayahnya.“Pak,” Mata Fikri menyipit membaca nama yang tertera di formulir. “Gabrielle.” Untuk sesaat dia tertegun, kemudian melanjutkan, “Njenengan asli Solo kah?”Gabrielle tidak mengacuhkannya dan terus menulis. Fikri memutuskan untuk tidak mencari masalah dan berpaling pada Johan. Namun, sebelum dia sempat berkata-kata, mendadak sepasang orangtua dan dua anaknya memasuki ruangan.“Assalamualaikum.”“Wa’alaikumsalam.”Karena ruangan sedang penuh, keluarga itu duduk di bangku tunggu sambil mem

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kegelisahan Arkan

    “Duduk dulu, Mas.”Arkan tidak mengacuhkan panggilan Keira dan terus mondar-mandir. Sesekali dia berhenti dan menempelkan telinga ke kaca UGD, namun tidak ada yang bisa didengarnya.“Kaca UGD itu tebel. Suara dan kegiatan apapun yang terjaid di dalam gak bakalan bisa diketahui orang luar,” komentar Ivan.Arkan berhenti dan kembali mondar-mandir. Kali ini dia melepas peci dan menyugar rambutnya yang keriting kecoklatan.“Padahal sebelum berangkat Hana baik-baik aja. Kenapa tiba-tiba kondisinya menurun lagi?” tanya Salwa penasaran.Alissa dan Azzam tidak bisa menjawab. Mereka pun baru tahu tadi kalau pneumonia Hana kembali parah. Wanita itu bahkan muntah darah setelah sebelumnya makan siang bersama keluarga mereka.“Njenengan jangan nyalahin diri sendiri, Bu.” Salwa berkata saat melihat Alissa yang tidak berhenti menunduk dan mengusap matanya. “Ini sama sekali bukan kesalahan Njenengan.”“Tapi saya lalai menjaga dia, Bu. Ibu macam apa saya yang ngebiarin anaknya yang lagi sakit untuk pe

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Omelan dan Nasihat Humaira

    “Mbak Aira tahu kamu mau bahas apa.” Baru saja duduk, Hana sudah disuguhi ekspresi Aira yang tidak enak dilihat. “Kenapa kamu gak terus terang aja sekalian?”“Memangnya beliau mau denger?” tanya Alina balik. Dipanggilnya penjaga kantin dan minta dibawakan dua botol teh dingin. “Sampe mulutku berbusa pun Mama gak bakalan mau ngerti. Yang ada beliau malah playing victim, nyari pembenaran, lalu ngatain aku ngegas dan gak sopan.”Hana yang tidak tahu hendak melakukan apa hanya memainkan kotak tisu yang diletakkan di meja kantin.“Bukannya Mbak Aira gak mau dengerin, Nduk. Tapi gimana ya....” Aira bergerak-gerak salah tingkah, lalu melirik Hana sekilas sebelum kembali menunduk menekuni mangkuk sotonya. “Mau ngatain mamamu, nanti Mbak Aira dibilang guru yang ngajarin hal buruk. Gak bertindak, misalnya menjauhkan kamu dari beliau, kamunya makin tersiksa.”Alina mengangguk.“Mbak masih inget kejadian waktu mamamu gak percaya kamu....”“Godain laki-laki lain di luar, padahal Umi udah nyiapin p

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kemarahan Alina

    “Gimana kabar keluarganya Mbak Alina?”“Ya begitu-begitu aja. Kamu berharapnya gimana?” balas Alina enteng. Sejak tadi, tangannya tidak berhenti memainkan tutup toples permen, membuat Hana gemas dan ingin melakban tangannya sekalian.“Mbak Alina bisa untuk gak peduli sama mereka lagi?”Alina mendongak, kebingungan tersorot dari iris matanya yang berwarna hijau.“Maksudku, Mbak Alina bisa gak peduliin ucapan buruknya Mama lagi? Mau beliau nyumpahin Mbak Alin kek, mau ngata-ngatain Mbak Alin kek, gak usah dipeduliin. Anggap aja angin lalu....”“Memangnya kamu dulu bisa kayak begitu?” tanya Alina balik. “Empat tahun lalu kamu bisa diam waktu Tante Naira ngatain kamu? Aku udah diam hampir seumur hidupku, Han! Gak bisa disamain dengan kamu yang langsung ngamuk dan lempar-lemparin piring ke dinding!”Hana tertegun. Ini pertama kalinya dia melihat Alina hilang kendali, dan perasaan bersalah mulai menelusup masuk ke hatinya.“Berapa kali Mamaku bilang gak mau peduli lagi sama aku dan Mas Fauz

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Perhatian Kedua Putri dan Cerita Tentang Alina

    “Umi baik-baik aja?”Alissa mengangguk. Pandangannya tidak lepas dari Hana yang sibuk mengerjakan ini-itu. Ditepuknya space kosong di sebelahnya dan berkata, “Duduk sini, Nduk.”“Sebentar, Umi. Hana beresin obatnya dulu biar nanti gak ribet nyarinya.”“Biar aku aja, Mbak,” tawar Rayya.“Gak usah. Kamu duduk aja.”Rayya merengut, namun dia tidak melawan dan terus memijit kaki ibu mertuanya.“Sini dulu, Han.”Barulah Hana menghentikan pekerjaannya. Diletakkannya lap di pinggir meja dan duduk di sebelah Alissa.“Umi jangan sakit-sakit terus. Nanti kalau Umi sakit, gak ada yang bisa diajak ngobrol dan diskusi lagi,” ucap Hana sambil memperbaiki selimut.“Rayya sama kakak-kakakmu kan ada.”“Hana pengennya sama Umi.”“Arkan juga ada. Kenapa kamu nyarinya Umi terus?” tanya Alissa lagi.“Hana cuma bisa ketemu dia pas malam aja. Siangnya sibuk kerja terus.”“Mas Arkan kan kerja buat Mbak Hana sama anak-anak juga,” sahut Rayya.“Ya udah. Gak usah kerja aja kalau gitu. Di rumah aja,” balas Hana

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Takut Kehilangan

    “Mas mau pulang sebentar nengok anak-anak. Kamu mau disini?”Hana mengangguk.“Yakin? Kamu nanti sendirian lho. Mas-mas sama Mbak-mbak yang lain kan pada sibuk,” lanjut Arkan.“Nanti kalau Umi kebangun terus nyari aku, kasihan Mas. Abah juga belum balik dari mushola soalnya.”Arkan akhirnya mengangguk. Dipeluknya Hana erat-erat dan menciumi seluruh wajahnya, kemudian menatap ibu mertuanya yang tertidur pulas.“Kalau capek, langsung istirahat ya. Jangan maksain diri.”Hana mengangguk. Diantarnya Arkan ke luar, kemudian duduk di pinggir ranjang dan menatap wajah Alissa lekat-lekat. Tangannya lantas terulur dan meraih tangan Alissa dan menempelkannya di pipi.“Cepet sembuh, Umi. Jangan tinggalin Hana dulu,” bisik Hana pelan.Masih teringat jelas olehnya kejadian tiga jam lalu dimana Alissa ditemukan di kamar dalam keadaan pingsan. Seisi rumah seketika panik, dan Azzam yang baru pulang langsung membawanya ke mobil dan meminta Arkan untuk secepatnya ke rumah sakit.“Hana mohon, Ya Allah. J

DMCA.com Protection Status