All Chapters of Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua: Chapter 101 - Chapter 110

162 Chapters

Pertemuan Kedua

“Kamu mau?”Rayya menggeleng. Lima jam menjelang acara khataman, mereka berkumpul di rumah utama keluarga Abdillah. Zara, Azka, Kayla, Sofia, dan kedua adik iparnya asyik mengobrol, sementara kedua mertuanya dan keluarga Rayya sibuk berdiskusi dengan Azzam dan Alissa.“Mas Isyqi memang selalu kayak gitu, Mbak?” bisik Rayya sambil menunjuk Isyqi yang lagi-lagi kelupaan buku catatannya.Syafiq yang sejak tadi jengah memperhatikan tingkah adiknya akhirnya berkata, “Besok bukunya tempelin di jidatmu aja. Biar gak lupa terus.”Isyqi mendelik, namun dia tidak berkata apa-apa karena menyadari lirikan Rayya terarah padanya. Dia hanya melambaikan tangan pada Hana sebelum buru-buru kabur keluar.“Dia gugup karena Rayya,” bisik Arkan yang duduk di sebelahnya.Hana meliriknya, lalu melirik Rayya yang kembali bermain dengan anak-anak Aluna dan Jeffri.“Semalam dia tanya-tanya sama Mas tentang kita dulu. Katanya dulu apa Mas gak gugup waktu berdua untuk yang pertama kalinya sama kamu di kamar?” bis
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more

Ajakan Lina

“Sebentar lagi kan liburan. Kamu mau ikut Tante enggak?”Tidak bisa membujuk Dea, Lina akhirnya mencoba untuk membujuk Maryam. Gadis itu tetap diam menatapnya yang sejak tadi sibuk berbicara sendiri.“Sekarang Tante tinggal di rumah keluarga Tante. Memang agak jauh dari rumah sebelumnya, tapi gak masalah. Yang penting kamu mau ikut pulang sama Tante....”“Pakde Aris bilang saya harus ikut dia,” sela Maryam.Lina mendecak.“Hak asuh kamu kan masih sama saya.”“Sejak kapan?” tanya Maryam balik. “Sejak kapan ayah saya memberikan hak asuh kepada Tante? Ayah saya cuma bilang ke Kak Dea supaya nyari teman ayahnya yang namanya Alan karena dia bisa bantuin kami. Belakangan saya tahu kalau ayah saya berjasa buat Om Alan dulu, makanya beliau mau mengasuh kami.”Lina mendelik.“Sejak kapan kamu berani kurang ajar?” desisnya.“Sejak Pakde Aris bilang kalau saya gak boleh diam aja sementara keburukan bergerak di sekeliling kita. Kita harus....” Ucapan Maryam terhenti saat Lina mengibaskan tangan.
last updateLast Updated : 2023-03-26
Read more

Keributan di Rumah Keluarga Naira

“Kenapa kita ke sini, Mas?”Atas inisiatif Jeffri, Azzam, dan Alissa, Rayhan akhirnya mengajak Naira untuk mengunjungi rumah keluarganya. Meski begitu, sorot mata Naira terlihat datar saat melihat ibunya yang tengah menjahit di balik jendela.“Ini salah satu cara supaya kamu gak berlarut-larut dalam kesedihan, Nai. Dan kita juga udah lama gak ketemu keluarga kamu. Ketemu mereka sebentar aja gak apa-apa.”“Saya takut, Mas,” aku Naira lirih.“Saya bakalan temenin kamu.”Naira menatap rumahnya sekali lagi. Di sebelahnya, Rayhan menyipitkan mata saat seorang pria keluar dari rumah dan berbelok menuju halaman samping. Dia lantas menatap Naira yang masih setia melamun.“Ayo, Nai,” bujuk Rayhan sekali lagi.Naira akhirnya mengangguk, namun tetap diam dan malah menunggu Rayhan yang keluar lebih dulu. Setelah itu, dia bersembunyi di belakang Rayhan dan mencengkeram lengan kemeja suaminya erat-erat.“Assalamualaikum.”Naira semakin menunduk saat Rayhan memasuki halaman dan menghampiri pria paru
last updateLast Updated : 2023-03-28
Read more

Nasihat Alissa

“Naira kenapa?”Rayhan mengempaskan tubuhnya ke sofa dan menjawab, “Ketemu ibunya. Mbak Lissa kayak gak tahu aja.”Azzam dan Alissa saling melirik, lalu menatap Rayhan yang memejamkan mata.“Kalian tadi ribut disana?”“Bukan ribut lagi.” Rayhan menyibak rambutnya, memperlihatkan luka yang tertutup oleh darah beku. “Saya sampai dilempar vas sama Ayah.”Diam-diam Rayhan melirik Hana yang hendak keluar, namun wanita itu sama sekali tidak peduli dan malah menghampiri para keponakannya yang asyik bermain.“Memangnya kalian disana ngapain?” tanya Azzam serius.“Ya maunya sih sewajarnya tamu yang datang berkunjung, Mas. Tanya kabar, ngobrol, bercanda. Tapi ibunya Naira malah mancing-mancing emosi kami, ayahnya juga diem aja padahal ibu udah ngomong yang enggak-enggak, eh habis itu kami dimarahin dan diancam gak bakalan dikasih warisan kalau masih berani membangkang. Ya kami pergi aja sekalian.”“Terus Naira sekarang dimana?”“Di rumah. Mungkin tidur, atau sembunyi. Dia gak mau ngomong waktu
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

Bertengkar Dengan Sesama Santri

“Me-meninggal?”Semua orang yang ada di kantor menoleh dengan ekspresi terkejut, namun Dea mengabaikannya dan mencengkeram gagang telepon erat-erat. Matanya memanas, dan sebentar saja pandangannya sudah memburam.“Iya, bener De. Beliau meninggal kemarin setelah koma satu minggu. Kabarnya beliau kecelakaan waktu pulang dari pesantrennya Maryam.”Bibir Dea bergetar, namun tidak ada suara yang keluar darinya.“Kamu mau melayat dia gak?”“Saya jelas gak boleh keluar. Ditambah lagi dua minggu lalu beliau maksa saya pulang dan ngatain temen saya sama anaknya Kyai pemilik pesantren ini.” Dea menunduk dan mengusap matanya, kemudian melanjutkan, “Sampein aja sama mereka kalau saya ikut berdukacita.”“Maafin saya, De.” Dini—adik Lina—berkata dengan nada meminta maaf. “Saya pikir karena kalian dekat, jadi kamu harus tahu berita ini.”Dea menatap meja di depannya dengan sorot kosong. Ya, dia dan Lina dulu memang dekat bak sahabat. Tapi setelah sekian lama disini, entah kenapa dia mulai merasa sem
last updateLast Updated : 2023-03-30
Read more

Berdebat Dengan Hana

“Jadi, tangis di depan keluargamu itu palsu? Permintaan maafmu ke mereka itu palsu? Juga semua kalimat yang kamu ucapin ke keluargamu itu bohong?”Dea menunduk. Di hadapan Aluna, dia tidak berani berkata-kata dengan kasar seperti yang dilakukannya terhadap Maya tadi. Sekujur tubuhnya juga dingin, merinding mendengar kemarahan Aluna yang kesekian kalinya.“Apa kematian ibu angkatmu masih gak bisa bikin kamu sadar?”Dea mendelik.“Jangan sebut-sebut beliau!”“Saya bakalan terus nyebut beliau dan menjadikannya contoh kalau kamu masih gak bisa menunjukkan perubahan!” teriak Aluna. “Kamu disini bukan untuk main-main, Andrea! Kalau begini terus, semua orang juga gak bakalan tahan mengurus kamu! Termasuk keluargamu sekalipun!”“Bagus kalau begitu! Biar saya dikeluarin dari sini!”“Enggak!” Suara familier membuat mereka menoleh. Hana yang baru kembali dari kantor berdiri di depan pendopo, sorot matanya yang tajam mau tak mau membuat Dea bergidik. “Apapun yang terjadi, kamu gak akan keluar dar
last updateLast Updated : 2023-03-31
Read more

Adu Mulut Yang Kesekian Kalinya

Satu tahun kemudian...“Capek kan? Udah bosan kan hidup kayak begitu terus?”Dea tidak menjawab. Pandangannya tertuju ke kolam ikan di depan mereka, sibuk memikirkan banyak hal.“Apa salahnya kamu nurut, bersikap baik, dan gak bikin masalah? Memangnya hidupmu gak tenang kalau gak ribut sehari aja?”Dea masih diam. Hana meliriknya, lalu mengembuskan napas.“Kasihan orangtuamu disana kalau lihat kelakuanmu ini, De.”Mata Dea memanas. Dia memang lelah, sungguh. Tapi dia tetap tidak bisa mengenyahkan perasaan dengki dan getir setiap kali melihat kehidupan Hana yang sempurna. Itu sebabnya dia selalu membuat masalah. Bukan pada Hana, Aluna, maupun semua orang kemarahannya tertuju, melainkan pada dirinya sendiri.“Ini udah satu tahun. Minimal berubah meski sedikit-sedikit. Kalau kamu terus begini sampai hidup di luar sana nanti, gak akan ada orang yang mau deket-deket dan nolongin kamu. Bahkan peduli pun enggak.”Mata Dea semakin panas, dan sebentar saja pipinya sudah basah.“Aku juga sering
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

Kegelisahan Naura

“Kok diem aja? Kalian ngobrol dong.”Naura melirik pemuda yang duduk di sebelah orangtuanya itu dan kembali menunduk. Dia tahu jelas karakter dingin orang itu, tapi dia tidak menyangka kalau dirinya jauh-jauh datang ke sini untuk diabaikan.“Umi, saya harus balik ke kantor lagi. Masih ada banyak pekerjaan.”“Alihin saja semuanya ke Shihab. Kamu disini.”Pria itu—Asyraf Muhammad—mengangguk dengan tampang terpaksa dan menyandarkan punggung ke sofa. Di tempatnya sendiri, Naura mulai bertanya-tanya kenapa pria itu seperti tidak suka melihatnya. Sejak dia tiba tadi hingga detik ini, Asyraf tidak pernah menyapa maupun mengajaknya mengobrol selayaknya kerabat lama. Hal itu membuatnya tak nyaman sekaligus merasa tidak disukai.“Umi, Naura permisi ke kamar mandi dulu ya,” pamitnya pada Salwa.Salwa mengangguk. Sekali lagi diliriknya Asyraf, lalu berjalan menuju dapur. Diingatnya lagi ucapan Harris beberapa waktu lalu yang menjelaskan kalau dirinya, Salwa, dan orangtua Asyraf sepakat untuk menj
last updateLast Updated : 2023-04-03
Read more

Pernikahan Yang Dingin

“Maaf kalau sampai sekarang saya masih dingin terhadap kamu.”Naura yang tengah melepas kerudungnya menoleh mendengar ucapan Asyraf. Dari cermin, dia bisa melihat sorot bersalah sekaligus datar dari wajah pria yang sejak beberapa jam lalu resmi menjadi suaminya.“Gak apa-apa. Saya tahu Mas pasti butuh waktu,” balas Naura tenang, meski di sisi lain tidak yakin dengan dirinya sendiri. Tiga bulan lamanya, dia bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan dirinya. Asyraf bahkan tidak berusaha mengenalnya seperti pasangan-pasangan lain yang menikah karena dijodohkan. Asyraf juga tidak pernah bertanya apa yang dia sukai seperti yang dia lihat dari Isyqi dan Rayya beberapa waktu lalu.Asyraf hanya mengangguk, lalu melepas pakaiannya sendiri dan berganti baju. Tanpa memedulikan Naura yang menatapnya, dia meraih laptop dan kembali fokus dengan tugasnya.“Mas.”“Hm.”Naura meliriknya lagi, kemudian menghela napas. Tanpa banyak kata, dia kembali membersihkan wajahnya, kemudian bangkit dan mengambi
last updateLast Updated : 2023-04-07
Read more

Rasa Penasaran

“Itu siapa?”Najwa menoleh, menatap sosok yang ditunjuk kakak iparnya. “Mbak Mazaya. Pengurus disini.”“Pengurus?”Naura memang baru pertama kali melihatnya. Tapi di dalam hati, dia merasakan adanya ancaman dibalik ketenangan gadis itu.“Iya.” Najwa menyahut malas. “Ayo, Mbak. Keburu pagi.”Naura buru-buru memasuki aula. Dilemparkannya senyum pada setiap santri yang menyalami dan mencium punggung tangannya, kemudian duduk diantara Najwa dan Bella, adik sepupu Asyraf. Dari sudut mata, dia melihat Mazaya ikut masuk ke aula dan duduk di ujung ruangan yang tak jauh dari mereka.“Mbak, ayo mulai,” bisik Najwa.Naura tersentak, lalu berdeham dan memulai pengajian pagi. Sesekali matanya melirik Mazaya yang tetap fokus mengaji sambil menegur santri-santri lain yang berbisik-bisik.Bella memundurkan kepalanya saat bahunya dicolek seseorang.“Naura lihatin siapa sih?” tanya Kiran, istri Fathan.“Maza.”Kiran melirik Mazaya. Gadis itu masih fokus, meski sesekali dia melirik ke sekeliling ruangan
last updateLast Updated : 2023-04-08
Read more
PREV
1
...
910111213
...
17
DMCA.com Protection Status