All Chapters of Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua: Chapter 81 - Chapter 90

162 Chapters

Curhat Pada Jeffri

“Lepas semuanya, Han.”Hana menggeleng. Kepalanya tertunduk dalam-dalam, takut menantang mata Jeffri yang menatapnya datar. Meski begitu, nada bicaranya sama sekali lain daripada yang biasa digunakan Naira.“Kalau kamu mau lepas dari semua ini, kamu harus mau kerja sama. Kamu gak boleh terus-terusan memendam masalah. Suatu saat semuanya bisa berubah jadi bom waktu yang bisa jadi bikin kamu gak selamat,” lanjut Jeffri sadis.Hana mencengkeram bantalnya erat-erat. Sudut matanya melirik Alissa yang bekerja di sofa lain. Kepala wanita itu mengangguk disusul dengan senyum menenteramkan, membuat kekuatan Hana pulih meski sedikit.“A-aku dulu selalu cerita sama wali kamarku.”Jeffri tetap mendengarkan, kedua tangannya memegang pulpen dan notes.“Tapi sejak aku naik kelas dua belas, udah enggak pernah. Karena waktu kelas dua belas, aku pernah difitnah sama temen satu angkatan. Awalnya dia ngajakin aku pacaran, padahal di pesantren kan dilarang. Dia bilang kami bisa pacaran sembunyi-sembunyi.
last updateLast Updated : 2023-03-05
Read more

Kejujuran Hana Tentang Dea

“Nduk,” panggilnya lembut.Hana tidak menjawab. Namun, Alissa tahu dia terjaga. Hal itu terlihat jelas dari bahunya yang berguncang.Alissa beringsut naik dan mengelus lengannya. Kali ini Hana berbalik, lalu merebahkan kepala di pangkuannya.“Hana masih belum bisa lupa, Umi,” bisiknya pelan.Sambil mengelus kepala putri kesayangannya, Alissa bertanya, “Lupa apanya, Nduk?”“Semuanya, Umi. Penyiksaan di SD dulu, hinaan semua orang yang bilang kalau Hana sama Ayah dan Ibu gak mirip, semua kemarahan Ibu, dan ... dan....” Hana tersengal saat hendak melanjutkan. Dicengkeramnya bed-cover kuat-kuat, lalu melingkarkan kedua lengan di perut dan mengelusnya. Meski ingin, dia tidak mau menangis. Seperti yang dikatakan Jeffri tadi, dia harus melepas semuanya. Jadi, selain pada kakak keduanya itu, dia juga akan berbagi pada Alissa agar jiwanya tidak lagi dijejali trauma lama.Alissa memejamkan mata, merasakan sesuatu yang hangat mengalir turun ke pipinya. Satu hal lagi yang baru diketahuinya adala
last updateLast Updated : 2023-03-05
Read more

Mimpi Buruk

“Istighfar, Han. Astaghfirullah.”Berkali-kali Arkan menuntun istrinya untuk beristighfar. Satu tangannya tak berhenti mengusap dahi Hana yang berkeringat. Hana masih menangis, namun matanya tetap terpejam rapat.“Ampun, Bu. Hana janji gak bakalan berantem lagi, tapi jangan bilang kalau Hana yang mulai duluan. Yang ribut duluan itu Dea, Bu. Hana gak salah apa-apa, tapi dia langsung mukulin.” Hana berkata. “Jangan pukul Hana lagi, Bu. Sakit.”Alissa mengusap air matanya, lalu ikut mendekat ke ranjang dan berbisik pelan di telinga Hana.“Istighfar, Nduk. Itu cuma mimpi buruk,” bisiknya. “Ayo, Han. Itu sama sekali gak nyata, Sayang. Jangan diingat-ingat lagi.”Perlahan Hana mulai tenang. Arkan mengusap air matanya dengan tisu, lalu merapikan selimut Hana yang terbuka dan menyingkirkan rambutnya yang menutupi wajah.“Ini....” Azzam berkata sambil menatap Hana. “Sudah berapa lama Hana kayak begini?”“Sejak kami nikah sampai sekarang, Abah. Gak pernah berhenti.”Azzam menghela napas. Perlah
last updateLast Updated : 2023-03-06
Read more

Bertengkar Dengan Naira dan Adik-adik

“Sikap kalian itu keterlaluan, Rayhan, Naira. Kasihan Hana yang gak tahu apa-apa.”Rencana Hana yang ingin berbelanja buku batal saat Rayhan dan keluarganya tiba. Tidak tanggung-tanggung, seluruh barang-barang mereka dibawa seolah hendak pindahan.“Saya minta maaf, Mas. Sungguh, saya sadar kalau saya salah,” pinta Rayhan. Di sebelahnya, Naira ikut menunduk.Hana yang memperhatikan semuanya bersama kakak-kakak iparnya dari lantai dua menghela napas. Dia tahu ayahnya melakukan semua itu karena ingin dirinya mandiri, tapi kadang mulutnya sama kejinya dengan Naira hingga membuat Hana tidak mau mempercayainya lagi.“Kamu kasihan, Dek?” tanya Sofia.Hana mengangguk.“Tapi aku gak bisa membela mereka, Mbak. Itu urusan Ayah sama Abah.”Di ruang keluarga, Azzam, Alissa, dan keenam putranya plus Arkan mengelilingi mereka.“Ayah ingat gak waktu nelepon Hana beberapa bulan lalu? Ayah ngata-ngatain Hana, bentak-bentak dia, dan ngebiarin ibu marahin Hana karena dia keguguran. Apa itu dosa Hana, Yah
last updateLast Updated : 2023-03-07
Read more

Tamu Mengejutkan

Paginya saat kembali dari aula, Hana melihat Mentari yang baru keluar dari kantor asrama dengan setumpuk kitab di kedua tangan. Dia teringat lagi dengan pembicaraan mereka semalam dan efeknya untuk kedua adiknya.“Saya kecewa sama kalian. Kalian menyakiti Hana, lalu sekarang anak-anak kalian jadi begini. Saya nyesel karena ngebiarin Ibu ngizinin kalian pergi dari pesantren ini,” ucap Azzam sambil mengurut dahi.Fahmi dan Mentari yang tersindir hanya bisa menunduk.“Maafin saya, Mas,” gumam Rayhan sekali lagi.Azzam menggeleng. “Maafmu gak akan mengembalikan kesehatan mental Hana, Han. Maafmu gak akan bisa mengembalikan sesuatu yang sudah rusak.”Rayhan menggigit bibir, baru menyadari seberapa keterlaluan sikapnya terhadap Hana.“Dan kalian.” Tatapan Azzam berpindah ke dua bersaudara yang masih setia menunduk. “Saya udah denger semua cerita tentang kalian. Manja, gak mau bekerja, pemarah. Orangtua kalian gak selamanya hidup. Ada masanya kalian harus berdiri di atas kedua kaki sendiri!”
last updateLast Updated : 2023-03-08
Read more

Tentang Dea dan Kemarahannya

“Puas kan kamu lihat aku yang begini? Seneng kan?”Hana terus menatap Dea. Gadis yang semula terlihat menyebalkan dengan senyum sombong dan tatapan mata merendahkan setiap kali menatapnya, kini berubah jadi menyedihkan. Berkali-kali dia meracau soal keluarga Zidan, memberi Hana banyak informasi tentang mantan teman satu sekolahnya itu.“Apa yang terjadi? Kamu diusir?” tanya Hana lembut. “Kamu gak akan ke sini kalau mereka masih mau ngurus kamu.”“Iya, aku diusir ayahnya Zidan. Zidan mati ditembak ayahnya, sementara Tante Lina juga diusir karena gak becus ngurusin kami. Seneng kan kamu? Akhirnya aku dapat karmaku sendiri?” bentak Dea.Hana menggeleng.“Jangan munafik!”“Aku sama sekali gak seneng. Kepikiran pun enggak.”“Bohong!” teriak Dea. Zahwa dan Azka yang menemaninya terlonjak pelan mendengar teriakan Dea, namun mereka tetap diam sambil membaca kitab masing-masing.“Lagian kamu ngapain ke sini? Mau ngetawain? Mau jadi pengasuh yang sok baik?” bentak Dea lagi.Hana menggeleng. Dih
last updateLast Updated : 2023-03-09
Read more

Hukuman Untuk Dea

“Makanan macam apa ini?!”Sambil mengernyit jijik, Dea mendorong piringnya jauh-jauh. Nasi dengan lauk sayur lodeh, tempe mendoan, dan kerupuk udang itu terlihat begitu lezat, tapi berbeda dengan pendapat Dea yang menganggapnya menjijikkan.“Disini kamu gak bisa order makanan dari luar. Pesantren gak ngizinin,” sahut Adel, gadis sebayanya yang sejak tadi sibuk menyalin nadzom Alfiyah.“Memangnya gak ada makanan lain han yang lebih layak dimakan gitu? Itu lebih cocok dimakan pembantu rumah tangga di rumahku.”Semua orang sudah berhenti makan demi mendengar kalimat kasarnya. Seorang gadis yang baru masuk dan meletakkan piring serta bukunya di meja membanting sendok seketika.“Kalau kamu gak suka, gak usah dimakan! Gak ada yang nyuruh kamu makan makanan itu!”Dea mendengus.“Gak ada yang nyuruh, tapi pengurus tolol di luar sana bakalan ngadu ke keluargaku kalau aku gak mau makan makanan pesantren....”“YA KALAU GITU, PILIHANNYA BALIK KE DIRIMU SENDIRI! KALAU MAU DIMARAHIN KELUARGAMU YA S
last updateLast Updated : 2023-03-10
Read more

Hati Yang Penuh Kebencian

“Kamu baik-baik aja?”“Bisa gak sih gak usah sok peduli? Kalau kamu mau ngetawain aku, sekalian aja! Jangan munafik!”"Aku betul-betul peduli, Andrea. Kamu sendirian disini....""Bisa diam gak, Tolol? Mau ribuan kali pun kamu bersikap sok peduli, itu gak menutupi kenyataan kalau kamu seneng lihat aku yang dibuang mereka. Mungkin di dalam hati kamu juga girang karena akhirnya aku dapat hukuman dari Tuhan. Aku tahu kamu pura-pura karena hatimu itu memang dasarnya udah dipenuhi kebencian!"Hana tetap tersenyum, sebelum akhirnya bangkit dan kembali ke mejanya di depan. Sisi iblis Dea bangkit, membuatnya mengulurkan kaki dan menyengkat kaki Hana.“Astaghfirullah!”“Ning Hana gak apa-apa?”Hana mengangguk. “Terimakasih.”Dea mendelik saat dua gadis yang baru masuk malah mencengkeram bahu Hana dan menahannya agar tidak terjatuh. Dia juga berpura-pura tidak tahu ketika Hana meliriknya, sengaja bersiul keras sambil mengarahkan pandangan ke arah lain. Dea baru bereaksi saat kedua gadis itu mena
last updateLast Updated : 2023-03-11
Read more

Berita Tentang Dea dan Maryam

“Mana Hana, Le?”“Istirahat, Mi. Dia kayaknya kecapekan. Umi mau nengok?”Bukannya menjawab, Salwa malah menoleh pada Alissa yang duduk di sebelahnya. “Boleh, Bu?”“Silahkan,”Bertiga, mereka berjalan menuju kamar Hana dan Arkan yang tidak tertutup. Air mata Alissa mengalir saat melihat bagaimana Salwa duduk di pinggir ranjang dan mengusap dahi Hana yang berkeringat. Di sebelahnya, Arkan sudah melepas kacamata dan mengusap matanya yang basah.“Kamu selalu jagain Hana kan, Le?”“Iya, Mi.” Arkan menjawab dengan suara serak.“Jangan pernah lalai dalam membimbing Hana, Le. Dia udah capek merawat dan mengurus kamu. Jangan sekali-kali membentak dia atau nyakitin hatinya.” Salwa berkata—sama seperti nasihat Azzam satu bulan lalu. “Kamu tahu kan kalau kamu nyakitin dia, itu artinya kamu juga nyakitin Umi?”Arkan mengangguk, lantas mengusap air mata dengan kasar dan berjongkok di depan Salwa.“Umi kenapa ngomong kayak begini? Lagi capek ya?”Salwa terkekeh sambil mengusap air mata. “Enggak. Um
last updateLast Updated : 2023-03-12
Read more

Adu Mulut Dengan Naira

“Tante bilang kalau Tante bersalah, tapi kenapa lagi-lagi menekan saya disaat saya udah punya keluarga sendiri?”Hana menatap Naira dingin. Beberapa menit yang lalu saat sedang mengaji sendirian di pendopo, Naira mendekatinya. Selama beberapa saat, mereka hanya berdiam diri sampai Naira kembali melontarkan kalimat-kalimat kejinya.“Gara-gara kamu....”“Semuanya gara-gara saya! Adakah hal yang terjadi bukan karena saya?” bentak Hana. “Kalau Tante mau berpikir ulang, semuanya terjadi karena kesalahan Tante sendiri. Memang udah watak Tante aja yang gak bisa berubah, jadi mau bagaimanapun saya bersikap, tetep aja saya yang salah. Padahal sebetulnya mata Tante yang buta!”“Kurang ajar ya kamu!”“Memang! Bukannya Tante sendiri yang sering bilang begitu?” balas Hana sinis.Naira menggeram.“Tolong pulang, Tan. Saya masih harus ngaji.”Tanpa menunggu jawaban Naira, Hana beringsut ke pojok pendopo dan kembali mengaji. Sesekali dia memijit pinggangnya yang ngilu, lalu meluruskan kaki tanpa meng
last updateLast Updated : 2023-03-14
Read more
PREV
1
...
7891011
...
17
DMCA.com Protection Status