All Chapters of Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua: Chapter 61 - Chapter 70

162 Chapters

Curhat Keira dan Hana

“Aku gak bisa ngomong sama Ivan, Han.”Hana yang tengah berdiri di balkon menoleh saat Keira berdiri di sebelahnya.“Kenapa? Dia seharusnya tahu kan?” tanya Hana bingung.Keira menggeleng. “Ini hidup kami. Dan juga hak-nya Vanya buat suka sama siapa aja. Aku gak bisa menyenangkan semua orang, dan sebaliknya malah menyakiti diri sendiri dan sebagian orang lainnya.”Hana tertegun saat mencerna kalimat terakhir adik iparnya. Hal itu sama seperti yang selalu dilakukannya bertahun-tahun lalu. Dia selalu ingin membahagiakan hati semua orang, dan sebaliknya malah lupa dengan kebahagiaannya sendiri.“Jadi intinya, kamu gak mau bilang apa-apa? Ke Ivan soal Vanya yang suka sama dia, dan ke Vanya soal pernikahan kalian akhir semester nanti?” tanya Hana.Keira mengangguk.“Ya terserah kamu sih. Ini kan hidup kamu. Aku gak bisa ikut campur.”Mereka kembali menatap halaman. Beberapa pengurus putra yang baru kembali dari luar memasuki halaman dan memarkirkan motor mereka di parkiran samping masjid,
last updateLast Updated : 2023-02-19
Read more

(Lagi-lagi) Bertemu Keluarga Zidan

“Kenapa ya kita selalu ketemu terus?”Selesai pengajian sore itu, Arkan minta mampir ke Sri Ratu Mall Kediri untuk membeli sesuatu. Zara dan Faris yang juga ikut dengan mereka berempat tampak waspada melihat Zidan, Lina, dan Dea berdiri di hadapan mereka.Hana hanya tersenyum dan mengangguk, lalu meraih lengan Arkan dan menggandengnya. Perutnya keroncongan, sementara Harris dan Salwa berdiri di belakang mereka dengan sikap menunggu.“Tolong lepas tangan Anda, Mas. Tidak sopan seorang pria menyentuh wanita yang bukan muhrimnya,” sela Faris saat Zidan meraih tangan Hana.“Shut up! Ini bukan urusanmu!”“Lepas tanganmu!” Sebuah suara dingin membuat mereka semua menoleh. Gus Wahid, adik Faris yang ketujuh menyingkirkan tangan Zidan dari Hana dengan sopan. “Tidak pantas memperlakukan Ning Hana seperti itu!”Zidan mendengus, lalu berbalik dan merangkul Dea dengan satu tangan.“Kamu gak apa-apa, Han?” tanya Arkan.Hana mengangguk, menoleh pada Wahid dan berkata, “Terimakasih, Mas Wahid.”Wahid
last updateLast Updated : 2023-02-19
Read more

Curhat Pada Arkan

Arkan terbangun oleh rasa sakit yang menyerang leher bagian belakangnya. Diregangkannya tubuh, lalu menoleh ke sudut kamar dimana Hana tengah shalat tahajud.Ditunggunya hingga Hana selesai shalat sambil meregangkan leher, lalu tersenyum saat Hana mendekatinya. Dia lalu membungkuk dan mencium dahi Hana yang hangat. Sejak sore tadi istrinya memang demam hingga tidak bisa menemani Salwa mengaji di aula.“Kalau rasanya masih sakit, gak usah shalat dulu juga gak apa-apa. Kan tahajud ini sunnah,” ucap Arkan lembut.Hana hanya tersenyum. Dilepasnya mukena dan melipatnya, lalu duduk di sebelah Arkan.“Mas mau shalat juga? Buruan. Aku tunggu disini.”Arkan mengangguk, lalu berjalan menuju kamar mandi. Sambil menunggu, Hana meraih ponselnya di meja nakas dan mengecek notifikasi. Ada puluhan chat dari ibunya dan Fahmi, serta ratusan chat dari Dea dan Zidan. Chat dari dua orang yang disebutkan terakhir dihapusnya tanpa membaca dan memblokir nomor tersebut.Saat Arkan selesai shalat dua puluh men
last updateLast Updated : 2023-02-20
Read more

Cecaran Naira

Asrama sepi karena seluruh santri tengah berada di kelas, dan Hana yang baru akan keluar menuju kantor asrama dikejutkan dengan mobil keluarganya yang memasuki halaman pesantren.Sedetik kemudian, bibirnya menyunggingkan senyum saat Rayhan dan Naira keluar dari mobil. Kontras dengan hatinya yang berdebar kencang karena takut melihat ekspresi dingin ibunya.“Assalamualaikum, Ayah, Ibu.”“Waalaikumsalam.” Rayhan menjawab hangat. Di sebelahnya, Naira hanya mengangguk sebelum melengos.“Kamu gak kerja?” tanya Rayhan sambil melirik jilidan kertas di tangan putrinya.“Ini baru mau balik ke kantor. Tadi ada laporan yang ketinggalan. Ayo masuk, Yah, Bu. Biar Hana panggil Umi sama Abi dulu.”Tanpa menunggu jawaban kedua orangtuanya, Hana berbalik dan berjalan memasuki ruang keluarga. Ada Harris dan Salwa disana, tengah berdiskusi sambil mengerjakan tugas masing-masing.“Permisi, Abi, Umi. Ada orangtua Hana di depan.”Salwa melepas kacamatanya, lalu bangkit dan merapikan pakaian. Harris menyusu
last updateLast Updated : 2023-02-20
Read more

Kemurungan Hana dan Cerita Keira Tentang Vanya

Rayhan dan Naira sudah pulang menjelang dzuhur dengan alasan masih banyak pekerjaan, sementara Hana mengurung diri dan tidak makan siang. Semua orang khawatir, namun mereka tidak bisa berkata apa-apa karena sudah tahu apa yang terjadi. Lebih tepatnya, Naira terlalu tolol untuk duduk di balik jendela dan membuat semua ucapannya bisa didengar oleh Salwa.“Apa Zara perlu naik dan ngajak Hana gabung disini, Bi?” tanya Zara pelan.Harris menghela napas sambil menggeleng, lalu kembali melahap makanannya.“Biarin aja dulu. Hana perlu waktu.”Arkan yang juga ikut bergabung di meja makan menunduk menatap piringnya yang tidak tersentuh. Dia ingin sekali bertanya pada Naira; kenapa hanya karena masa kecil putrinya yang gelap, dia tega memusuhi Hana hingga saat ini?“Kamu cuma perlu mendoakan supaya ibu mertuamu bisa berubah baik, Le,” ucap Salwa pelan.Arkan mengangguk. Dia tidak benci pada Naira, sungguh. Dia hanya sedih kenapa Naira tidak pernah berhenti menyakiti hati Hana.“Maaf, Arkan mau n
last updateLast Updated : 2023-02-21
Read more

Adu Mulut Dengan Vanya

“Peraturan nomor tiga belas. Tidak boleh membawa buku yang tidak ada hubungannya dengan pendidikan,” pinta Hana datar saat menemukan Vanya duduk di kantin sambil membaca novel.Dengan ekspresi tidak rela, Vanya menyerahkan buku tebal tersebut pada Hana. Dahinya seketika mengernyit saat menantu ketiga Kyai Harris tersebut malah duduk di hadapannya.“Kamu berantem sama Keira?” tembak Hana tanpa tedeng aling-aling.Vanya tidak menjawab.“Gak boleh mendiamkan saudara lebih dari tiga hari, Van. Lebih dari itu, kamu bisa jadi temannya setan,” gurau Hana sambil menyentuh tangan sahabatnya.Yang mengejutkan, Vanya menarik tangannya dengan kasar. Satu alis Hana terangkat, sebelum akhirnya memasukkan satu tangan yang tidak memegang buku ke dalam saku gamis.“Ini di luar kuasa Keira. Mau gak mau kamu harus terima, Va.”“Seharusnya dia bilang,” balas Vanya dengan suara dingin. “Dia tahu aku suka sama Gus Ivan. Seharusnya dia gak menusuk dari belakang kayak begini.”Hana tidak menjawab.Vanya berb
last updateLast Updated : 2023-02-21
Read more

Curhat Tentang Zidan

“Aku muak kalau diginiin terus, Mas. Rasanya kayak main belakang dari Mas Arkan, padahal dia yang selalu chat dan nelepon aku duluan.”Sore itu, Arkan akhirnya mengajak istrinya untuk bersantai di Starbucks. Dengan secangkir kopi hitam untuknya dan vanilla latte untuk istrinya, Hana berapi-api menceritakan tentang Zidan yang tidak mau berhenti menganggunya.“Terus tadi kamu angkat gak?” tanya Arkan sambil mematahkan cookies di hadapan mereka.Hana menggeleng. “Langsung aku blokir. Harusnya Mas negur dia dong. Bilang kalau Mas gak suka istri Mas yang cantik ini digangguin.”“Kamu PD juga ya ternyata.” Arkan tergelak. Dilapnya tangan dan bibir dengan tisu, lalu menyeruput kopi dan menatap Hana yang ikut menyeruput latte dinginnya.“Kan Mas sendiri yang selalu bilang kalau aku cantik.”“Iya, kamu emang cantik,” puji Arkan sambil mengulurkan tangan dan melingkarkannya di bahu Hana.Sambil bersandar pada bahu Arkan, Hana menatap Starbucks yang sore itu tidak terlalu ramai. Hanya ada selusi
last updateLast Updated : 2023-02-21
Read more

Nasihat Salwa

"Han, ayo makan dulu."Hana menggeleng. Dipeluknya guling erat-erat, sementara air matanya terus mengalir. Perkataan Naira tadi siang masih menari-nari di pikirannya. Sebuncah perasaan bersalah juga muncul di hatinya karena sudah mendiamkan Arkan sejak sore tadi, tapi hanya ini satu-satunya yang bisa dia lakukan karena tidak ingin kelepasan melontarkan kalimat kasar untuk suaminya.Melihat keadaan istrinya, mau tak mau Arkan jadi ikut sedih. Kenapa ibu mertuanya tidak pernah berhenti mengatakan sesuatu yang menyakiti hati Hana? Kenapa hanya Hana yang diperlakukan begini, sementara kedua adik iparnya yang lain tidak? Kenapa Hana tidak pernah boleh membela dirinya sendiri?“Ayo makan dulu, Han,” bujuk Arkan sambil duduk di pinggir ranjang. Didekatkannya sendok ke bibir Hana, namun wanita itu bergeming."Sayang, nanti maag-nya kambuh lagi lho kalo gak mau makan."Hana akhirnya menerima suapan dan mengunyahnya dengan lambat.“Aku kenyang,” ucap Hana saat Arkan hendak menyodorkan suapan ke
last updateLast Updated : 2023-02-21
Read more

Spekulasi Alina

Tiga bulan kemudian...“Raina baca buku apa?” tanya Hana sambil mendekati anak bungsu Alina, istri dari sepupu suaminya.“Harry Potter, Tante.” Raina mengacungkan cover buku tersebut, lalu kembali lanjut membaca. Hana tersenyum dan ikut duduk di sebelah gadis berusia tiga belas tahun itu, satu tangannya mengelus kepala Raina dengan sayang.“Hana masih nulis buku?” tanya Shofiyah, ibu mertua Alina sekaligus kakak ibu mertuanya.“Masih, Budhe.” Hana menjawab sopan.“Novelnya yang terbaru laku keras lho, Mbak. Sampai cetak ulang berkali-kali,” sahut Salwa cepat.Wajah Hana memerah, malu dan bahagia bercampur jadi satu.“Oh ya? Kayaknya kamu mewarisi kepintarannya Alina ya, Nduk,” ucap Shofiyah kagum. “Novel-novel dia juga laku keras. Bahkan yang di aplikasi online aja udah dicetak sekian ribu eksemplar.”“Umi jangan terlalu muji Alin,” sela Alina yang baru tiba dengan nampan besar berisi piring-piring kecil makanan ringan dan cangkir serta teko teh. Diletakkannya semua itu di meja panjan
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more

Keadaan Yang Memburuk

“Mbak, tolong aku. Hana pingsan.”Alina dan Fauzan yang tengah mengobrol di dapur ikut menoleh dan menghampiri mereka. Kedua orangtua mereka berempat tengah berada di rumah keluarga Ivan, membicarakan tentang acara besok malam sekalian berkunjung.“Hana kenapa?” tanya Alina panik.“Enggak tahu. Dia tiba-tiba pingsan, padahal tadinya kami mau ke rumah sakit.”Alina dan Putri bertatapan, teringat dengan kejadian di dapur siang tadi. Seakan mengerti dengan apa yang dipikirkan istrinya, Fauzan berbalik dan meraih kunci mobil.“Ayo, Mas antar ke rumah sakit. Putri, kamu di rumah jaga anak-anak. Revan kapan pulang?” tanya Fauzan.“Nanti katanya. Masih ada pekerjaan di kantor.”“Kalau ada apa-apa, panggil dia. Kami gak tahu pulang jam berapa. Dek, kamu mau ikut?” tanya Fauzan.Alina mengangguk. Disusulnya Fauzan yang sudah berlari menuju mobil yang terparkir di halaman, lalu membukakan pintu belakang lebar-lebar agar Arkan bisa segera masuk.“Selain pneumonia, Hana sakit apa lagi?” tanya Ali
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more
PREV
1
...
56789
...
17
DMCA.com Protection Status