Share

Kejujuran Hana Tentang Dea

Penulis: Nabila Rindra
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-05 21:38:08

“Nduk,” panggilnya lembut.

Hana tidak menjawab. Namun, Alissa tahu dia terjaga. Hal itu terlihat jelas dari bahunya yang berguncang.

Alissa beringsut naik dan mengelus lengannya. Kali ini Hana berbalik, lalu merebahkan kepala di pangkuannya.

“Hana masih belum bisa lupa, Umi,” bisiknya pelan.

Sambil mengelus kepala putri kesayangannya, Alissa bertanya, “Lupa apanya, Nduk?”

“Semuanya, Umi. Penyiksaan di SD dulu, hinaan semua orang yang bilang kalau Hana sama Ayah dan Ibu gak mirip, semua kemarahan Ibu, dan ... dan....” Hana tersengal saat hendak melanjutkan. Dicengkeramnya bed-cover kuat-kuat, lalu melingkarkan kedua lengan di perut dan mengelusnya. Meski ingin, dia tidak mau menangis. Seperti yang dikatakan Jeffri tadi, dia harus melepas semuanya. Jadi, selain pada kakak keduanya itu, dia juga akan berbagi pada Alissa agar jiwanya tidak lagi dijejali trauma lama.

Alissa memejamkan mata, merasakan sesuatu yang hangat mengalir turun ke pipinya. Satu hal lagi yang baru diketahuinya adala
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Mimpi Buruk

    “Istighfar, Han. Astaghfirullah.”Berkali-kali Arkan menuntun istrinya untuk beristighfar. Satu tangannya tak berhenti mengusap dahi Hana yang berkeringat. Hana masih menangis, namun matanya tetap terpejam rapat.“Ampun, Bu. Hana janji gak bakalan berantem lagi, tapi jangan bilang kalau Hana yang mulai duluan. Yang ribut duluan itu Dea, Bu. Hana gak salah apa-apa, tapi dia langsung mukulin.” Hana berkata. “Jangan pukul Hana lagi, Bu. Sakit.”Alissa mengusap air matanya, lalu ikut mendekat ke ranjang dan berbisik pelan di telinga Hana.“Istighfar, Nduk. Itu cuma mimpi buruk,” bisiknya. “Ayo, Han. Itu sama sekali gak nyata, Sayang. Jangan diingat-ingat lagi.”Perlahan Hana mulai tenang. Arkan mengusap air matanya dengan tisu, lalu merapikan selimut Hana yang terbuka dan menyingkirkan rambutnya yang menutupi wajah.“Ini....” Azzam berkata sambil menatap Hana. “Sudah berapa lama Hana kayak begini?”“Sejak kami nikah sampai sekarang, Abah. Gak pernah berhenti.”Azzam menghela napas. Perlah

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Bertengkar Dengan Naira dan Adik-adik

    “Sikap kalian itu keterlaluan, Rayhan, Naira. Kasihan Hana yang gak tahu apa-apa.”Rencana Hana yang ingin berbelanja buku batal saat Rayhan dan keluarganya tiba. Tidak tanggung-tanggung, seluruh barang-barang mereka dibawa seolah hendak pindahan.“Saya minta maaf, Mas. Sungguh, saya sadar kalau saya salah,” pinta Rayhan. Di sebelahnya, Naira ikut menunduk.Hana yang memperhatikan semuanya bersama kakak-kakak iparnya dari lantai dua menghela napas. Dia tahu ayahnya melakukan semua itu karena ingin dirinya mandiri, tapi kadang mulutnya sama kejinya dengan Naira hingga membuat Hana tidak mau mempercayainya lagi.“Kamu kasihan, Dek?” tanya Sofia.Hana mengangguk.“Tapi aku gak bisa membela mereka, Mbak. Itu urusan Ayah sama Abah.”Di ruang keluarga, Azzam, Alissa, dan keenam putranya plus Arkan mengelilingi mereka.“Ayah ingat gak waktu nelepon Hana beberapa bulan lalu? Ayah ngata-ngatain Hana, bentak-bentak dia, dan ngebiarin ibu marahin Hana karena dia keguguran. Apa itu dosa Hana, Yah

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Tamu Mengejutkan

    Paginya saat kembali dari aula, Hana melihat Mentari yang baru keluar dari kantor asrama dengan setumpuk kitab di kedua tangan. Dia teringat lagi dengan pembicaraan mereka semalam dan efeknya untuk kedua adiknya.“Saya kecewa sama kalian. Kalian menyakiti Hana, lalu sekarang anak-anak kalian jadi begini. Saya nyesel karena ngebiarin Ibu ngizinin kalian pergi dari pesantren ini,” ucap Azzam sambil mengurut dahi.Fahmi dan Mentari yang tersindir hanya bisa menunduk.“Maafin saya, Mas,” gumam Rayhan sekali lagi.Azzam menggeleng. “Maafmu gak akan mengembalikan kesehatan mental Hana, Han. Maafmu gak akan bisa mengembalikan sesuatu yang sudah rusak.”Rayhan menggigit bibir, baru menyadari seberapa keterlaluan sikapnya terhadap Hana.“Dan kalian.” Tatapan Azzam berpindah ke dua bersaudara yang masih setia menunduk. “Saya udah denger semua cerita tentang kalian. Manja, gak mau bekerja, pemarah. Orangtua kalian gak selamanya hidup. Ada masanya kalian harus berdiri di atas kedua kaki sendiri!”

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-08
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Tentang Dea dan Kemarahannya

    “Puas kan kamu lihat aku yang begini? Seneng kan?”Hana terus menatap Dea. Gadis yang semula terlihat menyebalkan dengan senyum sombong dan tatapan mata merendahkan setiap kali menatapnya, kini berubah jadi menyedihkan. Berkali-kali dia meracau soal keluarga Zidan, memberi Hana banyak informasi tentang mantan teman satu sekolahnya itu.“Apa yang terjadi? Kamu diusir?” tanya Hana lembut. “Kamu gak akan ke sini kalau mereka masih mau ngurus kamu.”“Iya, aku diusir ayahnya Zidan. Zidan mati ditembak ayahnya, sementara Tante Lina juga diusir karena gak becus ngurusin kami. Seneng kan kamu? Akhirnya aku dapat karmaku sendiri?” bentak Dea.Hana menggeleng.“Jangan munafik!”“Aku sama sekali gak seneng. Kepikiran pun enggak.”“Bohong!” teriak Dea. Zahwa dan Azka yang menemaninya terlonjak pelan mendengar teriakan Dea, namun mereka tetap diam sambil membaca kitab masing-masing.“Lagian kamu ngapain ke sini? Mau ngetawain? Mau jadi pengasuh yang sok baik?” bentak Dea lagi.Hana menggeleng. Dih

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Hukuman Untuk Dea

    “Makanan macam apa ini?!”Sambil mengernyit jijik, Dea mendorong piringnya jauh-jauh. Nasi dengan lauk sayur lodeh, tempe mendoan, dan kerupuk udang itu terlihat begitu lezat, tapi berbeda dengan pendapat Dea yang menganggapnya menjijikkan.“Disini kamu gak bisa order makanan dari luar. Pesantren gak ngizinin,” sahut Adel, gadis sebayanya yang sejak tadi sibuk menyalin nadzom Alfiyah.“Memangnya gak ada makanan lain han yang lebih layak dimakan gitu? Itu lebih cocok dimakan pembantu rumah tangga di rumahku.”Semua orang sudah berhenti makan demi mendengar kalimat kasarnya. Seorang gadis yang baru masuk dan meletakkan piring serta bukunya di meja membanting sendok seketika.“Kalau kamu gak suka, gak usah dimakan! Gak ada yang nyuruh kamu makan makanan itu!”Dea mendengus.“Gak ada yang nyuruh, tapi pengurus tolol di luar sana bakalan ngadu ke keluargaku kalau aku gak mau makan makanan pesantren....”“YA KALAU GITU, PILIHANNYA BALIK KE DIRIMU SENDIRI! KALAU MAU DIMARAHIN KELUARGAMU YA S

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Hati Yang Penuh Kebencian

    “Kamu baik-baik aja?”“Bisa gak sih gak usah sok peduli? Kalau kamu mau ngetawain aku, sekalian aja! Jangan munafik!”"Aku betul-betul peduli, Andrea. Kamu sendirian disini....""Bisa diam gak, Tolol? Mau ribuan kali pun kamu bersikap sok peduli, itu gak menutupi kenyataan kalau kamu seneng lihat aku yang dibuang mereka. Mungkin di dalam hati kamu juga girang karena akhirnya aku dapat hukuman dari Tuhan. Aku tahu kamu pura-pura karena hatimu itu memang dasarnya udah dipenuhi kebencian!"Hana tetap tersenyum, sebelum akhirnya bangkit dan kembali ke mejanya di depan. Sisi iblis Dea bangkit, membuatnya mengulurkan kaki dan menyengkat kaki Hana.“Astaghfirullah!”“Ning Hana gak apa-apa?”Hana mengangguk. “Terimakasih.”Dea mendelik saat dua gadis yang baru masuk malah mencengkeram bahu Hana dan menahannya agar tidak terjatuh. Dia juga berpura-pura tidak tahu ketika Hana meliriknya, sengaja bersiul keras sambil mengarahkan pandangan ke arah lain. Dea baru bereaksi saat kedua gadis itu mena

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Berita Tentang Dea dan Maryam

    “Mana Hana, Le?”“Istirahat, Mi. Dia kayaknya kecapekan. Umi mau nengok?”Bukannya menjawab, Salwa malah menoleh pada Alissa yang duduk di sebelahnya. “Boleh, Bu?”“Silahkan,”Bertiga, mereka berjalan menuju kamar Hana dan Arkan yang tidak tertutup. Air mata Alissa mengalir saat melihat bagaimana Salwa duduk di pinggir ranjang dan mengusap dahi Hana yang berkeringat. Di sebelahnya, Arkan sudah melepas kacamata dan mengusap matanya yang basah.“Kamu selalu jagain Hana kan, Le?”“Iya, Mi.” Arkan menjawab dengan suara serak.“Jangan pernah lalai dalam membimbing Hana, Le. Dia udah capek merawat dan mengurus kamu. Jangan sekali-kali membentak dia atau nyakitin hatinya.” Salwa berkata—sama seperti nasihat Azzam satu bulan lalu. “Kamu tahu kan kalau kamu nyakitin dia, itu artinya kamu juga nyakitin Umi?”Arkan mengangguk, lantas mengusap air mata dengan kasar dan berjongkok di depan Salwa.“Umi kenapa ngomong kayak begini? Lagi capek ya?”Salwa terkekeh sambil mengusap air mata. “Enggak. Um

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Adu Mulut Dengan Naira

    “Tante bilang kalau Tante bersalah, tapi kenapa lagi-lagi menekan saya disaat saya udah punya keluarga sendiri?”Hana menatap Naira dingin. Beberapa menit yang lalu saat sedang mengaji sendirian di pendopo, Naira mendekatinya. Selama beberapa saat, mereka hanya berdiam diri sampai Naira kembali melontarkan kalimat-kalimat kejinya.“Gara-gara kamu....”“Semuanya gara-gara saya! Adakah hal yang terjadi bukan karena saya?” bentak Hana. “Kalau Tante mau berpikir ulang, semuanya terjadi karena kesalahan Tante sendiri. Memang udah watak Tante aja yang gak bisa berubah, jadi mau bagaimanapun saya bersikap, tetep aja saya yang salah. Padahal sebetulnya mata Tante yang buta!”“Kurang ajar ya kamu!”“Memang! Bukannya Tante sendiri yang sering bilang begitu?” balas Hana sinis.Naira menggeram.“Tolong pulang, Tan. Saya masih harus ngaji.”Tanpa menunggu jawaban Naira, Hana beringsut ke pojok pendopo dan kembali mengaji. Sesekali dia memijit pinggangnya yang ngilu, lalu meluruskan kaki tanpa meng

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14

Bab terbaru

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kegelisahan Alina

    “Kakak lihat gak sih kalau mereka merhatiin kita terus?”Fauzan mengangguk, matanya tidak lepas dari laptop.“Buat apa sih dia masukin anaknya ke ponpes Al Mulk juga? Memangnya dia gak punya tujuan lain gitu? Atau dia ngelakuin ini karena pengen gangguin kita lagi? Bisa jadi begitu kan? Orangtuanya udah gak ada lagi, semua fasilitasnya udah balik, dan Rafika bahkan juga udah gak ada. Dia gak punya alasan buat gak ngelakuin apapun rencana buruknya,” ucap Alina geram. Dia terus saja mondar-mandir keliling kamar, membuat Fauzan pun tidak nyaman. Tapi dia tahu Alina begitu karena gelisah memikirkan keadaan putra mereka nanti.“Nanti kalau Raza diapa-apain anaknya gimana? Dari tadi siang aja kelihatan jelas kalau mereka terus merhatiin kita. Terus laki-laki itu berani banget deketin Raina. Memangnya dia gak takut dikeroyok orang-orang karena gangguin gadis muda gitu?” tanya Alina lagi. Dia kemudian merebahkan diri di sebelah Fauzan dan memainkan rambut merahnya yang mulai memutih.“Udah ng

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Ketakutan Raina

    Baru mereka sadari kalau Gabrielle memang tidak berhenti memperhatikan keluarganya. Bahkan ketika Raina mencoba mengingat-ingat lagi interaksinya dan Raza dengan Fathan dan Asyraf tadi, dia baru tahu kalau ada yang memperhatikannya.“Mukanya serem banget, Kak. Kayak mau makan kita,” ucap Raina.“Kayak gimana orang yang merhatiin kalian itu?” tanya Najwa penasaran.“Mukanya garang, matanya tajam, terus ekspresinya kayak orang marah terus....”Najwa menggeleng. “Bukan itu maksud Mbak Najwa. Maksudnya, penampilannya kayak apa?”“Rambutnya dicat pirang, terus pakaiannya acak-acakan. Matanya merah kayak orang gak tidur. Terus,” Raina merendahkan suara dan mendekatkan kepala. “Ada bau menyengat dari arah mereka. Kayak bau rokok sama kayak aroma manis, tapi menusuk hidung gitu.”Najwa, Farah—kakak kedua Najwa, Azka, Ahmad, Aiman, dan Raza bertatapan.“Bensin kali. Atau bubble gum,” sahut Aiman.Raina menggeleng. “Enggak. Baunya lebih menyengat. Dan bau itu baru pertama kalinya aku cium.”Sem

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Benci Yang Mengakar Dalam

    “Jangan sampai saya dengar kamu bikin masalah setelah sampai disana nanti. Saya gak mau denger pengaduan dari guru maupun pengasuhmu!”“Kalaupun Johan bikin ulah, memangnya Ayah peduli? Bukannya Ayah yang buang Johan ke sana supaya gak ngerecokin ayah lagi?” tantang Johan balik.Gabrielle mendelik. Dia sangat tidak suka mendengar nada menantang dari suara putranya, namun dia tidak bisa bertindak apa-apa disini. Dia tidak mau jadi tersangka kalau sampai menabrakkan mobil yang dikendarainya dan membuat Johan meninggal.Akhirnya mereka berdiam diri. Johan dengan pikirannya sendiri, sementara Gabrielle dengan angannya yang memikirkan Alina. Sekian lama sejak pertemuan terakhir mereka yang tidak mengenakkan, akhirnya dia melihat wanita itu lagi. Wanita yang dia cintai sejak kelas sebelas SMA, namun malah menikah dengan orang lain dan tega membuatnya gila. Atau setidaknya itu yang diyakini Gabrielle selama ini.“Apa istimewanya perempuan itu sampai ayah gak bisa move on?” tanya Johan mendad

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Drama Santri Baru

    “Johan gak mau, Ayah!”“Saya gak peduli! Saya sudah muak lihat muka kamu!” Pria berambut dicat pirang itu balas melotot. Dia kemudian menoleh pada panitia pendaftaran santri baru dan bertanya, “Dia bisa daftar disini kan?”Fikri—pengurus berkoko putih yang sejak tadi memperhatikan pertengkaran mereka mengangguk patah-patah, ketakutan melihat ekspresi wali murid di depannya yang menyeramkan. Diberikannya formulir dan pulpen, kemudian melirik si calon santri baru yang mendelik penuh kebencian pada ayahnya.“Pak,” Mata Fikri menyipit membaca nama yang tertera di formulir. “Gabrielle.” Untuk sesaat dia tertegun, kemudian melanjutkan, “Njenengan asli Solo kah?”Gabrielle tidak mengacuhkannya dan terus menulis. Fikri memutuskan untuk tidak mencari masalah dan berpaling pada Johan. Namun, sebelum dia sempat berkata-kata, mendadak sepasang orangtua dan dua anaknya memasuki ruangan.“Assalamualaikum.”“Wa’alaikumsalam.”Karena ruangan sedang penuh, keluarga itu duduk di bangku tunggu sambil mem

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kegelisahan Arkan

    “Duduk dulu, Mas.”Arkan tidak mengacuhkan panggilan Keira dan terus mondar-mandir. Sesekali dia berhenti dan menempelkan telinga ke kaca UGD, namun tidak ada yang bisa didengarnya.“Kaca UGD itu tebel. Suara dan kegiatan apapun yang terjaid di dalam gak bakalan bisa diketahui orang luar,” komentar Ivan.Arkan berhenti dan kembali mondar-mandir. Kali ini dia melepas peci dan menyugar rambutnya yang keriting kecoklatan.“Padahal sebelum berangkat Hana baik-baik aja. Kenapa tiba-tiba kondisinya menurun lagi?” tanya Salwa penasaran.Alissa dan Azzam tidak bisa menjawab. Mereka pun baru tahu tadi kalau pneumonia Hana kembali parah. Wanita itu bahkan muntah darah setelah sebelumnya makan siang bersama keluarga mereka.“Njenengan jangan nyalahin diri sendiri, Bu.” Salwa berkata saat melihat Alissa yang tidak berhenti menunduk dan mengusap matanya. “Ini sama sekali bukan kesalahan Njenengan.”“Tapi saya lalai menjaga dia, Bu. Ibu macam apa saya yang ngebiarin anaknya yang lagi sakit untuk pe

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Omelan dan Nasihat Humaira

    “Mbak Aira tahu kamu mau bahas apa.” Baru saja duduk, Hana sudah disuguhi ekspresi Aira yang tidak enak dilihat. “Kenapa kamu gak terus terang aja sekalian?”“Memangnya beliau mau denger?” tanya Alina balik. Dipanggilnya penjaga kantin dan minta dibawakan dua botol teh dingin. “Sampe mulutku berbusa pun Mama gak bakalan mau ngerti. Yang ada beliau malah playing victim, nyari pembenaran, lalu ngatain aku ngegas dan gak sopan.”Hana yang tidak tahu hendak melakukan apa hanya memainkan kotak tisu yang diletakkan di meja kantin.“Bukannya Mbak Aira gak mau dengerin, Nduk. Tapi gimana ya....” Aira bergerak-gerak salah tingkah, lalu melirik Hana sekilas sebelum kembali menunduk menekuni mangkuk sotonya. “Mau ngatain mamamu, nanti Mbak Aira dibilang guru yang ngajarin hal buruk. Gak bertindak, misalnya menjauhkan kamu dari beliau, kamunya makin tersiksa.”Alina mengangguk.“Mbak masih inget kejadian waktu mamamu gak percaya kamu....”“Godain laki-laki lain di luar, padahal Umi udah nyiapin p

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kemarahan Alina

    “Gimana kabar keluarganya Mbak Alina?”“Ya begitu-begitu aja. Kamu berharapnya gimana?” balas Alina enteng. Sejak tadi, tangannya tidak berhenti memainkan tutup toples permen, membuat Hana gemas dan ingin melakban tangannya sekalian.“Mbak Alina bisa untuk gak peduli sama mereka lagi?”Alina mendongak, kebingungan tersorot dari iris matanya yang berwarna hijau.“Maksudku, Mbak Alina bisa gak peduliin ucapan buruknya Mama lagi? Mau beliau nyumpahin Mbak Alin kek, mau ngata-ngatain Mbak Alin kek, gak usah dipeduliin. Anggap aja angin lalu....”“Memangnya kamu dulu bisa kayak begitu?” tanya Alina balik. “Empat tahun lalu kamu bisa diam waktu Tante Naira ngatain kamu? Aku udah diam hampir seumur hidupku, Han! Gak bisa disamain dengan kamu yang langsung ngamuk dan lempar-lemparin piring ke dinding!”Hana tertegun. Ini pertama kalinya dia melihat Alina hilang kendali, dan perasaan bersalah mulai menelusup masuk ke hatinya.“Berapa kali Mamaku bilang gak mau peduli lagi sama aku dan Mas Fauz

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Perhatian Kedua Putri dan Cerita Tentang Alina

    “Umi baik-baik aja?”Alissa mengangguk. Pandangannya tidak lepas dari Hana yang sibuk mengerjakan ini-itu. Ditepuknya space kosong di sebelahnya dan berkata, “Duduk sini, Nduk.”“Sebentar, Umi. Hana beresin obatnya dulu biar nanti gak ribet nyarinya.”“Biar aku aja, Mbak,” tawar Rayya.“Gak usah. Kamu duduk aja.”Rayya merengut, namun dia tidak melawan dan terus memijit kaki ibu mertuanya.“Sini dulu, Han.”Barulah Hana menghentikan pekerjaannya. Diletakkannya lap di pinggir meja dan duduk di sebelah Alissa.“Umi jangan sakit-sakit terus. Nanti kalau Umi sakit, gak ada yang bisa diajak ngobrol dan diskusi lagi,” ucap Hana sambil memperbaiki selimut.“Rayya sama kakak-kakakmu kan ada.”“Hana pengennya sama Umi.”“Arkan juga ada. Kenapa kamu nyarinya Umi terus?” tanya Alissa lagi.“Hana cuma bisa ketemu dia pas malam aja. Siangnya sibuk kerja terus.”“Mas Arkan kan kerja buat Mbak Hana sama anak-anak juga,” sahut Rayya.“Ya udah. Gak usah kerja aja kalau gitu. Di rumah aja,” balas Hana

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Takut Kehilangan

    “Mas mau pulang sebentar nengok anak-anak. Kamu mau disini?”Hana mengangguk.“Yakin? Kamu nanti sendirian lho. Mas-mas sama Mbak-mbak yang lain kan pada sibuk,” lanjut Arkan.“Nanti kalau Umi kebangun terus nyari aku, kasihan Mas. Abah juga belum balik dari mushola soalnya.”Arkan akhirnya mengangguk. Dipeluknya Hana erat-erat dan menciumi seluruh wajahnya, kemudian menatap ibu mertuanya yang tertidur pulas.“Kalau capek, langsung istirahat ya. Jangan maksain diri.”Hana mengangguk. Diantarnya Arkan ke luar, kemudian duduk di pinggir ranjang dan menatap wajah Alissa lekat-lekat. Tangannya lantas terulur dan meraih tangan Alissa dan menempelkannya di pipi.“Cepet sembuh, Umi. Jangan tinggalin Hana dulu,” bisik Hana pelan.Masih teringat jelas olehnya kejadian tiga jam lalu dimana Alissa ditemukan di kamar dalam keadaan pingsan. Seisi rumah seketika panik, dan Azzam yang baru pulang langsung membawanya ke mobil dan meminta Arkan untuk secepatnya ke rumah sakit.“Hana mohon, Ya Allah. J

DMCA.com Protection Status