All Chapters of UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!: Chapter 101 - Chapter 110

128 Chapters

101.kamar pengantin

Setelah Mas Fero mengucapkan ijab qabul, aku pun berjalan keluar dari kamar didampingi oleh kedua saudara perempuan ku dari Emak, si Jannah dan Fadila.Kembali kurasakan degup jantungku yang berdetak tak karuan. Saat keluar kamar, aku melihat beberapa saudara ku yang memandang takjub kearah ku. Seperti Jannah dan Fadila saat pertama kali mereka melihat ku."Masyaallah Mbak Ida, cantik sekali sih. Manglingi banget, persis kayak anak muda lo. Gak kelihatan kalau uda Stw!" Kata Jannah sambil terkekehAku pun memukul pelan lengan nya karena merasa gemas."Ya Allah cah ayu, cuantik sekali..." Sapa saudaraku yang lainya. Yang makin membuatku tersipu malu.Semua mata memandang kagum padaku. Bahkan aku melihat binar bahagia di mata Emak dan Mama yang dulu ku panggil Bude Mai.Aku sampai bertanya sendiri. Apakah memang aku secantik itu? Sampai-sampai mereka semua terpukau ketika melihatku.Kini pandangan ku tertuju pada Mas Fero, yang saat ini sudah sah menjadi suamiku. Ya, dengan setelan besk
Read more

102. kado istimewa pernikahan

Setelah kepergian Mas Fero untuk sholat jum'at, aku kembali berkumpul bersama para saudara perempuan ku yang masih sibuk menyiapkan keperluan untuk acara nanti sore.Tapi ada sesuatu yang aneh dari tatapan mereka yang selalu mengulas senyum ketika melihatku. Aku jadi penasaran sendiri, apa memang ada yang aneh dengan penampilan ku? Ku rasa enggak deh."Kenapa sih Dil, kok kalian senyum-senyum terus kearah ku?" Aku yang kepo pun tak sungkan untuk langsung menanyakan nya pada Fadila."Masa' gak paham sih Mbak?" Tanya nya balik yang membuat ku makin bingung.Dengan cepat aku menggelengkan kepala kearah nya. Yang justru dibalas dengan helaan nafas berat."Yaelah Mbak, Mbak... Dasar tukang gak peka!""Hah? Gak peka gimana sih?""Hahaha masa' baru masuk kamar beberapa menit aja, keluar dari kamar uda basah rambutnya!" Jawab Fadila sambil tertawa lebarSial, benar kan dugaan ku. Pasti semua orang mengiranya aku sudah belah duren dengan Mas Fero. Padahal boro-boro melakukan kewajiban, disentu
Read more

103.pemerasan (pov.Bowo)

Selama perjalanan menuju kos an Denisa, tak henti-hentinya aku merutuki semua kebodohan dan kesialan diri ini.Tapi mau dikata apa lagi, nasi sudah menjadi bubur. Tak ada lagi yang perlu aku sesali, yang penting sekarang aku harus berusaha bagaimana caranya agar aku dapat mengambil kembali sertifikat rumah yang sudah aku berikan pada Denisa sebagai jaminan.Sepeda terus berjalan mendekati gang tempat kosnya. Sesampainya disana, aku melihat keadaan kos begitu sepi. Tapi aku tak peduli dan langsung masuk kedalam kamar Denisa.Bruuuagh!!!Kubuka pintu secara paksa. Denisa yang melihat pun juga ikut tersentak kaget. Kulihat dia sudah mulai memasuk kan baju-baju Narendra kedalam tas besar."Ngapain lagi kamu kesini Mas? Mau minta maaf?" Ucapnya dengan ekspresi wajah sinisCiih, dia bilang aku mau minta maaf? Tentu saja aku tak sudi. Orang dia yang salah, malah meminta ku untuk meminta maaf. Ya, walaupun aku juga ikut andil dalam masalah ini.Karena memang aku sengaja menelantarkan Denisa d
Read more

104. cari pinjaman

Dua hari kemudian, aku dan Ibu akan berangkat kerumah Mbah Tiban. Beliau memang terkenal sebagai dukun bayi disini. Memang rencana ku kemari untuk men-suwuk Narendra agar dia bisa lupa dengan Mamanya yang sudah berkhianat.Sejujurnya aku tak tega. Tapi mau bagaimana lagi. Aku dan Denisa juga tak mungkin balik lagi menjalin hubungan suami istri. Karena dia juga sudah tak mencintaku lagi. Begitu pula kau yang juga jijik padanya.Untuk saat ini, jangan kan melihat wajahnya, menyebut namanya saja aku juga tak mau."Wo, ayo berangkat. Malah melamun aja, kesambet baru nyaho' kamu!" Ucap Ibu sambil menepuk pundak ku hingga lamunan ku buyar dengan sendirinya."Tak ambil jaket dulu Bu." Aku langsung beringsut masuk kedalam rumah mengambil jaket dan juga helm untuk kami berdua."Mas, nitip es oyen ya. Nih uang nya!" Dengan santainya Lusi memberiku selembar uang pecahan berwarna biru"Oh iya, barangkali Mas sama Ibu juga mau, sekalian aja beli." Ucapnya lagi seraya berlalu. Padahal aku juga bel
Read more

105. terbakar cemburu

"Uang, uang untuk apa Mas?" Tanya Lusi yang langsung menatap ku dengan wajah kaget nya."Shuuut, jangan kenceng-kenceng kamu bicaranya Lus!" Kuletak kan jari telunjuk dibibir. Mengisyaratkan pada Lusi untuk tak berbicara terlalu kencang, karena aku takut Ibu tau."Lah emang kenapa sih Mas? Kamu butuh uang buat apa?" Tanya nya lagi dengan mengernyitkan dahi.Melihat tatapan Lusi yang begitu menelisik, membuatku hanya mampu menelan saliva yang tercekat dikerongkongan."I-itu, itu, mmm..."Aku bingung mau berkata apa padanya, Lusi pun nampak sabar mendengarkan ucapanku sambil tetap meminum es oyen nya."Itu apa Mas? Gak usah berbelit-belit." Jawabnya sedikit membentak, membuatku terkesiap karena kaget.Apalagi ini kali pertama Lusi berkata sedikit keras padaku. Karena biasanya, dia selalu lemah lembut, meskipun memang dia aslinya garang."Mas terlilit hutang Lus. Dan Mas hanya diberi waktu sebulan, untuk melunasinya!" Ucapku berbohong. Karena aku tak mungkin juga jujur pada Lusi. Yang ad
Read more

106. maafkan ayah, nak!

Tak ayal, setelah melihat Ida bersama dengan lelaki itu, pandangan ku seolah-olah tertuju pada butik cantik terus.Tapi jika secara terang-terangan aku memperhatikan mereka, aku malu pada Bram. Karena memang aku sok jual mahal dan cuek pada mantan istriku itu. Sehingga Bram mengira aku benar-benar tak peduli dengan mantan istriku itu.Padahal kenyataan nya, aku selalu kepo padanya. Pada aktifitasnya, maupun kehidupan percintaan nya yang kini terlihat sangat bahagia."Kamu bengong terus dari tadi. Kepikiran mantan istrimu ya?"Lagi-lagi Bran bertanya padaku, seolah-olah diapun juga penasaran tentang hubungan ku dan Ida."Yee kepo." Jawab ku cuek sembari menyesap kopi lagi "Seriusan ini Wo. Kamu kelihatan sedih banget abis lihat mantan istrimu jalan sama cowok itu. Apalagi mantan istrimu makin glowing lagi."Ku usap kasar wajahku serta menghela napas kasar."Ya pastinya, meskipun kita uda mantan. Tapi kan dia dulu pernah menemani hari-hariku selama beberapa tahun juga Bram. Apa lagi,
Read more

107. kabar dari anita

Hari ini memang aku sengaja mengajak Narendra naik odong-odong di Alun-Alun kota. Karena disini memang sangat ramai. Bisa dikatakan seperti pasar malam bila sore hari.Sesampainya disana, aku langsung memarkirkan sepeda motorku dan berjalan menuju abang odong-odong. Terlihat Narendra yang begitu antusias, apalagi permainan tersebut diwarnai dengan lampu kerlap-kerlip dan lagu anak-anak yang hampir dihafal oleh Narendra."Naik ini ya Nak!" Tukasku padanya digendongan Lusi."Iya Ayah."Segera saja ku ambil dirinya dari gendongan Lusi dan mendudukan nya di kursi odong-odong. Setelah mesin berjalan, dia pun melambaikan tangan pada kami.Seolah-olah dia sedang berjalan-jalan. Seketika hatiku berdesir nyeri. Sudah beberapa lama aku melewatkan masa indah bersama putraku ini.Tanpa terasa butiran hangat mengembun dipelupuk mata. Gegas diri ini mengusapnya dengan cepat. Malu, jika ketahuan sama orang lain kalau aku menangis didepan umum. Apalagi aku sedang bersama Lusi. Yang ada, nanti aku ba
Read more

108. tak sehangat dulu

Pov. lusiLebaran Idul Fitri pun telah berlalu. Dan Mas Dendi masih belum juga mendapatkan izin untuk pulang dan menemuiku.Apalagi aku sudah lama tak berkunjung kerumah sanak saudara Mas Dendi dikampung. Ya, karena kedua orang Mas Dendi juga sudah meninggal dunia. Tapi Mas Dendi masih memiliki keluarga besar. Dan aku, masih berkomunikasi dengan mereka lewat hp.Walaupun hanya sekedar bertanya kabar atau pun basa basi yang lainya. Yang pasti, aku tak pernah putus komunikasi dengan mereka.Tapi sudah hampir dua tahun ini, aku sama sekali tak pernah kesana. Itu juga karena sekarang Mas Dendi jarang pulang. Kadang terbesit pikiran negatif padanya. Apalagi, semua sifat manis Mas Dendi padaku sedikit berkurang. Contohnya saat aku dan dia sedang teleponan."Mas, kapan pulang. Uda kangen nih!!!" Ucapku padanya"Kamu kangen aku atau kangen uangku Lus?"Degh!!!Jujur saja, perkataanya membuatku sedikit tersinggung. Memang benar jika aku dulu suka dengan Mas Dendi karena uang nya, apalagi dia
Read more

109. juragan atma

Setelah menunggu cukup lama balasan pesan dari Mas Dendi, akhirnya yang ku tunggu-tunggu pun datang juga.Klunting!!!Sebuah notifikasi pesan masuk pun aku terima. Dan kulihat pesan itu berasal dari Mas Dendi. Dengan sigap pula, aku segera membuka nya.[Kamu sakit apa Lus? Kamu yang sabar ya, Mas masih belum bisa pulang. Kamu minta tunggu Ibu.] Balasnya tanpa ada romantis-romantisnya.Entah kenapa tiba-tiba saja air mata ini luruh dengan sendirinya. Hanya kata itulah yang dikirm oleh Mas Dendi.Padahal dulu, jika dia tau aku sakit, dia paati bakal langsung menelfon ku. Atau bertanya aku tak papa kah? Atau aku mengingkan apa? Atau yang memang paling ku tunggu adalah kedatangan nya.Tapi sekarang, Mas Dendi benar-benar tak peduli lagi."Huhuhuhu!!!" Aku sudah tak mampu membendung rasa sedihku.Suara tangisan dan isakan ku terdengar menggema didalam kamar. Atau bahkan sudah terdengar diluar kamar. Aah entahlah, aku tak peduli. Yang terpenting aku bisa meluapkan rasa sakit hatiku."Kamu t
Read more

110.kedatangan Dendi

.Hari berlalu begitu saja dengan begitu cepat. Uang yang dipinjam oleh Mas Bowo pun telah aku berikan. Karena aku begitu risih tiap hari ditagih oleh Mas Bowo."Bu, jadi kepasar gak?" Tanya ku pada Ibu yang sibuk menyuapi Narendra.Ya, semenjak Denisa ketahuan berselingkuh bahkan mengandung buah hati dari selingkuhan nya, dia tak pernah bertanya kabar tentang anak nya.Sepertinya Denisa benar-benar tak peduli dengan anak manis ini. Untung saja, suwuk yang diberikan pada Narendra manjur juga. Buktinya, dia sama sekali tak pernah mencari Mamanya.Bahkan dia lebih dekat dengan Ibu maupun aku. Dan aku, juga sudah menganggap Narendra seperti anak ku sendiri. Apapun yang dia inginkan, aku selalu menuruti. Mungkin ini juga efek aku belum memiliki buah hati."Iya bentar, Ibu tak nyuapin Narendra dulu Lus!""Aku ikut ya Ate?" Ucap si ganteng padaku yang langsung aku setujui."Pasti dong sayang, masa' iya Tante mau ninggal kamu sendirian dirumah." Jawabku sambil tersenyum"Hooleeeee!!!" Ucapnya
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status