"Uang, uang untuk apa Mas?" Tanya Lusi yang langsung menatap ku dengan wajah kaget nya."Shuuut, jangan kenceng-kenceng kamu bicaranya Lus!" Kuletak kan jari telunjuk dibibir. Mengisyaratkan pada Lusi untuk tak berbicara terlalu kencang, karena aku takut Ibu tau."Lah emang kenapa sih Mas? Kamu butuh uang buat apa?" Tanya nya lagi dengan mengernyitkan dahi.Melihat tatapan Lusi yang begitu menelisik, membuatku hanya mampu menelan saliva yang tercekat dikerongkongan."I-itu, itu, mmm..."Aku bingung mau berkata apa padanya, Lusi pun nampak sabar mendengarkan ucapanku sambil tetap meminum es oyen nya."Itu apa Mas? Gak usah berbelit-belit." Jawabnya sedikit membentak, membuatku terkesiap karena kaget.Apalagi ini kali pertama Lusi berkata sedikit keras padaku. Karena biasanya, dia selalu lemah lembut, meskipun memang dia aslinya garang."Mas terlilit hutang Lus. Dan Mas hanya diberi waktu sebulan, untuk melunasinya!" Ucapku berbohong. Karena aku tak mungkin juga jujur pada Lusi. Yang ad
Read more