Share

105. terbakar cemburu

Author: Yanikdwilestari
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Uang, uang untuk apa Mas?" Tanya Lusi yang langsung menatap ku dengan wajah kaget nya.

"Shuuut, jangan kenceng-kenceng kamu bicaranya Lus!" Kuletak kan jari telunjuk dibibir. Mengisyaratkan pada Lusi untuk tak berbicara terlalu kencang, karena aku takut Ibu tau.

"Lah emang kenapa sih Mas? Kamu butuh uang buat apa?" Tanya nya lagi dengan mengernyitkan dahi.

Melihat tatapan Lusi yang begitu menelisik, membuatku hanya mampu menelan saliva yang tercekat dikerongkongan.

"I-itu, itu, mmm..."

Aku bingung mau berkata apa padanya, Lusi pun nampak sabar mendengarkan ucapanku sambil tetap meminum es oyen nya.

"Itu apa Mas? Gak usah berbelit-belit." Jawabnya sedikit membentak, membuatku terkesiap karena kaget.

Apalagi ini kali pertama Lusi berkata sedikit keras padaku. Karena biasanya, dia selalu lemah lembut, meskipun memang dia aslinya garang.

"Mas terlilit hutang Lus. Dan Mas hanya diberi waktu sebulan, untuk melunasinya!" Ucapku berbohong. Karena aku tak mungkin juga jujur pada Lusi. Yang ad
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   106. maafkan ayah, nak!

    Tak ayal, setelah melihat Ida bersama dengan lelaki itu, pandangan ku seolah-olah tertuju pada butik cantik terus.Tapi jika secara terang-terangan aku memperhatikan mereka, aku malu pada Bram. Karena memang aku sok jual mahal dan cuek pada mantan istriku itu. Sehingga Bram mengira aku benar-benar tak peduli dengan mantan istriku itu.Padahal kenyataan nya, aku selalu kepo padanya. Pada aktifitasnya, maupun kehidupan percintaan nya yang kini terlihat sangat bahagia."Kamu bengong terus dari tadi. Kepikiran mantan istrimu ya?"Lagi-lagi Bran bertanya padaku, seolah-olah diapun juga penasaran tentang hubungan ku dan Ida."Yee kepo." Jawab ku cuek sembari menyesap kopi lagi "Seriusan ini Wo. Kamu kelihatan sedih banget abis lihat mantan istrimu jalan sama cowok itu. Apalagi mantan istrimu makin glowing lagi."Ku usap kasar wajahku serta menghela napas kasar."Ya pastinya, meskipun kita uda mantan. Tapi kan dia dulu pernah menemani hari-hariku selama beberapa tahun juga Bram. Apa lagi,

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   107. kabar dari anita

    Hari ini memang aku sengaja mengajak Narendra naik odong-odong di Alun-Alun kota. Karena disini memang sangat ramai. Bisa dikatakan seperti pasar malam bila sore hari.Sesampainya disana, aku langsung memarkirkan sepeda motorku dan berjalan menuju abang odong-odong. Terlihat Narendra yang begitu antusias, apalagi permainan tersebut diwarnai dengan lampu kerlap-kerlip dan lagu anak-anak yang hampir dihafal oleh Narendra."Naik ini ya Nak!" Tukasku padanya digendongan Lusi."Iya Ayah."Segera saja ku ambil dirinya dari gendongan Lusi dan mendudukan nya di kursi odong-odong. Setelah mesin berjalan, dia pun melambaikan tangan pada kami.Seolah-olah dia sedang berjalan-jalan. Seketika hatiku berdesir nyeri. Sudah beberapa lama aku melewatkan masa indah bersama putraku ini.Tanpa terasa butiran hangat mengembun dipelupuk mata. Gegas diri ini mengusapnya dengan cepat. Malu, jika ketahuan sama orang lain kalau aku menangis didepan umum. Apalagi aku sedang bersama Lusi. Yang ada, nanti aku ba

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   108. tak sehangat dulu

    Pov. lusiLebaran Idul Fitri pun telah berlalu. Dan Mas Dendi masih belum juga mendapatkan izin untuk pulang dan menemuiku.Apalagi aku sudah lama tak berkunjung kerumah sanak saudara Mas Dendi dikampung. Ya, karena kedua orang Mas Dendi juga sudah meninggal dunia. Tapi Mas Dendi masih memiliki keluarga besar. Dan aku, masih berkomunikasi dengan mereka lewat hp.Walaupun hanya sekedar bertanya kabar atau pun basa basi yang lainya. Yang pasti, aku tak pernah putus komunikasi dengan mereka.Tapi sudah hampir dua tahun ini, aku sama sekali tak pernah kesana. Itu juga karena sekarang Mas Dendi jarang pulang. Kadang terbesit pikiran negatif padanya. Apalagi, semua sifat manis Mas Dendi padaku sedikit berkurang. Contohnya saat aku dan dia sedang teleponan."Mas, kapan pulang. Uda kangen nih!!!" Ucapku padanya"Kamu kangen aku atau kangen uangku Lus?"Degh!!!Jujur saja, perkataanya membuatku sedikit tersinggung. Memang benar jika aku dulu suka dengan Mas Dendi karena uang nya, apalagi dia

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   109. juragan atma

    Setelah menunggu cukup lama balasan pesan dari Mas Dendi, akhirnya yang ku tunggu-tunggu pun datang juga.Klunting!!!Sebuah notifikasi pesan masuk pun aku terima. Dan kulihat pesan itu berasal dari Mas Dendi. Dengan sigap pula, aku segera membuka nya.[Kamu sakit apa Lus? Kamu yang sabar ya, Mas masih belum bisa pulang. Kamu minta tunggu Ibu.] Balasnya tanpa ada romantis-romantisnya.Entah kenapa tiba-tiba saja air mata ini luruh dengan sendirinya. Hanya kata itulah yang dikirm oleh Mas Dendi.Padahal dulu, jika dia tau aku sakit, dia paati bakal langsung menelfon ku. Atau bertanya aku tak papa kah? Atau aku mengingkan apa? Atau yang memang paling ku tunggu adalah kedatangan nya.Tapi sekarang, Mas Dendi benar-benar tak peduli lagi."Huhuhuhu!!!" Aku sudah tak mampu membendung rasa sedihku.Suara tangisan dan isakan ku terdengar menggema didalam kamar. Atau bahkan sudah terdengar diluar kamar. Aah entahlah, aku tak peduli. Yang terpenting aku bisa meluapkan rasa sakit hatiku."Kamu t

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   110.kedatangan Dendi

    .Hari berlalu begitu saja dengan begitu cepat. Uang yang dipinjam oleh Mas Bowo pun telah aku berikan. Karena aku begitu risih tiap hari ditagih oleh Mas Bowo."Bu, jadi kepasar gak?" Tanya ku pada Ibu yang sibuk menyuapi Narendra.Ya, semenjak Denisa ketahuan berselingkuh bahkan mengandung buah hati dari selingkuhan nya, dia tak pernah bertanya kabar tentang anak nya.Sepertinya Denisa benar-benar tak peduli dengan anak manis ini. Untung saja, suwuk yang diberikan pada Narendra manjur juga. Buktinya, dia sama sekali tak pernah mencari Mamanya.Bahkan dia lebih dekat dengan Ibu maupun aku. Dan aku, juga sudah menganggap Narendra seperti anak ku sendiri. Apapun yang dia inginkan, aku selalu menuruti. Mungkin ini juga efek aku belum memiliki buah hati."Iya bentar, Ibu tak nyuapin Narendra dulu Lus!""Aku ikut ya Ate?" Ucap si ganteng padaku yang langsung aku setujui."Pasti dong sayang, masa' iya Tante mau ninggal kamu sendirian dirumah." Jawabku sambil tersenyum"Hooleeeee!!!" Ucapnya

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   111. wanita hamil itu!!!

    Aku merasa sedikit tersanjung dengan ucapan Mas Dendi saat dia bilang ingin memberikan kejutan dengan kehadiran nya.Tapi yang membuat ku sedikit bingung, Mas Dendi tak membawa tas besar ataupun koper saat kesini. Apa mungkin dia libur hanya beberapa hari saja? Makanya dia tak membawa baju lagi. Sebab dirumah juga masih ada baju Mas Dendi."Masuk Mas!" Ajak ku pada Mas Dendi yang masih berdiri mematung. Tapi dari pandanganya, dia sedang menunggu seseorang.Aku pun mengikuti gerak mata Mas Dendi yang tertuju pada rumah Bu Surti. Dan pandangan ku pun akhirnya juga tertuju pada rumah itu "Mas, emang ada apa sih kok dari tadi lihat rumah Bu Surti terus?" Ucapku padanya tapi tetap tak bergeming menatap rumah itu."Mmm, itu... Nganu Lus!!!" Ucap Mas Dendi terbata membuat ku reflek menatapnya.Dia pun balik menatap ku dengan wajah gugup. Entah, apa yang sebenarnya ditutup-tutupi Mas Dendi dariku.Sejak lima bulan yang lalu, Mas Dendi sudah tak pernah pulang. Dan sekarang saat dia pulang, ti

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   112. memeras dendi

    Mas Dendi kembali berjalan kearah ku. Dan langsung duduk kembali disebelahku. Kulihat dia mengambil napas panjang dan menghembuskan nya perlahan."Lus, tolong dengarkan aku. Oke, aku akui jika aku salah padamu. Tapi tolong, ngertiin posisi ku."Lagi-lagi ku dengar Mas Dendi mengehela napas. Sedangkan aku masih memalingkan muka darinya. "Aku juga ingin anak Lus!"Seketika diriku langsung menoleh kearah Mas Dendi. Apa dia bilang, ingin anak? Terus dia kira aku juga tak ingin punya anak?Pikiran gila macam apa ini yang ada didalam otak nya. Apa dia merasa cuman dia saja yang ngebet memiliki buah hati, sedangan aku tidak? Makanya dia bisa berbuat seperti ini padaku.Dan tindakan nya ini mengatakan seolah-olah aku yang tak bisa memberikan nya keturunan. Karena buktinya wanita itu hamil anak Mas Dendi.Ya Allah, sesakit ini perasaan ku. Kembali aku menumpahkan air mata yang sedari tadi tak bisa ku tahan, apalagi saat melihat wajah Mas Dendi yang ingin sekali aku cabik-cabik."Hmm, aku tau

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   113. kesepakatan

    "seriusan kamu Lus?" Tanya Mas Bowo dengan mata berbinar.Aku pun langsung mengangguk kan kepala dengan mantap. Karena memang kenyataan nya seperti itu. mas Dendi sendiri yang bilang padaku jika dia mau memberikan apapun yang ku mau, asal kami tidak bercerai."Tapi kalau kamu menderita, mending gak usah Lus!" Ucap Mas Bowo lagi.Kini mimik wajahnya berubah menjadi khawatir. Meskipun ku tau Mas ku ini salah satu lelaki berengs*k, tapi dia tak pernah membiarkan aku terluka. Mas Bowo benar-benar begitu menjaga ku."Tenang Mas, aku gak papa kok." Jawab ku sambil mengulas senyumWalaupun bibirku berkata tak papa, tetap saja hatiku sebagai wanita terluka. Tapi aku berusaha untuk menguburnya dalam-dalam."Jadi gimana ini Lus?" Tanya Ibu setelah beberapa saat kita terdiam"Ya itu tadi Bu...""Itu tadi gimana sih? Ibu sudah tua. Gak paham sama kode-kodean gitu." Terangnya.Sedangkan aku hanya mendengkus."Ya aku akan memafkan Mas Dendi, dengan meminta dibelikan mobil.""Mobil yang bagus sekali

Latest chapter

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   128. Ending

    Setelah semua kejadian yang menimpa Lusi, awalnya dia begitu terpukul dan hampir depresi. Karena dia memang bakal tak bisa mempunyai anak untuk selamanya.Berkat kesabaran Ibunya, dan juga Bowo yang selalu memberi dukungan, perlahan Lusi mampu menerima takdirnya.Begitupula Dendi yang juga perhatian pada nya pasca kehilangan buah hati mereka. Tapi semenjak kehadiran Romi, mantan pacar Lusi dulu, hidupnya berubah. Terutama hubungan nya dengan Dendi.Rama, lelaki yang dulu mencintai Lusi sepenuh hati. Tapi karena dulu dia belum memiliki pekerjaan yang mapan, dia pun memilih untuk mundur. Apalagi waktu itu dia melihat Lusi yang juga sudah dekat dengan Dendi yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang lumayan besar.Hingga akhirnya, dia pun memilih untuk merantau. Bekerja jadi kontraktor disebuah tambang."Lus...!" Sapa Rama saat mereka bertemu membeli martabak disebuah sentra PKL bersama Narendra."Rama....!" Balas Lusi yang juga tak kalah bahagia dan mereka pun bersalaman."Anak kam

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   127. perpisahan

    Hallo Mas!" Sapanya begitu lembut saat mengangkat telepon ku."Lagi apa Ras?""Nih, lagi santai sama calon anak kamu. Oh iya, uda makan belum?" Tanya nya.Aaah, Laras benar-benar perhatian sekali. Bahkan Lusi pun jarang menanyakan hal sekecil ini tapi mampu membuat ku merasa dipedulikan. Tak seperti Lusi yang hanya lebih sering menanyakan uang dan uang.Untung saja aku cinta. Kalau tidak, mungkin aku sduah meninggalkan nya."Sudah kok. Kamu juga sudah makan apa belum? Jangan sampai telat makan ya?" "Iya Enggak Mas." Jawab nya seraya tersenyum."Oh iya Ras, mobil yang kujanjikan pada Lusi sudah datang hari ini. Ku rasa dia begitu bahagia!" Ucapku.Tapi Laras tak menanggapi ucapan ku."Halo Ras kamu masih disana?" Tanya ku.Karena memang seketika suasana jadi hening. Hanya terdengar suara helaan napas yang berat keluar dari mulutnya."Iya masih Mas. Tapi aku ngantuk mau tidur dulu. Capek!" Jawab nya seketika cuek."Oh yasudah kalau gitu, kamu istirahat dulu gih. Met tidur ya sayang dan

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   126. pov. Dendi

    Aku dulu memang sangat mencintai Lusi. Apapun yang dia inginkan, sebisa mungkin bakal aku turutin.Tak ada kata penolakan yang bakal keluar dari mulutku ini, semua ucapannya pasti ku iyakan. Tapi ada satu hal yang mengganjal hatiku. Aku ingin keturunan. Sudah hampir lima tahunan aku dan Lusi menjalin rumah tangga, tapi kami belum juga dikarunia i seorang anak.Lantas aku harus bagaimana? Apakah aku harus menunggu terus dengan sabar? Tapi sampai kapan? Aku juga tak tau kapan umurku akan berakhir. Tapi setidaknya sebelum umur ku usai, aku sudah memiliki seorang penerus.Semakin hari aku semakin bimbang. Ingin rasanya menyudahi hubungan ku dengan nya, tapi aku masih terlalu cinta."Ini pesanan nya ya Pak!" Ucap seorang pelayan restoran saat kapalku sedang bersandar dan kami makan malam disuatu kota.Aku melihat gadis ini begitu manis, dengan postur tubuh yang aduhai menggoda iman. Ku lirik name tag nya, dan kulihat nama yang tertera disana "Laras".Aku pun tersenyum manis padanya, dan di

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   125. tak tertolong

    Drrrt... Drrrt... Drrrt...Aku jadi terbangun kala hp ku berdering karena sebuah panggilan masuk. Setelah ketahuan hamil, Ibu menyuruhku untuk lebih banyak istirahat. Karena kata Ibu, kehamilan ku ini sedikit rewel. Apalagi ini masih trimester pertama yang pastinya masih teler-telernya. Kuraih hp yang tergeletak tak jauh dari tempat ku berbaring, kemudian melihatnya. Ternyata Mas Dendi lah yang sedang menelponku.Dengan semangat 45, aku pun langsung mengangkat panggilan darinya. Dan sudah pasti, senyum ku pun memgembang."Hallo, iya Mas!" Ucapku "Lus, kamu beneran kan? Kamu gak bohong kan?" Pertanyaa Mas Dendi langsung memberondong ku."Iya Mas, masa' iya aku bohong sih sama kamu Mas?" "Alhamdulillah... Ya Allah Lus, kamu tau aku begitu bahagia. Hiks!" Dari nada suaranya, Mas Dendi begitu terharu."Mas nangis?" "Mas cuman bahagia Lus, Mas gak nyangka akhirnya kamu hamil juga. Tapi....!" Ucapanya terhenti.Tapi aku paham maksut dari ucapan Mas Dendi ini. Tapi dia juga sudah mengham

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   124. positif

    Karena perjanjian ku dengan Mas Dendi inilah, sekarang aku bisa hidup lebih bahagia. Apalagi dengan harta yang lebih bergemilang. Walau aku harus berbagi suami dengan wanita sialan itu.Tiga hari lagi Mas Dendi juga akan pulang. Dan dia berniat ingin bersama ku nantinya. Jujur saja, aku sudah kehilangan hasrat bersama Mas Dendi. Tapi, mau tak mau aku harus tetap melayani nya.Toh aku juga dapat imbalan yang setimpal. Apapun yang aku ingin kan, Mas Dendi selalu menuruti apapin yang aku ingin kan.Yang terpenting saat ini, aku harus bersiap dan merias diri secantik mungkin. Agar nanti saat Mas Dendi datang, dia terkesima dengan penampilan ku.Tok tok tok!!!"Lus...?" Sapa Mas Bowo didepan kamar ku"Hmm, ada apa Mas? Masuk aja, gak ku kunci kok." UcapkuMas Bowo pun masuk, dan mengeluarkan uamg lembaran merah sebanyak lima biji."Nih...!" Ucapnya sambil meneyerah kan pada ku."Ooh, uda gajian toh. Oke, aku terima." Ku ambil uang ity dari tangan Mas Bowo. Dan memasukkanya kedalam kantong

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   123. innalillahi...

    Menempuh waktu hampir dua jam lebih, bagiku terasa sangat begitu lama. Tapi aku bersikap biasa saja dihadapan Mas Fero. Aku takut, jika dia melihat ku khawatir, dia bakal ngebut, dan justru malah membahayakan kita sendiri.Padahal dalam hati ini, sudah tak karuan lagi. Campur aduk rasanya, apalagi memang kondisi Bapak yang sudah terlalu lemah beberapa hari ini.Tapi memang saat ini Mas Fero berkendara lebih cepat dari pada saat kami berangkat ke kosan Anita. Untung nya juga, jalanan tak seberapa padat, mungkin karena masih siang juga, dan tak bertepatan dengan jam pulang kerja.Tujuan kita saat ini pun langsung ke rumah sakit Medika. Aku melirik Anita dari kaca spion dalam mobil, terlihat tak tenang juga. Terlihat juga Anita tak lepas dari doa, sama seperti ku saat ini.Sesampainya dirumah sakit, Mas Fero langsung memarkirikan mobilnya, setelah itu, kami langsung berjalan. Menuju ruang ICU, dimana Emak sudah menunggu disana."Mak...!" Sapa ku saat melihat wanita paruh baya itu duduk s

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   122. pindahan

    Sudah dua hari ini, aku dan Mas Fero tinggal dirumah ku. Karena memang beberapa hari ini aku sibuk mengolah semua usaha ku. Maklum, biasanya Emak yang membantuku ditoko, kini lebih banyak dirumah.Sebab, akhir-akhir ini kesehatan Bapak juga sedang terganggu. Dan sudah tiga hari ini pula beliau terlihat lemas. Jadi dari pada aku harus bolak balik toko kerumah Mas Fero yang jaraknya lumayan jauh, aku pun memutuskan untuk memgajak Mas Fero gantian tinggal disini beberapa hari. Apalagi hari ini kita juga ada agenda mengantarkan Anita ke kosan nya.Dan juga, aku sibuk membantu putriku yang akan segera pindahan, karena sebenyar lagi dia akan masuk kuliah. Ternyata waktu berputar begitu cepat, hingga tanpa terasa kini Anita sudah akan menjadi seorang mahasiswi."Nduk, sarapan dulu!" Ajak Emak saat aku menuju dapur."Enggeh Mak! Oh iya, nanti Emak ke toko lagi kah?" "Kayaknya sih enggak, lah Bapak mu kondisinya juga kayak gitu. Emak kok jadi takut ya Nduk!" Ucap Emak sedikit tertahan"Takut

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   121. uda dong cemburunya....

    "Sudah hampir sebulan ini aku menjadi istri Mas Fero, kalau ditanya bagaimana rasanya? Sudah tentu aku bakal berkata begitu bahagia.Bukan tanpa sebab, karena memang sifat Mas Fero yang begitu perhatian dan peduli padaku, membuat ku menjadi begitu nyaman.Apalagi Mama juga begitu baik terhadapku. Karena memang setelah menikah, aku diboyong oleh Mas Fero ke kediamanya. Ya, walaupun tak jarang juga aku masih sering pulang kerumah untuk menengok Emak dan Bapak.Karena memang Anita juga kadang ikut tinggal dirumah Papa barunya ini. Mas Fero mengajak ku tinggal dirumah nya juga bukan tanpa alasan, sebab anak-anak kandung Mas Fero yang kini juga sudah menjadi anak ku masih kecil-kecil, sedangkan Anita sudah besar.Dan sebentar lagi dia akan masuk kuliah, bahkan akan tinggal jauh dari kami. Karena dia kuliah diluar kota, terpaksa dia harus ngekos disana. Itu pula lah yang membuat ku mau untuk tinggal disini, karena anak-anak Mas Fero lebih membutuhkan sosok Ibu."Sayang, nanti nge mall yuk..

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   120. tak sengaja bertemu (pov.bowo)

    Hari ini pekerjaan kantor benar-benar lumayan banyak. Apalagi banyak barang masuk, yang otomatis banyak data pula yang harus ku input.Untung nya laporan ini gak harus selesai hari ini juga. Jadi aku masih bisa sedikit bersantai tentunya.Kulihat Bram dan teman-teman juga pada sibuk dengan pekerjaan mereka. Hingga waktu istirahat, seperti biasa aku dan Bram makan siang di kantin sambil ngobrol. "Bro, gak minat cari istri baru nih?" Tanya nya "Gak kepikiran Bram. Masih trauma!" Jawab ku sambil menggelengkan kepala."Hahaha Anjriit, lemah amat lu Bro!"Sialan, dia bilang aku lemah? Dia gak tau aja sih sakitnya diselingkuhi, apalagi selingkuhnya sampek bikin bunting. Sakit tau gak, sakiiit...."Kamu bisa ngomong gitu mah soalnya belum ngerasain aja. Coba deh, nanti kalau uda ngerasain, nyaho deh...!" Cebik ku ganti membuat raut muka Bram berubah."Yaelah, gitu amat doain temen yang jelek-jelek." Ucap Bram yang sama sekali tak ku gubris.Waktu istirahat yang hanya sejam pun habis, aku k

DMCA.com Protection Status