Semua Bab UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!: Bab 81 - Bab 90

128 Bab

81. menguntit denisa

Cukup lama kami menunggu Denisa dan lelaki itu keluar dari pasar. Bahkan sampai makanan kami berdua habis pun, tetap saja, batang hidung mereka tak nampak."Ibu capek Lus. Kita pulang aja. Biar nanti Bowo dan Denisa Ibu suruh kerumah aja.""Sabar napa sih Bu, namanya juga kepasar, ya pasti lama lah. Kan mereka beli sesuatu."Aku hanya bisa menghela napas kasar. Hingga aku memutuskan untuk memesan kembali es teh yang tinggal sedikit."Mbak, nambah es teh nya satu ya!""Sekalian es jeruknya juga Mbak!" Tukas Lusi tak mau kalah."Ikut-ikut aja sih Lus!" Sungutku "Biar sekalian atuh Bu!"Tak berselang lama, minuman kami berdua pun datang. Sekalian saja aku membayarnya. Biar jika nanti Denisa dan lelaki itu keluar, aku dan Lusi bisa langsung tancap gas membuntuti mereka."Lus, sepeda ambil dulu gih. Biar nanti kita gak kerepotan keparkiran dulu. Parkir depan warung ini aja." Perintahku padanya"Waah ide bagus Buk. Bentar, aku kesana dulu."Lusi bangkit dari tempat duduk nya, sebelum berla
Baca selengkapnya

82. perasaan menyesal

Malam ini memang aku sengaja ingin mengajak Denisa maupun Narendra untuk main kerumah Ibu. Karena memang sudah hampir seminggu ini, aku tak berkunjung kerumah Ibu.Apalagi, aku ingin meminta pada Ibu untuk menikahi Denisa secara negara. Karena aku juga kasian padanya, sebab aku selalu janji-janji saja untuk menikahinya. Hingga kini aku sudah bercerai dengan Ida dua tahun pun, janji itu belum juga aku wujudkan.Ini lah momen yang tepat untuk kami menikah sah secara negara. Apa lagi, sebentar lagi juga memasuki bulan puasa. Aku ingin sekali selama puasa dilayani oleh istriku dirumah.Tapi aku merasa sedikit kepikiran dengan telepon Ibu barusan. Tumben-tumbenan beliau meminta ku untuk datang sampai seperti itu.Aah entahlah, yang penting hari ini aku harus menyelesaikan kerjaan ku lebih dulu. Biar nanti bisa langsung main kerumah Ibu.Apalagi beberapa hari ini menjelang ramadhan, sudah pasti boss memilih karyawan nya untuk kebut kerjaan. Karena memang biasanya karyawan banyak yang molor
Baca selengkapnya

83. belum cukup bukti

Sepuluh menit perjalanan, akhirnya kami berdua sampai juga dirumah Ibu. Dan tak kusangka, Ibu pun telah menunggu kami didepan rumah."Assalamualaikum..." Salam kami berdua pada Ibu kala turun dari sepeda motor"Waalaikumsalam..." Ibu pun berdiri menyambut kedatangan kamiDan dengan segera, kami berdua menyalami punggung tangan Ibu"Aduh, cucu Nenek... Makin gembul aja sih nak. Nenek sampek kangen!" Nampak raut muka Ibu terlihat sedih."Iya Nek, hari ini Narendra tidur sini kok!" Jelasku yang membuat mimik wajah Ibu berubah seketika menjadi bahagia.Aku melirik Denisa yang cemberut, karena memang dari awal, dia menolak untuk menginap disini. Tapi aku sama sekali tak memperdulikan nya. Sudah berkali-kali aku mengalah padanya, bukanya sadar diri, dia justru malah menjadi-jadi dan menginjak harga diriku sebagai suami. Itu lah yang membuat ku kini enggan untuk mengalah lagi padanya "Ayo masuk dulu. Sini, biar Narendra Ibu yang gendong." Ibu mengambil alih Narendra dari gendongan Denisa,
Baca selengkapnya

84. lamaran

Hari ini adalah hari pertama puasa ramadhan, dan hari ini pula kami sekeluarga menepati undangan Bude Mai untuk buka puasa pertama dirumahnya.Klunting!!![Assalamualaikum... Jangan lupa nanti sore ya Da, datang kerumah kami. Alamatnya berada di Jl.kapen Darmo sugondo blok B1 no.17. Kami tunggu kedatangan nya!]Mata ku menyipit kala membaca pesan yang dikirim oleh Fero. Karena iki juga baru pertama kalinya dia mengirimkan pesan padaku secara pribadi.Entah kenapa, aku merasakan bunga-bunga kecil bermekaran dalam hati kala membaca pesan dari Fero. Padahal pesan itu terkesan sangat biasa saja.Tanpa menunggu lama, akupun langsung membals pesan dari nya.[Waalaikumsalam Fer, iya insyaallah nanti kami datang kok. Makasih ya uda dikirim alamatnya.] Tak lupa ku bubuhi emoticon tersenyum, lalu mengirim pesan balasan itu padanyaKlunting!!!Kini hp ku kembali berdering kala pesan balasan Fero masuk kedalam hp ku.[Oke sama-sama Da!]Tanpa sadar aku jadi tersenyum sendiri. Dan tanpa sadar pula
Baca selengkapnya

85. clbk

Pov DenisaKupikir, setelah menikah dengan Mas Bowo, hidupku bakal bahagia. Ternyata aku salah. Bukanya bahagia yang ku dapat, malah kemalangan yang tak ada habisnya.Padahal aku sudah menanti-nanti waktu saat Mas Bowo sah menikahiku. Karena aku bakal menjadi ratu dirumahnya.Tapi nampaknya Mas Bowo masih belum juga move on dari Mbak Ida. Yang katanya Ibu mertua, lebih segalanya dari aku.Kadang aku juga sebel sekali dengan beliau. Karena Terlalu ikut campur masalah rumah tangga kami. Apalagi, dia sering membandigkan aku dengan mantan menantunya itu. Dan lebih parahnya lagi, beliau suka sekali menghina ku istri yang tak bisa melayani suami.Padahal, aku sudah berupaya menjadi istri yang baik untuk putranya. Tapi sayang nya, Mas Bowo tak pernah menghargaiku. Setiap kali aku memasak kan untuk nya, dia tak mampir ke kosan ku.Malah asik sendiri dirumahnya, entah apa yang dia lakukan. Makanya, aku selalu masak untuk porsi ku sendiri. Karena takut mubadzir jika tak termakan. Itu sebabnya,
Baca selengkapnya

86.besanan

"Aku ingin menikahimu.""A-apa??"Iya, aku serius. Aku sudah mengenalmu cukup lama. Dan aku rasa, tak ada lagi keraguan dalam hatiku untuk meminangmu Da!"Ku tatap lekat wajah menawan Fero. Ya, jujur saja dari hati kecilku aku tak memungkiri jika aku pun telah menaruh hati padanya.Siapa juga wanita yang bakal menolak dengan pesona Fero yang sangat luar biasa menyilaukan ini. Dibalik sifat dinginya inilah, dia menilai seseorang."Maaf kalau lamaran ku ini terkesan buru-buru. Aku takut, jika terlambat sedikit saja kamu bakal jatuh kepelukan lelaki yang ada dirumah mu itu." Kali ini dia menunduk kan kepalanya.Justru, aku merasa begitu bahagia kala tau Fero cemburu pada Mas Candra yang hanya kuanggap teman. Tapi setidaknya aku bersyukur, karena Mas Candra lah hingga akhirnya membuat Fero mengatakan yang sejujurnya isi hatinya padaku. Padahal aku tak pernah berpikir jika dia menaruh hati padaku.Secara, sikap dia padaku begitu dingin. Bahkan terkesan sangat acuh. Apalagi selama mengenal
Baca selengkapnya

87.aku mencintaimu

Emak masih saja menangis melihat kondisi Bapak yang terbujur lemah diatas ranjang pasien. Berbagai alat medis mulai terpasang didada Bapak. Karena detak jantung Bapak melemah. Aku hanya bisa berdoa, semoga tidak terjadi apa-apa dengan Bapak. Karena Bapak lah, satu-satunya lelaki yang kumiliki saat ini. Aku tak bisa membayangkan, jika Bapak tiada. Siapa lagi yang bakal mengayomi kita.Kami ber-empat hanya bisa duduk manis diruang tunggu. Hingga seorang suster pun keluar menemui kami "Keluarga Bapak Ahmad?"Secara serempak, kami langsung bangun dari duduk."Iya, saya Sus!" Aku pun langsung menjawab pertanyaan suster."Gini Bu, Bapak Ahmad sekarang sedang mengalami penyakit jantung. Dan harus dirawat diruang ICU.""Iya Sus, lakukan yang terbaik aja untuk Bapak saya.""Baik Ibu, silahkan ikut kami sebentar untuk mengisi data diri."Aku pun mengangguk dan mengikuti Suster. Sedangkan Fero, menunggu Emak dan Anita di ruang tunggu.Kulihat dua orang suster lainya membawa Bapak masuk kedal
Baca selengkapnya

88.ka-kamu ternyata...

Pukul tiga pagi, aku dan Emak bangun untuk sahur. Rasanya benar-benar hambar, harus menjalani puasa kali ini dirumah sakit. Lebih hambar ketimbang aku harus menjalani puasa tanpa Mas Bowo.Setelah sahur, kami berdua masih bersantai menunggu waktu sholat shubuh. Baru pukul tujuh pagi, ruang ICU dibuka. Aku dan Emak gantian masuk kedalam ruangan.Untung nya Bapak sudah sadarkan diri. Kami juga tak tau, kapan Bapak sadar. Karena memang waktu itu masih belum jam berkunjung.Hampir setengah jam Emak berada didalam ruangan. Barulah aku melihat Emak keluar sambil mengulas senyum kearah ku."Giliran mu Nduk?" "Bapak uda siuman kan Mak!""Iya, sudah kamu masuk aja sendiri. Biar lebih lega."Aku mengangguk dan berlalu masuk kedalam ruangan. Tapi sebelum masuk, aku tak lupa memakai baju hijau khusus ruangan ICU."Assalamualaikum Pak!!" Sapa ku kala melihat Bapak yang tengah terbaring lemah. Dan langsung duduk dikursi pengunjung disebelah ranjang Bapak."Waalaikumsalam Nduk." Ucap Bapak sambil m
Baca selengkapnya

89.calon menantu

Pukul tujuh malam, aku kembali kerumah sakit menemui Emak dan Anita. Perjalanan dari rumah makan ke rumah sakit juga hanya tiga puluh menitan.Sesampainya aku diruang tunggu pasien, aku melihat Bude Mai dan Fero juga sudah ada didalam sedang berbincang dengan Emak."Assalamualaikum!" "Waalaikumsalam. Eeeh uda pulang Nduk!" Ucap Emak.Anita, Bude Mai dan Fero pun lantas tersenyum ke arah ku. Tak lupa, akupun langsung mencium punggung tangan Emak dan Bude Mai. Dan menyalami Fero juga putriku."Uda lama Bude datangnya?" Tanya ku sambil menghenyak kan bokong didekat Emak."Baru kok Nduk. Wajahnya kusut amat sih?"Aku pun terkesiap kala mendengar ucapan Bude Mai. Gimana gak kusut, orang tadi ketemu Mas Bowo yang nyebelin."Hehehe iya nih Bude, capek soalnya. Alhamdulillah rumah makan hari ini rame sekali." "Oh iya, ini tadi Ida bawakan makanan. Yuk mari makan dulu Bude." Ajak ku untuk mengalihkan pembicaraan."Uda Nduk, masih kenyang. Kan tadi Bude sama Fero uda buka puasa dirumah.""Ini
Baca selengkapnya

90.meminta restu

Setelah Bapak pulang kerumah, Emak pun melaksakan aktifitas seperti biasanya. Beliau juga masih sering ikut ketoko bersama ku.Dan setelah seminggu dirumah, keadaan beliau juga sudah berangsur membaik. Tapi beliau tetap tak kuperboleh kan untuk menjalani puasa.Hari ini puasa ramadhan sudah masuk hari ke tujuh belas. Beberapa hari lagi, hari raya pun tiba. Selama puasa, aku sering mengajak kedua orang tua ku dan juga Anita untuk berbuka puasa dirumah makan milik ku sendiri.Hubungan ku dengan Fero pun juga makin lengket. Tapi hanya melalui pesan. Aku masih tak mau jika harus bertemu berdua an. Karena aku menganggap diriku bukan anak muda lagi. Jadi, jika dia memang ingin serius padaku, dia harus segera menghalalkan ku.Kebetulan toko akhir-akhir ini ramai sekali. Karena banyak sekali pelanggan yang memborong kebutuhan pokok untuk mereka bagi-bagikan pada orang lain.Benar-benar bulan puasa pembawa berkah."Mak, kalau capek mending istirahat dulu sana gih!" Kulihat Emak dari tadi sibuk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status