Semua Bab UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!: Bab 111 - Bab 120

128 Bab

111. wanita hamil itu!!!

Aku merasa sedikit tersanjung dengan ucapan Mas Dendi saat dia bilang ingin memberikan kejutan dengan kehadiran nya.Tapi yang membuat ku sedikit bingung, Mas Dendi tak membawa tas besar ataupun koper saat kesini. Apa mungkin dia libur hanya beberapa hari saja? Makanya dia tak membawa baju lagi. Sebab dirumah juga masih ada baju Mas Dendi."Masuk Mas!" Ajak ku pada Mas Dendi yang masih berdiri mematung. Tapi dari pandanganya, dia sedang menunggu seseorang.Aku pun mengikuti gerak mata Mas Dendi yang tertuju pada rumah Bu Surti. Dan pandangan ku pun akhirnya juga tertuju pada rumah itu "Mas, emang ada apa sih kok dari tadi lihat rumah Bu Surti terus?" Ucapku padanya tapi tetap tak bergeming menatap rumah itu."Mmm, itu... Nganu Lus!!!" Ucap Mas Dendi terbata membuat ku reflek menatapnya.Dia pun balik menatap ku dengan wajah gugup. Entah, apa yang sebenarnya ditutup-tutupi Mas Dendi dariku.Sejak lima bulan yang lalu, Mas Dendi sudah tak pernah pulang. Dan sekarang saat dia pulang, ti
Baca selengkapnya

112. memeras dendi

Mas Dendi kembali berjalan kearah ku. Dan langsung duduk kembali disebelahku. Kulihat dia mengambil napas panjang dan menghembuskan nya perlahan."Lus, tolong dengarkan aku. Oke, aku akui jika aku salah padamu. Tapi tolong, ngertiin posisi ku."Lagi-lagi ku dengar Mas Dendi mengehela napas. Sedangkan aku masih memalingkan muka darinya. "Aku juga ingin anak Lus!"Seketika diriku langsung menoleh kearah Mas Dendi. Apa dia bilang, ingin anak? Terus dia kira aku juga tak ingin punya anak?Pikiran gila macam apa ini yang ada didalam otak nya. Apa dia merasa cuman dia saja yang ngebet memiliki buah hati, sedangan aku tidak? Makanya dia bisa berbuat seperti ini padaku.Dan tindakan nya ini mengatakan seolah-olah aku yang tak bisa memberikan nya keturunan. Karena buktinya wanita itu hamil anak Mas Dendi.Ya Allah, sesakit ini perasaan ku. Kembali aku menumpahkan air mata yang sedari tadi tak bisa ku tahan, apalagi saat melihat wajah Mas Dendi yang ingin sekali aku cabik-cabik."Hmm, aku tau
Baca selengkapnya

113. kesepakatan

"seriusan kamu Lus?" Tanya Mas Bowo dengan mata berbinar.Aku pun langsung mengangguk kan kepala dengan mantap. Karena memang kenyataan nya seperti itu. mas Dendi sendiri yang bilang padaku jika dia mau memberikan apapun yang ku mau, asal kami tidak bercerai."Tapi kalau kamu menderita, mending gak usah Lus!" Ucap Mas Bowo lagi.Kini mimik wajahnya berubah menjadi khawatir. Meskipun ku tau Mas ku ini salah satu lelaki berengs*k, tapi dia tak pernah membiarkan aku terluka. Mas Bowo benar-benar begitu menjaga ku."Tenang Mas, aku gak papa kok." Jawab ku sambil mengulas senyumWalaupun bibirku berkata tak papa, tetap saja hatiku sebagai wanita terluka. Tapi aku berusaha untuk menguburnya dalam-dalam."Jadi gimana ini Lus?" Tanya Ibu setelah beberapa saat kita terdiam"Ya itu tadi Bu...""Itu tadi gimana sih? Ibu sudah tua. Gak paham sama kode-kodean gitu." Terangnya.Sedangkan aku hanya mendengkus."Ya aku akan memafkan Mas Dendi, dengan meminta dibelikan mobil.""Mobil yang bagus sekali
Baca selengkapnya

114. rencana bertemu Denisa

"Nih Mas bukti transfer uangnya!" Ucap Lusi mendatangi ku saat dia sudah pulang dari keluar rumah sambil memberikan sebuah kertas kecil.Aku yang mendengar ucapan nya langsung tersenyum sumringah dan melihat bukti tfansferan itu.Ceklek!!!"Lus!!" Aku membuka pintu kamar Lusi saat dia akan mengganti pakaian."Astaga Mas, ketok pintu dulu dong. Untung aja aku belum ganti baju." Semprot Lusi yang langsung menutup kembali bajunya.Aku pun hanya bisa menyunggingkan senyum. Karena memang ku akui aku yang salah."Iya iya maaf Lus, Mas tadi terlalu bahagia. Jadinya Mas gak kepikiran buat ngetuk pintu." Jawabku "Hmmm, yaudah ada apa Mas?"Lusi pun duduk diatas ranjangnya, dan aku ikut duduk disebelahnya."Lus, kamu beri pinjaman Mas tanpa bunga kan?" Tanya mengharap"Menurut Mas?" Jawabnya sambil menyipitkan mata."Ya enggak dong, kan sama kakak sendiri.""Enak saja, gak ada yang gratis dong Mas!" Ucapnya membuat ku sedikit terkejut.Aaah ternyata Lusi juga terlalu, masa' sama saudara sendi
Baca selengkapnya

115. akhirnya...

Sejak pagi, aku sudah bersiap untuk pergi kerumah mantan mertua ku itu. Sejujurnya, aku merasa mereka tak ada bedanya juga dengan Denisa.Tapi mau bagaimana lagi, rasa terpaksa inilah yang membuat ku akhirnya membuat ku nekat untuk menemui mereka.Pukul enam pagi, aku mulai memacu sepeda motorku menuju rumah orang tua Denisa. Aku memang sengaja tak membawa uang, karena uang itu juga nasih tersimpan rapi direkeningku yang nanti bisa ku transfer saat aku berada disana.Karena tak mungkin juga aku membawa uang sebanyak itu saat perjalanan jauh.Triiing!!!Sebuah notifikasi pesan, masuk kedalam hp ku. Dan tertera dilayar jika Denisa lah yang mengirimkan pesan itu.Buru-buru aku membuka pesan darinya, karena takut ada hal penting yang dia sampaikan.[Sudah berangkat kah Mas!][Ini mau berangkat.] Jawab ku singkat[Oke, hati-hati dijalan nya ya Mas.] BalasnyaAku mendecih saat membaca pesan balasan dari Denisa yang nampak begitu peduli. Mungkin dia takut jika aku tak sampai disana, dan suda
Baca selengkapnya

116. kebetulan

Sebelum kembali pulang, aku sengaja berniat untuk berkunjung kesalah satu wisata yang ada diderah sini.Anggap saja sebagai penyegar diri setelah lelah dengan semua kejadian yang menimpa diriku.Akhirnya aku pun sampai juga disebuah waduk yang terkenal didaerah sini. Ku tepikan sepeda ku disalah satu warung yang ada dipinggiran waduk.Kembali ku pesan sebuah kopi sachet pada pemilik warung, sembari mengepulkan asap rokok tinggi-tinggi. Tak lupa ku comot gorengan yang masih hangat untuk mengisi perut yang memang kembali lapar."Ini kopinya Mas!" Ucap Abang penjual kopi"Iya makasih." Jawab ku sambil kembali menikmati gorengan dan melahapnya dengan cabaiKu tatap lurus kearah waduk, disana banyak sekali keluarga yang sedang bersantai menikmati liburan sebelum esok kembali bekerja."Aaah andai saja aku bisa menjadi lelaki setia, mungkin aku masih bisa sebahagia mereka." Gumam ku dalam hati saat diam-diam diri ini memperhatikan sebuah keluarga lecil yang sedang tertawa bahagia diseberang
Baca selengkapnya

117. mencoba ikhlas

"Ayah berangkat kerja dulu ya Nak. Jangan nakal nanti kalau ditungguin sama Uti sama Tante Lusi, ya?" Pamit ku pada Narendra sebelum berangkat kerja."Iya Ayah..." Jawab nya polos.Ku kecup kening dan kedua pipi gembil anak ku. Tak lupa, aku memberikan uang saku padanya. Karena Narendra juga sudah besar, dan mengerti jajan."Ini nanti uang nya berikan sama Uti ya Le. Ayah berangkat dulu. Assalamualaikum..." Aku pun akhirnya berangkat kerja, tak lupa ku salami tangan Ibu, dan Narendra juga menyalami tangan ku."Waalaikumsalam... Hati-hati Wo!" Balas Ibu"Iya Bu...!"Sepeda motor pun sudah siap didepan rumah, dan sudah sejak tadi pagi ku panasi. Kini ku nyalakan kembali mesin sepeda dan menjalankan nya menuju tempat ku bekerja.Hari ini adalah hari pertama kerja, jadi maklum lah jika rasanya masih enggan untuk berkutat kembali dengan rutinitas yang begitu-begitu saja tiap harinya."Kusut amat tuh muka, Bro!" Sapa Bram yang kini duduk disebelahku"Eh iya ding, kamu kan uda jadi Duda lag
Baca selengkapnya

118. Selamat...

Dengan senang hati, Ibu pun membuka bungkus yang menutupi benda didalam nya. Aku yang penasaran, ikut menyaksikan juga. Duduk santai disebelah Ibu dan LusiKrak...krak.. krak...Bungkus pun terbuka, dan memperlihatkan isi yang ternyata hanya kompor. Dan itu membuat ku ternganga. Ku kira isinya sesuatu yang berarti. Ternyata, hanya sebuah kompor yang kebetulan Ibu beli dari pasar.Melihat ekspresiku, Ibu dan Lusi pun terbahak sangat kencang."Sialan aku dikerjain." Batinku."Kamu pikir ini apa Wo? Hahahah" tanya Ibu sambil memegangi perut nya yang mungkin kram."Hmm, kirain tadi makanan atau barang berharga. Eeh ternyata cuman ginian doang." Cebik ku sebal."Hee, jangan salah Wo. Gini-gini juga berharga tau gak. Kalau gak ada kompor, Ibu mana bisa masak. Terus kamu mau makan apa juga? Dasar...." Cebik Ibu ganti."Hmm, iya iya, terserah Ibu dah..." Jawab ku malas sambil terus berjalan keruang tengah. Kembali menemui Narendra dan Anita yang masih bersantai disana."Kenapa Yah, wajah ya k
Baca selengkapnya

119. mobil baru

Sudah hampir sebulan ini, mobil yang dijanjikan Mas Dendi belum juga datang. Padahal aku yang menunggunya sudah harap-harap cemas.Apalagi semenjak Mas Dendi memilikiwanita itu, dia jarang sekali menghubungi ku. Apa mungkin Mas Dendi berbohong?Tapi kalau dia berbohong, kenapa uang bulanan yang dia janjikan dulu tetap dia transfer ke rekening ku?Aah, dari pada pusing sendiri, akhirnya akupun berniat menanyakan langsung pada Mas Dendi. Ku cari nomer hp nya dikontak, dan mencoba menghubunginya.Drrrt... Drrrt... Drrrt...Ternyata panggilan ku tersambung. Ini artinya Mas Dendi mendapatkan sinyal. Tapi hingga tiga kali aku mecoba menghubunginya, tetap saja tak diangkat."Napa Lus?" Tanya Ibu yang kini duudk disamping ku."Ini nih Mas Dendi, katanya mau belikan mobil baru. Tapi sampek sekarang gak dikirim-kirim." Ucapku emosi"Halah Lus, Lus. Palingan juga si Dendi itu omdo. Kayak gak tau lakik aja kalau uda punya bini baru, pasti bini lama dianggurin." Cebik Ibu"Tapi uang bulanan ku uda
Baca selengkapnya

120. tak sengaja bertemu (pov.bowo)

Hari ini pekerjaan kantor benar-benar lumayan banyak. Apalagi banyak barang masuk, yang otomatis banyak data pula yang harus ku input.Untung nya laporan ini gak harus selesai hari ini juga. Jadi aku masih bisa sedikit bersantai tentunya.Kulihat Bram dan teman-teman juga pada sibuk dengan pekerjaan mereka. Hingga waktu istirahat, seperti biasa aku dan Bram makan siang di kantin sambil ngobrol. "Bro, gak minat cari istri baru nih?" Tanya nya "Gak kepikiran Bram. Masih trauma!" Jawab ku sambil menggelengkan kepala."Hahaha Anjriit, lemah amat lu Bro!"Sialan, dia bilang aku lemah? Dia gak tau aja sih sakitnya diselingkuhi, apalagi selingkuhnya sampek bikin bunting. Sakit tau gak, sakiiit...."Kamu bisa ngomong gitu mah soalnya belum ngerasain aja. Coba deh, nanti kalau uda ngerasain, nyaho deh...!" Cebik ku ganti membuat raut muka Bram berubah."Yaelah, gitu amat doain temen yang jelek-jelek." Ucap Bram yang sama sekali tak ku gubris.Waktu istirahat yang hanya sejam pun habis, aku k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status