Home / Pernikahan / Skandal Sang Sopir / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Skandal Sang Sopir: Chapter 51 - Chapter 60

98 Chapters

51 || Playing Victim

"Mas! Mas Dewa!" Diandra berteriak memanggil nama suaminya. Namun, mobil itu masih melaju di antara padatnya kendaraan. Diandra berlari mengejar karena penasaran. Hingga akhirnya mobil tersebut terhenti karena terjebak macet. "Mas Dewa?" Diandra berucap dan laki-laki yang sedang menyetir itu pun melirik. "Mas ngapain?" Dewa terlihat bingung saat Diandra berada di pintu samping mobilnya. "Turun, Mas! Coba jelasin sama aku."Diandra menuntut penjelasan yang sesungguhnya sudah benar-benar jelas kalau Dewa dengan wanita lain. Terlebih saat ini suaminya hanya bekerja di perkebunan dan mengelola bisnis lain yang mulai ia rintis bersama Bayu. "Ngapain kamu di sini?" "Ini kampus aku, Mas. Yang ada ngapain Mas dengan wanita lain? Kenapa hape Mas enggak aktif?"Belum juga Dewa menjawab, bunyi klakson motor dan mobil terdengar begitu bising memekakkan telinga. Serta beberapa orang yang berada di belakang mobil Dewa terdengar protes karena mobilnya menghalangi jalan mereka. "Mas!" Diandra
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more

52 || Pesan Misterius

"Aarrggghhh ...." Naveen tersadar dari pingsannya. Ia membuka mata dan rasanya masih sangat pusing. "Rupanya gue ada di kamar," gumam Naveen ketika ia telah sadar.Naveen mencoba kembali memejamkan mata karena saat matanya terbuka, kepalanya terasa semakin sakit. Tidak berselang lama terdengar suara pintu kamar yang didorong dan Naveen masih ada di posisi yang sama saat ia pingsan. "Nav, kamu harusnya enggak usah ikut campur urusan rumah tanggaku. Aku udah anggap kamu adik, tapi aku juga enggak mau ada hal buruk yang menimpamu," ucap Diandra. Ia belum mengetahui kalau sesungguhnya Naveen sudah sadar dari pingsannya. Diandra mengusap lembut kepala Naveen. Meskipun ia tidak memiliki adik, tetapi saat ini ia merasa menjadi seorang kakak yang ingin melindungi adiknya. Naveen memang selalu menjahilinya, tetapi saat melihat raganya tidak berdaya, rasa teramat bersalah tidak dapat melindungi adiknya telah dirasakan oleh Diandra. "Nav, jangan nakutin aku. Cepat bangun." Diandra menggoyang-
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more

53 || Hanya Status

Dari hari ke hari sikap Dewa semakin dingin dan galak. Mereka seperti sudah tidak saling mengenal dan pernikahan mereka seolah hanyalah status saja. Diandra memutuskan untuk melamar pekerjaan. Ia sudah bersiap mengenakan kemeja putih dan rok pendek selutut serta membawa perlengkapan data dan surat untuk melamar pekerjaan di salah satu perusahaan. Berbekal sisa uang tabungan dulu, ia bertekad menempuh perjalanan menggunakan bus agar lebih hemat untuk menuju perusahaan satu ke perusahaan lainnya. Bukan perkara mudah mencari pekerjaan meski berbekal ijazah mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Diandra ke sana ke mari untuk mendaftarkan surat lamaran kerja, tak ayal tolakan demi tolakan pun terdengar di telinganya meskipun di sana jelas tertulis kalimat 'MEMBUTUHKAN KARYAWAN/KARYAWATI'."Ya Allah ... sulit sekali melamar kerja. Jangankan untuk melamar, hanya menitipkan lamaran pekerjaan, pun, sulit sekali. Gimana aku bisa menghasilkan uang?" keluh Diandra, mana ia suda
last updateLast Updated : 2023-01-28
Read more

54 || Traumatik

"Diandra!" Menggelegar suara Dewa mengagetkan istrinya yang sedang terlelap. Waktu menunjukkan jam sebelas malam. "Iya, Mas. Kenapa teriak-teriak? Ini udah malam, loh, Mas. Takut ganggu Tante sama Om," ucap Diandra. "Kamu semakin ke sini semakin berani menjawab sesukamu padaku!""Maaf, Mas. Aku tidak bermaksud menjadi istri pembangkang atau durhaka, tapi ini memang larut malam. Apa yang Mas butuhkan? Tidak usah teriak, Mas. Maluuuu ...." ucap Diandra pelan. "Kamu tau, kan, kalau bisnis sampinganku di ujung tanduk? Aku tidak punya bisnis apa-apa lagi selain ikut Om Bayu di perkebunan.""Lantas? Apa yang menjadi masalah? Bukankah kita pindah ke sini juga karena Mas yang meminta?" Dewa melangkah menghampiri Diandra. Tangannya kini menelusup pada tengkuk Diandra, perlahan jemari Dewa meremas rambut Diandra kemudian menariknya cukup kencang dengan sorot mata tajam yang begitu dekat. "Kau tau kenapa dulu aku menikahimu, hah?" tanya Dewa pelan dengan sorot mata penuh kebencian. "Agar ak
last updateLast Updated : 2023-01-28
Read more

55 || Kabur

Dari hari ke hari sikap Dewa semakin kasar, terlebih usaha sampingannya benar-benar sudah bangkrut. Saat ini, ia hanya mengikuti Bayu bekerja di perkebunan karet dan kayu albasia yang siap panen. "Diandra!" Seperti malam-malam yang lalu, Dewa selalu berteriak ketika melihat istrinya terlelap di malam hari. Sontak Diandra pun terbangun dan pastinya hal tersebut berakhir dengan pukulan di pipi atau cekikan beserta cekalan keras."Iya, Mas. Maaf aku ketiduran. Besok jam lima subuh aku harus berangkat kerja," terang Diandra mencoba memberitahu pada suaminya. "Nyerocos terus!"Diandra hanya bisa mengelus dadanya dan berkata menguatkan untuk hatinya sendiri agar bisa lebih bersabar menghadapi suaminya. Menjawab salah, diam pun tetap salah di mata Dewa. "Kerjakan ini! Besok sebelum kamu bekerja, data ini harus sudah selesai!" "Tapi, Mas. Aku ngant––" ucap Diandra terjeda. "Mau bantah?" Dewa menyelang ucapan istrinya. "Anu, Mas. Hanya saja aku harus berangkat pagi, sepertinya engga bis
last updateLast Updated : 2023-01-29
Read more

56 || Luka Lebam

"pakek safety belt-nya sekarang!" ucap laki-laki dari balik kemudi. Diandra mengangguk dan langsung memakai safety belt/sabuk pengamannya. "Udah," ucap Diandra cepat. Mobil melaju kencang ketika jalanan tengah sepi. Sepertinya Diandra tidak menyadari kalau sesungguhnya laki-laki di balik kemudi itu sosok yang ia kenal dulu. Mobil semakin menjauh dan saat ini sudah tidak terlihat lagi, Diandra bisa bernapas lega. "Mas, makasih udah tolongin aku, ya?" ucap Diandra ketika hatinya sudah merasa lebih baik. Tiba-tiba saja mobil berhenti dan Diandra sedikit khawatir karena laki-laki itu memarkirkan mobilnya di tempat gelap dan sepi. "Mas? Kenapa kita berhenti di sini?" Wajah Diandra panik yang disertai dengan keringat yang mulai membasahi dahinya. Awalnya laki-laki itu membelakangi dan perlahan ia memperlihatkan wajahnya. Tampan, tetapi membuat Diandra ketakutan. "Mas, jangan macam-macam, ya? Aku emang tadi bilang kasih apa pun untuk Mas, tapi bukan berarti Mas bebas melakukan apa sa
last updateLast Updated : 2023-01-30
Read more

57 || Menatap Langit Malam

Meski awalnya ragu, Diandra akhirnya menceritakan prahara rumah tangganya pada Calvin. Kini, hatinya sedikit tenang dari beban yang selama ini dia pendam. "Jangan nangis lagi, ya? Gue ada di sini." Tatapan Diandra begitu membuat hati Calvin sakit. Ia menyesali kejadian dulu yang tidak mengutarakan isi hatinya pada Diandra karena minder akan bobot tubuh yang jauh di atas rata-rata. "Sekarang lu mau ke mana?" tanya Calvin. "Cari kontrakan, tapi jam segini mana ada? Mungkin pemiliknya juga udah pada tidur, Ko." "Ya sudah, aku antar kamu ke hotel atau penginapan dulu, ya? Besok kita cari kos-kosan." Diandra mengangguk. Setelah mereka menikmati makan malam. Calvin mencarikan hotel/penginapan untuk menginap Diandra satu malam ini saja. Mobil baru saja hendak berbelok ke salah satu hotel mewah di pusat kota, tetapi Diandra meminta Calvin untuk menghentikan laju kendaraannya. "Kenapa?" tanya Calvin heran. "Aku akan menginap di sini?" tanya Diandra. "Iyalah, yang penting, kan, untuk
last updateLast Updated : 2023-01-31
Read more

58 || Perhatian Kecil

Calvin meraih tangan Diandra, saat itu juga wanita berparas cantik mematung. "Tolong dengerin gue, Ket. Sumpah, lu gak ganggu dan gue gak keberatan antar lu ke sini," terang Calvin meyakinkan. "Termasuk ajak lu ke pelaminan," gumam Calvin pelan."Hah?!" "Hehehe ... gak, skip aja," ucap Calvin sambil mengusap tengkuknya. "Terus, tadi Koko bilang enggak bisa tidur karena aku. Memangnya aku ngapain sampe bikin Koko enggak bisa tidur?""Ish! Kan, gue bilang, skip aja. Gak ada apa-apa, kok. Lu gak ngapa-ngapain gue juga. Hanya belum bisa tidur aja jadi mending liat bintang-bintang di atas sana." Calvin menunjuk ke langit. "Mau dilanjut?" tanya Diandra. "Iya, sepertinya. Gue belum ngantuk juga. Tidur, gih!" Calvin menyuruh Diandra."Enggaklah, aku belum ngantuk," ucap Diandra dengan seulas senyum dan pandangan yang tertunduk. Calvin melihat Diandra yang semakin cantik di malam pertama mereka dipertemukan kembali setelah kurang lebih empat tahun tidak bersua meski hanya melalui virtual
last updateLast Updated : 2023-01-31
Read more

59 || Kembali Terluka

Calvin dan Diandra telah menemukan tempat kost yang cukup nyaman dengan halaman yang luas, kendaraan pun lebih leluasa masuk dan keluar. Scurity langsung menghampiri, menyambut mobil hitam yang masuk ke halaman kost. "Selamat pagi, Mas, Mbak," sapa scurity. "Pagi, Pak. Apakah masih ada tempat kost yang kosong?" tanya Calvin. "Ada, Mas. Mari, saya antar menemui ibu kostnya," ucap scurity itu dengan ramah. Calvin dan Diandra mengikuti scurity yang berjalan lebih dulu. Mereka di ajak masuk ke gerbang yang terpisah, meski ada dalam satu lingkungan. Rumah yang cukup nyaman dua lantai, saat ini terlihat wanita paruh baya menuruni anak tangga dan tersenyum ketika sudah ada di hadapan Calvin juga Diandra. "Pagi, Bu. Ada yang mau mencari kost," terang scurity yang usianya sekitar dua puluh delapan tahun."Boleh, untuk Mas atau Mbak-nya?" "Untuk Keket, Bu." Calvin menjawab. Ibu kost itu tersenyum melihat Calvin dan Diandra yang terkesan kaku. "Baik, ayok, ikut saya!" Calvin dan Diandr
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more

60 || Perang Batin

Sepasang mata Diandra begitu lekat melihat pasangan yang tidak lain suaminya bersama sang majikannya dulu. Mereka tampak akrab dan sama sekali tidak ada rasa canggung malah terkesan romantis. Hingga akhirnya Dewa menghilang ketika ia menuruni eskalator menuju lantai bawah. "Ket? Keket? Lu kenapa?" tanya Calvin. "Hah?" Diandra terperanjat. "Lu ngeliatin siapa? Kok, sampe segitunya? Ada yang lu kenal?" "Enggak, enggak ada yang aku kenal, Ko. Hanya melihat rame-rame di atas sana." Diandra menunjuk pada lantai atas yang tidak lain bagian permainan. "Oh, lu mau main timezone?" tanya Calvin. "Ayok!" ajak Calvin meski ia belum mendapatkan ijin dari Diandra. "Eh, tapi, Ko––" "Ayok!" Tangan kanan Calvin menarik Diandra, sedangkan di tangan kirinya mengambil dua pasang sepatu heels. Calvin menyerahkan sepatu itu pada kasir toko untuk dibayar, kemudian ia berjalan menuju eskalator agar sampai di tempat permainan. "Mau main apa?" tanya Calvin saat mereka sudah ada di area permainan."Ter
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status