Semua Bab Kekasih Gelap Istriku Ternyata?: Bab 11 - Bab 20

56 Bab

Bab 10.B

"Itu temen aku, Mas, dia mau ngajak shoping, maksa banget dibilangin anakku lagi sakit tetep aja maksa." Melta menyeringai untuk menutupi kebohongannya, aku hafal betul.Masa iya menelpon teman sampai tegang begitu? logikaku menolak."Siapa? coba aku minta nomornya kalau bener, keterlaluan benget temen kamu itu, lebih baik ga usah berteman dengan orang kaya gitu." Ia menolak malah memasukkan ponsel ke dalam tas, lalu menarik sletingnya dengan rapat."Ga usah, Mas, iya aku akan jauhi dia, ayo kita balik takut Sandrina bangun."Melta menggandeng tanganku hendak masuk kembali ke ruangan Sandrina. Namun, aku tepis seketika, rasanya tanganku gatal jika bersentuhan dengan tubuhnya.Menyadari sikapku yang tak romantis seperti biasanya ia mendelik, lalu berjalan duluan di hadapanku. Mungkin dia marah.Bodo amat!Di dalam kudapati Bi Lela sedang tertidur pulas di samping Sandrina, dengan posisi duduk dan kepalanya yang bertumpu pada ranjang Sandrina."Mas, kita pulang dulu yuk, entar tengah m
Baca selengkapnya

Bab 11

"A-apa yang mereka lakukan?" tanyaku "Roy!" "Iya!""Sabar ya, Bos, mereka lakukan itu."Seolah ada badai petir yang menyambar, ponsel terlepas dari genggaman, air mata menggenang lalu luruh laksana air hujan, jantungku berpacu hebat sejalan dengan tubuh yang melemah."Bos, kamu baik-baik aja 'kan?" Terdengar Roy bersuara, apa ia g*l4 mana ada seorang suami yang baik-baik saja, saat mengetahui perselingkuhan istrinya di belakang."Bos!"Dengan tangan bergetar lekas kuraih gawai yang tergeletak di lantai."Iya, Roy, sorry." "Bos ok 'kan?""Ok, kamu tenang aja, lalu ponsel Melta?" tanyaku dengan suara yang masih bergetar."Sudah di tangan, ini aku ke tempat Bos ya, rumah sakit mana?"Kuberikan alamat lengkap rumah sakit ini, telpon terputus karena Roy dan kawan-kawannya hendak menemuiku.Aku melempar ponsel ke ujung sofa tunggu, amarah, kecewa, benci dan juga sedih melebur menjadi satu kompak meluluh lantakkan jiwaku, kepingan hati ini tak tersisa semua hancur jadi abu.Melta, tak ak
Baca selengkapnya

Bab 12.A

Untuk kesekian kalinya hati ini berdenyut nyeri, luka yang kemarin belum pulih kini harus dihantam oleh luka yang lain."Kenapa, Bos?" tanya Roy, keheranan.Aku masih diam sambil memperhatikan setiap pesan-pesan yang masuk ke nomor Melta, semua pesan dari orang yang berinisial J itu merupakan sebuah ancaman.[Datang tepat waktu kalau tidak maka Adnan akan segera melihat vidio-mu]Masih banyak ancaman lainnya yang dilontarkan oleh orang berinisial J itu, kemungkinan ia adalah Justin, tapi Vidio apa yang ia maksud?Entah mengapa jiwa kepoku meronta ingin mengetahui Vidio apa sebenarnya yang ia miliki, sehingga Melta ketakutan dan selalu menuruti setiap keinginnya.[Kirim saja aku ga takut]Terpaksa aku membalas pesan orang itu."Roy, apa kamu bisa bantu aku lagi untuk menyelidiki orang ini?" kuperlihatkan Poto Justin beserta akun medsos juga nomor ponselnya.Pria bertubuh tinggi semampai itu merenung sejenak, laku menganggukan kepala. "Bisa Bos."Roy mengetik sesuatu di ponselnya, enta
Baca selengkapnya

Bab 12.B

Mendengar cucunya sakit ibuku datang jauh-jauh dari kampung untuk menengok, saat melihat cucunya pulang dan telah sehat ia menyambut dengan penuh suka cita, mengucap banyak ucapan syukur.Begitu pula dengan ibunya Melta, kedua keluarga sekarang sudah berkumpul di rumahku karena beberapa hari lagi mereka akan berpesta merayakan hari ulang tahun Melta, yang mana itu merupakan awal dari kehancurannya.Membayangkan hal itu bibirku menyeringai, tak sabar rasanya menantikan hari itu, di mana seluruh keluarga akan dibuat tercengang oleh kelakuan Melta."Mel, nanti acara ulang tahunmu akan digelar di cafe mana? gimana kalau di Bali saja," usul ibu mertuaku, ia memang selalu antusias jika menyangkut kebahagiaan putri satu-satunya.Melta tak menjawab, pandangannya lurus ke depan entah apa yang sedang ia fikirkan, tak berselang lama wanita itu mendadak mual lalu berlari ke arah westafel memuntahkan isi dalam perutnya."Kamu kenapa, Mel?" tanya ibu mertuaku, nampak khawatir."Apa jangan-jangan Me
Baca selengkapnya

Bab 13

Sejak pertemuan dengan Roy aku lebih bersikap hati-hati seperti titahnya, tidak makan masakan rumah juga selalu memakai kendaraan umum jika hendak bepergian.Nominal lima puluh juta sudah berpindah ke rekening Roy, upah sekaligus ucapan terima kasih karena telah membantu, aku sangat puas dengan kinerjanya.Hari ini bertepatan dengan ulang tahun Melta, kedua keluarga sudah berkumpul di rumah, di sana juga ada keluarga Om Feri--kakak mendiang ayah Melta--beserta ketiga anaknya, mereka nampak cantik dan tampan, dengan segudang prestasi juga pendidikan yang tinggi.Sedangkan Melta hanyalah anak satu-satunya tanpa saudara, kudengar dari ibu mertua jika adik Melta telah meninggal. Namun, aku tak pernah diberi kesempatan hanya sekedar menatap potonya.Pesta ulang tahun Melta tak semewah biasanya, bahkan tahun yang lalu kami sampai menyewa sebuah villa di kawasan puncak Bogor, mengundang semua teman-teman sosialitanya, tapi sekarang yang nampak bukanlah sebuah pesta hanya berupa kumpulan kelu
Baca selengkapnya

Bab 14.A

Semua orang masih tercengang dan bimbang, antara harus mempercayai ucapanku atau Melta, wanita itu terus saja meracau membela dirinya di hadapan kedua keluarga."Itu bukan editan, Melta! Lihatlah Vidio itu dibuat di kamar Gian bukan?!" balasku dengan berteriak.Melta diam dengan tubuh yang bergetar, dapat kulihat ada amarah membara yang terpancar dari sorot matanya, Ibuku juga ibunya sama-sama menggelengkan kepala, sepertinya mereka mulai mempercayai setiap kata yang kuucapkan.Mereka juga memiliki logika, jika Vidio itu settingan mana mungkin latar belakangnya ada di kamar Gian, hanya orang tak waras yang akan mempercayai ucapan Melta."Kamu mau tahu dari mana aku bisa mendapat Vidio itu?" tanyaku seraya menghujaninya dengan tatapan tajam.Wanita yang mengenakan dress selutut itu masih diam terpaku, mungkin ia kehabisan kata untuk menyangkal setiap tuduhan yang menusuknya.Rasakan kau, Melta! Bagaimana sakitnya ditikam dari belakang, itu menyakitkan bukan? "Waktu Sandrina dirawat di
Baca selengkapnya

Bab 14.B

Wanita itu merebut sprei yang sedang kubentangkan, melemparnya ke segala arah lalu menginjak-injak dengan penuh amarah.Aku menyeringai puas saat melihat jiwa dan emosinya tak tentu arah, sekarang kamu bukan hanya dit*lanj*ngi, Melta, bahkan sampai dikuliti habis-habisan.Hancur sudah semua karir dan martabat yang selama ini diagungkan di hadapan semua keluarga, Melta, seorang ibu pintar beranak satu, memiliki penampilan menarik dan energik, kini berubah menjadi Melta yang picik."Kamu keterlaluan, Mas! Seharusnya ga membongkar ini di hadapan semuanya."Melta berjongkok sambil mencengkram kepalanya, wanita itu rupanya mulai sadar diri."Suami mana yang tak sakit saat istri yang selama ini diperjuangkan mati-matian selingkuh diam-diam? apa aku harus memaklumi perbuatan kejimu yang sudah berjalan bertahun-tahun lamanya?!" tegasku sedikit berteriak, sedangkan ibu-ibu kami semakin terisak."Kamu tega, Melta! Kamu pikir aku tak sakit hati hah! Sejak aku merasa curiga dan sejak itu pula aku
Baca selengkapnya

Bab 15.A

"Jaga bicaramu, Melta!" teriakku cukup membuat bibirnya terbungkam.Kutatap ibu mertua ia nampak semakin tak berdaya, tubuhnya luruh dan terduduk di lantai sambil memegangi sebelah dadanya, wanita itu terisak-isak, menahan pedihnya rasa sesak."Iya, Ma, dialah lelaki yang selama ini kita cari, dan bodohnya aku malah menikah dengan lelaki itu."Melta berjongkok sambil memegangi kedua pundak ibunya, mereka saling terisak berbagi tangisan."Kamu jangan ngomong sembarangan, Melta! Elya memang mantan pacarku, tapi aku belum pernah sekalipun menyentuhnya apalagi membuatnya berbadan dua," jawabku membela.Aku kenal betul gadis itu, Elya memang mantan kekasihku, ia seorang gadis cantik, menarik dan sopan, saat itu ia masih kelas tiga SMA, dan aku masih kuliah di semester pertama.Kami memang pernah menjalin kasih dalam waktu singkat, bisa dibilang cinta kami masih cinta monyet, jangankan untuk menghamili menyentuhnya saja aku tak pernah.***Terakhir kami berjumpa memang nampak beberapa keane
Baca selengkapnya

Bab 15.B

"Rekaman yang selama ini kamu takutkan sudah sampai ke tanganku, Melta! Berhentilah memfitnahku tanpa bukti!" tegasku sekali lagi.Wanita yang berwajah sembab itu seolah telah kehilangan pijakan, kedua tangannya menutupi wajah lalu ia terisak lagi, hanya sebatas itukah perlawananmu, Melta?!Masa iya aku harus bertarung dengan seseorang yang sudah melemah, kutatap seluruh wajah anggota keluarga, kembali terpancar sorot keanehan di mata mereka.Mungkin merasa pening menyaksikan perdebatan kami yang melebar kemana-mana, sedangkan Gian bagaikan kerbau di cucuk hidung, berdiri mematung menyaksikan kehancuran rumah tangga kami, tanpa kata ataupun upaya untuk membela."Kalian semua harus tahu, Melta telah berupaya beberapa kali untuk melenyapkanku, bahkan kecelakaan mobil dua Minggu yang lalu juga karena ulahnya, untung saja yang memakai mobil itu orang lain bukan aku!"Suaraku menggelegar cukup menghantam gendang telinga mereka, untuk kesekian kalinya mereka terperangah tak menyangka."Bena
Baca selengkapnya

Bab 16.A

Jujur saja melihat Melta mengiba adalah hiburan tersendiri, belakangan ini aku jarang sekali tertawa lepas, sekalipun mata ini melihat acara komedi di layar televisi."Apa kamu bilang? jangan lapor polisi? kenapa?" Tanyaku dengan senyum mengejek.Puas, sangat puas sekali melihatnya merintih dan mengiba, ketakutan yang tergambar di wajahnya seolah obat bagi luka hati yang selama ini berdarah hingga bernanah."Aku itu punya hati, Melta, sakit hatiku! Dan kamu harus membayar rasa sakit ini."Kutinggalkan wajah penuh dusta itu, segera menelpon polisi untuk melakukan penangkapan hari ini, satu hari sebelumnya aku telah melaporkan kasus Melta pada pihak berwajib."Kamu akan terjerat dua kasus sekaligus, Melta, lihat saja kupastikan istrinya Devan juga akan menuntutmu," imbuhku dengan tatapan benci.Melta seperti kerupuk yang disiram air, nyalinya langsung kempes saat itu juga, air matanya mulai menggenang, beberapa kali ia mencuri pandang ke arah Gian, sedangakan lelaki itu hanya diam terpa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status