Tangan ini bergetar hingga diary usang ini lepas dari genggaman, detak jantungku berpacu hebat, mengalirkan hawa panas dalam aliran darah, membentuk gumpalan amarah dalam kepala.Ternyata lelaki itu penyebabnya?! Dia yang sudah menghancurkan hidup pujaan hatiku, wanita yang teramat kucintai, walau usianya masih remaja, tapi ia tak seperti gadis lainnya, Elya sungguh berbeda.Kubuka lembar selanjutnya hendak membaca seperti apa perasaan hatinya saat melalui hari-hari yang suram.Namun, itu adalah isi curhatan terakhirnya, tak ada lagi tulisan tangan yang ia buat untuk menuliskan semua deritanya.Bukti ini belum cukup, bisa jadi Justin mengelak mengatakan tak pernah kenal dengan Elya, bisa jadi yang dimaksud bukan dirinya, banyak nama yang sama di dunia ini, aku faham hal itu."Halo, Adnan, kamu di mana?" tanya ibuku melalui sambungan telepon."Di rumah, ibu di mana?""Di rumah sakit, Nak, Melta ingin bertemu sama kamu," ujarnya membuatku tertegun.Haruskah aku menemuinya?*Untuk perta
Read more