Semua Bab Kekasih Gelap Istriku Ternyata?: Bab 21 - Bab 30

56 Bab

Bab 16.B

"Sejak masih sekolah Adnan selalu pulang tepat waktu, sehingga waktunya banyak membantu Ibu dan ayahmu, sedangkan kamu setiap hari hanya keluyuran, pantas saja mendiang ayahmu sering murka," ungkap ibu, lalu ia terisak-isak.Entah mengapa aku lebih tertarik pada perdebatan antara ibu dan Gian, sejak dulu Ibu memang sering mengeluh tentang perlakuan anak bungsunya, itu mengapa ia menyuruh Gian untuk tinggal denganku, agar anak itu mau belajar dan menjadi seseorang yang sukses sepertiku.Tapi kenyataannya, bukan kesuksesan yang didapat, malah sebuah kehancuran, waktu itu harusnya aku menolak dengan keras usul ibu, bagaimanapun juga ipar adalah maut, tak seharusnya kami tinggal satu atap.Apalah daya, nasi sudah menjadi bubur, tak mungkin kehancuran ini bisa diperbaiki kembali, mungkin inilah sebuah takdir yang harus kami jalani."Sudahlah, Bu, orang macam dia ga pantas ditangisi, dan kamu Gian! Selain sudah berdosa padaku juga berdosa pada Ibu!"Kupeluk erat wanita yang mulai renta itu,
Baca selengkapnya

Bab 17.A

Mama terlentang di atas lantai dengan kedua mata yang terpejam, matanya enggan terbangun sekalipun kami sudah berusaha menepuk-nepuk pipinya.Tante Ajeng yang tak lain istri Om Feri dan anak keduanya sibuk memberikan pertolongan agar mama cepat kembali tersadar."Jangan pergi, Melta! Kasihan Ibumu!" teriak Om Feri murka.Wanita itu melepas cekalan tangan Gian, lalu berlari menghampiri ibunya sambil terisak."Mama, bangun, maafin aku," ucapnya dengan derai air mata. Namun, mama belum juga membuka matanya."Kita harus bawa Mamamu ke rumah sakit, Melta," sahut Om Feri.Sedangkan Gian entah di mana mungkin lelaki p*ng*c*t itu sudah melarikan diri, aku tak peduli karena di luar sana para security sedang berjaga.Jika ia berhasil melarikan diri itu tak masalah, polisi pasti berhasil mencarinya, lagipula aku tahu semua tempat persembunyian anak itu."Ini semua gara-gara kamu, Adnan!" teriak Melta sambil memandang wajahku penuh bara.Aku mendengus, benar-benar tak tahu malu, harusnya ia berka
Baca selengkapnya

Bab 17.B

Cipratan air panas itu sedikit mengenai celanaku dan Om Feri, jika saja kami tidak reflex menjauh, sudah pasti air panas itu mengenai kaki kami lebih banyak." Astaghfirullah, Melta!" teriak semua orang bersamaan.Sedangkan Melta meraung kesakitan sambil guling-guling di atas lantai, hampir satu panci air panas itu mengguyur wajah juga badannya, bagaimana ia tak tersiksa dengan rasa terbakar."Om sudah bilang jangan nekat, begini jadinya senjata yang kamu ciptakan malah menyerang dirimu sendiri," gerutu Om Feri kesal."Raihan, cepat telpon ambulans, dua sekaligus," perintah Om Feri pada anak sulungnya.Sementara Sandrina menangis kejer saat melihat ibunya terkapar kesakitan di atas lantai, Shakira gegas membawa gadis kecil itu ke lantai atas."Mama ... Mama kenapa?" teriak Sandrina sambil terisak-isak."Mama ga apa-apa, Sayang, ayo kita istirahat di kamar," ujar tantenya sambil membawa tubuh Sandrina dalam dekapan.Aku masih tercenung menyaksikan keadaan yang terjadi, dimana Melta mem
Baca selengkapnya

Bab 18.A

"Kamu harus tangkap Justin!" "Bawa dia pergi, Pak!" Aku tak ingin mendengar apapun lagi dari mulutnya, ia terbiasa menggunakan mulutnya untuk berkata dusta, maka dari itu sulit bagiku mempercayainya.Saat ini yang terpenting skandal perselingkuhan Melta sudah terkuak, bahkan tanpa diduga ia langsung mendapat karma seketika.Untuk apa repot-repot memikirkan siapa sebenarnya kekasih gelap istriku, Gian kah? ataukah ada lelaki lain, sungguh itu tak penting lagi.Semua anggota keluarga ikut mengantar Melta dan mama mertua ke rumah sakit, sedangkan Sandrina di bawa ke rumah Om Feri bersama anak sulungnya, ia terpaksa membawa gadis kecil itu dan membiarkanku sendiri hingga kepala ini mendingin.Ruang khusus berkumpul keluarga sedikit kacau dan Bi Lela sedang merapikannya seorang diri, aku berjalan tegak melewatinya lalu masuk ke kamar lain, bukan kamar kami.Tak ingin lagi tidur di kamar itu, kamar yang memiliki berjuta kenangan manis. Namun harus ternodai oleh pengkhianatan Melta.Sekara
Baca selengkapnya

Bab 18.B

Wanita itu nampak memperbaiki posisi duduknya."Sebenarnya aku sudah ikhlaskan kematian Mas Devan, dia kecelakaan saat hendak melakukan tugasnya di kantor, itu berarti dia meninggal dalam keadaan sedang mencari nafkah, semoga saja dia syahid." Renata tertunduk menahan kepedihannya."Dan aku juga sudah mulai terbiasa hidup tanpanya, kurasa itu ga perlu biarlah Allah yang membalasnya.""Jadi ... kamu ga marah sama istriku?" Ia menggelengkan kepala, di luar dugaan kukira wanita ini akan marah, kecewa dan memaki Melta habis-habisan, nyatanya ia malah pasrah dan menyerahkan semua pada Tuhannya.Ya Tuhan beruntung sekali Devan diangurahi seorang istri yang begitu pengertian dan penyabar."Memangnya Mas Adnan mau lihat istri sendiri di penjara?" tanya Renata sambil menyunggingkan bibir."Dia sudah dipenjara karena kasus perzin*han," ujarku."Apa? jadi dia mengkhianati Mas Adnan?" Renata menatapku seolah tak percaya."Ya begitulah," jawabku seraya menghela napas, sakit sekali membayangkan ke
Baca selengkapnya

Bab 19.A

Dengan seribu bahasa Om Feri membujuk dan merayu agar keputusanku berubah, aku masih melirik ke arah lain, malas melihat wajahnya yang nampak mengiba bak seorang pengemis jalanan yang sedang minta-minta."Om akan lakukan apapun agar kamu mau mencabut tuntutan itu, Adnan, termasuk memberitahu tentang kematian Elya," ujarnya, membuat diriku tertegun seketika.Jujur saja aku tertarik dengan penawarannya itu. Namun, logika ini menolak, bukankah aku bisa melakukan cara lain untuk mengungkap misteri kematian Elya yang masih tanda tanya.Oh Tidak! Bisa saja ini jebakan, dia 'kan pengacara handal, bukan sebuah kesulitan baginya berkata-kata indah."Om tahu semua tentang Elya, kamu penasaran 'kan? ayolah Adnan, kamu itu lelaki harusnya lebih berbesar hati."Huhhh dikira lelaki itu bukan manusia gitu.Bagaimana bisa seseorang yang sudah berkhianat bertahun-tahun lamanya mendapat ampunan begitu mudah, bukankah semuanya butuh proses?"Diamlah, Om, coba bayangkan jika posisi Om ada di aku? gimana
Baca selengkapnya

Bab 19.B

"Ya sudah Papa akan ke sana sekarang, kita bawa saja ke rumahnya."Telpon terputus, Om Feri menatapku sendu, wajahnya sangat mendung laksana awan hitam yang hendak menurunkan hujan lebat."Mertuamu meninggal, Adnan, dia kena serangan jantung dan dokter ga bisa menyelamatkannya," ucapnya putus asa.Mendengar berita itu membuatku lega, kutahu perasaan ini jahat, tapi bagaimana lagi aku memang tak rela jika Melta yang meninggal."Ayo kita ke rumah sakit, aku akan bantu memakamkan jenazah Mama."Ia mengangguk dan kami segera pergi dari rumah.*Di rumah sakit yang sama Melta juga di rawat, saat Om Feri mengurus jenazah Mama, aku menyempatkan diri untuk melihat Melta, di depan ruangannya ada beberapa orang polisi yang berjaga.Kami sempat berbincang sebentar, lalu pria yang memakai seragam itu mengizinkan aku untuk masuk. Namun, kutolak, melihatnya dari balik kaca saja itu sudah cukup.Kupandangi Melta yang terbaring lemah di atas ranjang berukuran tak jauh dari ukuran tubuhnya, perban put
Baca selengkapnya

Bab 20.A

Aku menghela napas, teringat ibu bagaimana reaksinya jika ia mengetahui hal ini, aku takut dia akan bernasib sama seperti mama mertua."Kita akan temui Gian besok di penjara untuk sementara kamu nginap dulu di sini ya, di belakang ada kamar tempat ART saya kalau menginap, kamu bisa tidur di situ.""Ga perlu, Kak, biar saya pulang ke kosan aja, ga enak sama istri kakak," jawab gadis itu sambil menyeka tetesan air matanya."Saya sudah bercerai, jadi kamu ga usah khawatir, nginap saja di sini, kalau mau pulang lebih baik besok saja."Ia terlihat diam menimbang memikirkan tawaranku, permasalahan yang tiada henti membuat fikiran ini kacau, tak mungkin bagiku untuk mengantarnya pulang, terlebih cuaca sedang hujan lebat."Baiklah kalau Kakak mengizinkan saya akan menginap di sini semalam."Tiba-tiba ia mendadak mual layaknya wanita lain yang sedang mengalami masa ngidam, masa itu pernah Melta lalui dan aku selalu ada di sisinya, memijat tengkuknya kadang juga menyuapi makan dengan bubur ayam
Baca selengkapnya

Bab 20.B

Napasku tertahan, kening mengerenyit dan mata yang menyipit memandang wanita yang sedang mengigil kedinginan itu, kedua jarinya bersilang di dada, sesekali tangannya menyeka tetesan air hujan yang menitik ke wajahnya.Kupandangi wanita yang sedang berdiri dengan keadaan bergetar itu, dari penampilannya ia seperti bukan gadis yang berasal dari ibu kota.Tak ada yang mewah dari cara berpakaiannya, tak ada perhiasan yang menempel di tubuhnya seperti kebanyakan wanita yang tinggal di ibu kota.Rambutnya hitam panjang, polos tanpa pewarna ataupun potongan rambut model masa kini, kuku-kukunya pun sama terlihat polos tanpa pewarna, seperti yang selalu dikenakan Melta dan anak-anak gadis Om Feri."Apa kamu serius?" tanyaku menelisik."Aku serius, Kak, i-ini."Gadis itu mengeluarkan sesuatu dari saku rok-nya, lalu memberikan padaku, sebuah benda kecil berukuran panjang, di tengah-tengahnya membentang dua garis merah."Itu tespek milik saya, Kak, saya mohon izinkan saya untuk bertemu Gian, sud
Baca selengkapnya

Bab 21.A

Mata Sandrina menatapku sendu, kutahu tatapannya itu penuh harapan, ia membutuhkan kasih sayangku, bagaimanapun juga aku telah menjadi seorang papa di hatinya selama ini, bukan Gian atau siapapun, di hatinya aku adalah sosok papa, yang akan menaunginya hingga kelak ia berpindah tangan pada pangeran impiannya.Kuukir senyum sehangat mungkin, meregangkan tangan sebagai tanda jika hati ini siap menerimanya, siap melindunginya dari badai yang menghadang.Ya, aku yang akan melindunginya dari panas dan hujan, aku pula yang akan mendidik agamanya dengan ahlak dan agama, untuk bekal kehidupannya ketika ia dewasa dan menjadi seorang istri.Dia adalah anakku tak peduli dia lahir dari benih siapa, akulah papanya dan akan tetap seperti itu selamanya, hanya saja nanti aku tak bisa menjadi wali nikahnya."Sandrina mau tinggal sama Papa?" tanyaku.Ia beringsut mendekat, gegas kuraih tubuh mungilnya lalu membawa ke dalam dekapanku."Ina mau tinggal sama Papa sama Mama," jawabnya polos.Ina adalah na
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status