All Chapters of Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu: Chapter 61 - Chapter 70

77 Chapters

61. Pengakuan

Melihat itu, para satpam menjadi sadar dari sikap terkejut mereka. Serta merta, dua satpam berlari ke arah Bu Sultan. Kedua satpam itu sama sigapnya bergerak, bermaksud meraih si perempuan tua ke dalam cekalan tangan kekar mereka kembali. Akan tetapi, sejengkal sebelum tangan-tangan terlatih itu menarik si perempuan tua dari hadapan Bu Sultan, suara berwibawa majikan para satpam itu sudah terlebih dulu memberikan titah. “Tunggu! Biarkan dia bicara.” Bu Sultan bahkan menaikkan sebelah tangan dan menunjukkan telapaknya sebagai kode bagi para satpam untuk berhenti bergerak. Sepasang tangan kedua satpam itu seketika terkulai. “Kamu Mbok Darmi, kan?” tanya Bu Sultan kaget, setelah meneliti wajah perempuan tua di hadapannya. “Nyonya masih ingat saya? Terima kasih.” Suara Mbok Darmi tertahan di tenggorokan. Antara ingin menangis karena terharu dan gro
last updateLast Updated : 2023-01-17
Read more

62. Janji Dewa

“Tapi sedari awal, hati saya sudah menolak untuk melakukan perintah Mas Dewa. Oleh karena itulah, saya selalu mengulur-ulur waktu tentang Nona.” Lily lekas-lekas menambahkan, begitu ia melihat perubahan air wajah Wati di hadapannya. “Kamu mau melakukannya karena Dewa kekasihmu?” Wati bertanya dengan suara yang lirih karena lemas mendengarkan pengakuan Lily. “Karena saya sudah menjadi milik Mas Dewa dari ujung rambut hingga ujung kaki.” Lily semakin menunduk. Wati terbelalak. “Mas Dewa berjanji menikahi saya apabila misi saya berhasil. Namun saya selalu dihinggapi perasaan ragu. Hati kecil saya selalu berontak setiap kali Mas Dewa mendesak saya untuk mencelakai Nona,” tambah Lily. “Kamu tidak takut ditinggalkan oleh Dewa?” ulik Wati penasaran. Di luar dugaan Wati, Lily menggelengkan kepalanya.
last updateLast Updated : 2023-01-17
Read more

63. Undangan

Undangan pesta kelulusan Raya dari kuliah di luar negeri. Jadi, sebentar lagi nona muda keluarga ini akan datang kembali setelah hampir seribu hari berada di luar negeri. “Baik, Nyonya. Akan saya antarkan sekarang,” tanggap Lily, tak memikirkan lebih jauh tentang tulisan di kartu undangan tersebut. “Ya. Lebih cepat lebih baik,” sahut Bu Sultan. Sementara berbicara, kepala Bu Sultan sudah kembali menunduk menekuri daftar nama undangan yang tergeletak di hadapannya di meja kerja. Tak mau mengusik nyonyanya dengan bunyi apapun, Lily undur diri dengan gerakan anggun, cepat namun tidak tergesa-gesa. Lily langsung bergerak menuju kamarnya. Ia menyimpan kartu undangan yang cukup besar tersebut ke dalam tas bahu yang selalu siap tergantung di balik pintu kamar. Setelah mencari sepatunya yang tergeletak di salah satu rak sepatu milik para karyawan rumah di luar pintu dapur, Lily bergegas mencari supir kelu
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more

64. Ayana Lestari

Sekarang Lily tak hanya mematung, tapi tangannya turut mengepal hingga ia merasakan sakit saat ujung jari jemarinya menekan telapak tangan. “Kenapa nggak? Ini rumahku dan sekarang sepi.” Suara Dewa yang amat dikenal Lily menjawab, serak karena sesuatu yang bergejolak di dalam tubuhnya. Lily tak bernapas. Entah keberanian dari mana, Lily memutuskan untuk bangkit dan mendekati pintu yang bertirai. Pelan sekali Lily bangkit dari duduk, lalu dengan sangat berhati-hati ia melangkah berjingkat menuju pintu. Tepat di balik kain penghalang, Lily berhenti. Tangannya gemetar saat menyentuh dinding di sebelah tirai yang digunakannya sebagai tumpuan. Napas Lily mulai naik turun secara cepat, seiring dengan degup jantung yang bertalu dengan irama yang tak beraturan di rongga dada. Suara-suara desah terdengar semakin keras, diiringi dengan bunyi kecupan yang menggila. Lily tak tahan lagi. Ia mengangkat tangan untuk menyiba
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more

65. Kebebasan

“Ini dia.” Lily mengulurkan kartu undangan dari Bu Sultan. Lily tersenyum saat memandang Sani sambil menyerahkan undangan. Kecamuk di benak Lily belum usai, tapi ia sudah bisa mengendalikan diri agar tak semua orang tahu kehancuran hatinya. Sani mengulurkan tangan untuk menyambut kartu undangan yang terulur. Tatkala tangan Sani berhasil meraih kartu dan Lily siap melepaskan undangan itu, Sani dan Lily saling menatap. Sorot mata mereka mengungkapkan segalanya. Sani dan Lily bertukar pemahaman bahwa mereka sama-sama tahu yang terjadi di ruang dalam. Sebuah skandal yang berada di luar jangkauan mereka sebagai pelayan. Baik Sani maupun Lily sama-sama tersenyum. Sama-sama maklum. Sama-sama tahu kewajiban mereka yaitu melupakan peristiwa itu pernah terjadi, bila tak ingin pekerjaan mereka tergantikan. “Terima kasih.” Sani berkata singkat. Lily bangkit dari duduk, lalu membenahi baju dan letak tali tas y
last updateLast Updated : 2023-01-19
Read more

66. Berita Pernikahan

Saat Shelia atau Wati menikmati kebahagiaannya di atas pelaminan, ada seseorang yang tengah termenung dan terpekur berpuluh kilometer jauhnya dari hotel berbintang tempat pesta besar-besaran keluarga Sultan berlangsung. Air langit yang mengguyur atap hotel berbintang tempat perhelatan dilangsungkan juga mengguyur atap rumah sederhana yang sudah sangat rombeng. Sesekali kilat menyambar dari dalam kelamnya awan, menerangi pondok pemulung di bawah langit temaram tanpa penerangan. Kamar yang ditempati si lelaki yang dulu pernah terluka bahkan gelap sempurna. Lelaki itu, hanya diam berbaring di kasur tanpa berniat bergerak sedikitpun untuk menyalakan lampu. Sepasang matanya menjadi satu-satunya benda yang berkilat di dalam kegelapan. Awalnya, kilat yang menyambar-nyambar membuatnya ketakutan, sampai kilasan-kilasan peristiwa berputar di dalam benaknya. Ia merasakan déjà vu. Ia pernah melihat kilatan petir semaca
last updateLast Updated : 2023-01-19
Read more

67. Just Married

Dedy melangkah keluar dari rumah pemulung yang telah menolongnya. Ia tak membawa apapun selain baju yang melekat di badan. Tak peduli dengan air hujan yang membasahi tanah dengan deras, Dedy tetap mengayun kaki menembus tirai hujan.Bibir Dedy bergetar, namun bukan karena dingin yang mengigilkan badan. Ia berkomat-kamit pelan, hanya telinganya sendiri yang mampu mendengar ucapannya.“Wati … Wati. Sekarang aku sudah ingat semuanya.” Dedy berulang kali menggumamkan kalimat itu.Sepasang mata Dedy yang beberapa jam lalu kosong, kini bersinar penuh tekad. Siapapun yang melihat mata Dedy saat ini, tentu sepakat bahwa mata itu tajam bagaikan sinar mata binatang buas yang tengah lapar.Dari koran yang dibacanya beberapa saat yang lalu, Dedy menghapalkan nama hotel tempat dilangsungkannya pernikahan Wati atau Shelia. Dedy tahu hotel itu. Ia tahu alamatnya. Ke sanalah kaki Dedy melangkah.***Pesta pernikahan Shelia dan Byzan yang sangat mewah sudah berada pada titik akhirnya. Sebagian besar t
last updateLast Updated : 2023-01-21
Read more

68. Kejutan!

Pesta pernikahan telah sepenuhnya usai. Para kerabat dan sanak saudara keluarga Sultan dan Tito pun sudah pamit undur diri lima belas menit yang lalu. Ruangan hampir sepenuhnya kosong. Hanya terlihat beberapa karyawan hotel yang membereskan kursi dan meja bekas perjamuan kebahagiaan yang baru saja selesai. “Ayah dan Ibu akan beristirahat dulu di kamar. Kalian masih ingin di sini?” tanya Bu Sultan sambil melirik ke arah Byzan dan Shelia yang asyik bercanda. Seketika, Byzan dan Shelia menghentikan canda tawa mereka. Keduanya sama-sama memandang ke arah Bu Sultan dan Pak Sultan yang terlihat kelelahan. Bu Sultan bahkan menguap lebar. “Kami juga akan ke kamar. Sebentar lagi ruangan ini pasti akan dipakai untuk acara lain,” kata Byzan kemudian. Akhirnya, mereka berempat pun keluar dari ruangan tempat terselenggaranya acara. Di depan pintu lift, mereka berpisah. Orang tua Shelia men
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

69. Hantu yang Bangkit

Shelia sangat syok, sehingga ia memandang ngeri ke arah Dedy tanpa berbuat apa-apa. Seolah-olah Shelia baru saja melihat orang mati yang bangkit dari kuburnya. Hantu. Dedy bagaikan hantu terseram di dalam pandangan mata Shelia. Dedy yang melihat Byzan terjatuh dan tak lagi bergerak, langsung mengalihkan perhatian ke arah Wati alias Shelia. Dalam satu gerakan cepat, Dedy bergerak mendekati Shelia dan mencengkeram pundak Shelia dengan kedua tangannya yang hitam. “Sekarang kamu tidak akan bisa lolos. Kamu akan jadi milikku, Cantik,” seringai Dedy dengan sorot mata mengerikan. Shelia gemetaran. Ia menatap Dedy dan melihat sorot mata tak biasa dari lelaki itu. Dedy tidak lagi mirip dengan Dedy yang dulu dikenalnya, bahkan bukan lagi Dedy ketika masih menjadi suami Rara. “Gila! Dia gila,” batin Shelia terkejut dan ketakutan. Dedy mendekatkan wajahnya ke wajah Sh
last updateLast Updated : 2023-01-29
Read more

70. Raib

“Dia bilang apa?” tanya si lelaki kepada istrinya. “Entah, suaranya terlalu pelan,” balas sang istri. “Coba Mami dekati dan tanyakan lagi. Mungkin ada hal penting,” titah suaminya. Wanita berpiyama itu mendekatkan wajah ke arah Shelia yang berwajah pucat. Ia berbisik ke telinga Shelia. “Apa ada yang mau kamu beritahukan kepada kami?” ujarnya pelan. “Byzan, Byzan …,” desis Shelia lemah. Mendengar nama yang disebut Shelia, wanita itu terus mendesak. “Siapa dia? Orang yang menyakitimu?” lanjut wanita itu. Kepala Shelia menggeleng pelan. Mendadak ia teringat akan Dedy yang menghilang tepat di belakangnya, beberapa saat yang lalu. Rasa khawatir Shelia memuncak. Ia sangat takut Dedy kembali ke pantai dan menyakiti Byzan. Pikiran itu membuat Sheli
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status