Share

62. Janji Dewa

Penulis: Hawa Hajari
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-17 20:30:06

“Tapi sedari awal, hati saya sudah menolak untuk melakukan perintah Mas Dewa. Oleh karena itulah, saya selalu mengulur-ulur waktu tentang Nona.” Lily lekas-lekas menambahkan, begitu ia melihat perubahan air wajah Wati di hadapannya.

“Kamu mau melakukannya karena Dewa kekasihmu?” Wati bertanya dengan suara yang lirih karena lemas mendengarkan pengakuan Lily.

“Karena saya sudah menjadi milik Mas Dewa dari ujung rambut hingga ujung kaki.” Lily semakin menunduk.

Wati terbelalak.

“Mas Dewa berjanji menikahi saya apabila misi saya berhasil. Namun saya selalu dihinggapi perasaan ragu. Hati kecil saya selalu berontak setiap kali Mas Dewa mendesak saya untuk mencelakai Nona,” tambah Lily.

“Kamu tidak takut ditinggalkan oleh Dewa?” ulik Wati penasaran.

Di luar dugaan Wati, Lily menggelengkan kepalanya.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu   63. Undangan

    Undangan pesta kelulusan Raya dari kuliah di luar negeri. Jadi, sebentar lagi nona muda keluarga ini akan datang kembali setelah hampir seribu hari berada di luar negeri.“Baik, Nyonya. Akan saya antarkan sekarang,” tanggap Lily, tak memikirkan lebih jauh tentang tulisan di kartu undangan tersebut.“Ya. Lebih cepat lebih baik,” sahut Bu Sultan. Sementara berbicara, kepala Bu Sultan sudah kembali menunduk menekuri daftar nama undangan yang tergeletak di hadapannya di meja kerja.Tak mau mengusik nyonyanya dengan bunyi apapun, Lily undur diri dengan gerakan anggun, cepat namun tidak tergesa-gesa. Lily langsung bergerak menuju kamarnya. Ia menyimpan kartu undangan yang cukup besar tersebut ke dalam tas bahu yang selalu siap tergantung di balik pintu kamar. Setelah mencari sepatunya yang tergeletak di salah satu rak sepatu milik para karyawan rumah di luar pintu dapur, Lily bergegas mencari supir kelu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu   64. Ayana Lestari

    Sekarang Lily tak hanya mematung, tapi tangannya turut mengepal hingga ia merasakan sakit saat ujung jari jemarinya menekan telapak tangan.“Kenapa nggak? Ini rumahku dan sekarang sepi.” Suara Dewa yang amat dikenal Lily menjawab, serak karena sesuatu yang bergejolak di dalam tubuhnya.Lily tak bernapas. Entah keberanian dari mana, Lily memutuskan untuk bangkit dan mendekati pintu yang bertirai. Pelan sekali Lily bangkit dari duduk, lalu dengan sangat berhati-hati ia melangkah berjingkat menuju pintu. Tepat di balik kain penghalang, Lily berhenti. Tangannya gemetar saat menyentuh dinding di sebelah tirai yang digunakannya sebagai tumpuan. Napas Lily mulai naik turun secara cepat, seiring dengan degup jantung yang bertalu dengan irama yang tak beraturan di rongga dada.Suara-suara desah terdengar semakin keras, diiringi dengan bunyi kecupan yang menggila. Lily tak tahan lagi. Ia mengangkat tangan untuk menyiba

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu   65. Kebebasan

    “Ini dia.” Lily mengulurkan kartu undangan dari Bu Sultan. Lily tersenyum saat memandang Sani sambil menyerahkan undangan. Kecamuk di benak Lily belum usai, tapi ia sudah bisa mengendalikan diri agar tak semua orang tahu kehancuran hatinya.Sani mengulurkan tangan untuk menyambut kartu undangan yang terulur. Tatkala tangan Sani berhasil meraih kartu dan Lily siap melepaskan undangan itu, Sani dan Lily saling menatap. Sorot mata mereka mengungkapkan segalanya. Sani dan Lily bertukar pemahaman bahwa mereka sama-sama tahu yang terjadi di ruang dalam. Sebuah skandal yang berada di luar jangkauan mereka sebagai pelayan.Baik Sani maupun Lily sama-sama tersenyum. Sama-sama maklum. Sama-sama tahu kewajiban mereka yaitu melupakan peristiwa itu pernah terjadi, bila tak ingin pekerjaan mereka tergantikan.“Terima kasih.” Sani berkata singkat. Lily bangkit dari duduk, lalu membenahi baju dan letak tali tas y

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-19
  • Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu   66. Berita Pernikahan

    Saat Shelia atau Wati menikmati kebahagiaannya di atas pelaminan, ada seseorang yang tengah termenung dan terpekur berpuluh kilometer jauhnya dari hotel berbintang tempat pesta besar-besaran keluarga Sultan berlangsung.Air langit yang mengguyur atap hotel berbintang tempat perhelatan dilangsungkan juga mengguyur atap rumah sederhana yang sudah sangat rombeng. Sesekali kilat menyambar dari dalam kelamnya awan, menerangi pondok pemulung di bawah langit temaram tanpa penerangan.Kamar yang ditempati si lelaki yang dulu pernah terluka bahkan gelap sempurna. Lelaki itu, hanya diam berbaring di kasur tanpa berniat bergerak sedikitpun untuk menyalakan lampu. Sepasang matanya menjadi satu-satunya benda yang berkilat di dalam kegelapan.Awalnya, kilat yang menyambar-nyambar membuatnya ketakutan, sampai kilasan-kilasan peristiwa berputar di dalam benaknya. Ia merasakan déjà vu. Ia pernah melihat kilatan petir semaca

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-19
  • Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu   67. Just Married

    Dedy melangkah keluar dari rumah pemulung yang telah menolongnya. Ia tak membawa apapun selain baju yang melekat di badan. Tak peduli dengan air hujan yang membasahi tanah dengan deras, Dedy tetap mengayun kaki menembus tirai hujan.Bibir Dedy bergetar, namun bukan karena dingin yang mengigilkan badan. Ia berkomat-kamit pelan, hanya telinganya sendiri yang mampu mendengar ucapannya.“Wati … Wati. Sekarang aku sudah ingat semuanya.” Dedy berulang kali menggumamkan kalimat itu.Sepasang mata Dedy yang beberapa jam lalu kosong, kini bersinar penuh tekad. Siapapun yang melihat mata Dedy saat ini, tentu sepakat bahwa mata itu tajam bagaikan sinar mata binatang buas yang tengah lapar.Dari koran yang dibacanya beberapa saat yang lalu, Dedy menghapalkan nama hotel tempat dilangsungkannya pernikahan Wati atau Shelia. Dedy tahu hotel itu. Ia tahu alamatnya. Ke sanalah kaki Dedy melangkah.***Pesta pernikahan Shelia dan Byzan yang sangat mewah sudah berada pada titik akhirnya. Sebagian besar t

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-21
  • Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu   68. Kejutan!

    Pesta pernikahan telah sepenuhnya usai. Para kerabat dan sanak saudara keluarga Sultan dan Tito pun sudah pamit undur diri lima belas menit yang lalu. Ruangan hampir sepenuhnya kosong. Hanya terlihat beberapa karyawan hotel yang membereskan kursi dan meja bekas perjamuan kebahagiaan yang baru saja selesai.“Ayah dan Ibu akan beristirahat dulu di kamar. Kalian masih ingin di sini?” tanya Bu Sultan sambil melirik ke arah Byzan dan Shelia yang asyik bercanda.Seketika, Byzan dan Shelia menghentikan canda tawa mereka. Keduanya sama-sama memandang ke arah Bu Sultan dan Pak Sultan yang terlihat kelelahan. Bu Sultan bahkan menguap lebar.“Kami juga akan ke kamar. Sebentar lagi ruangan ini pasti akan dipakai untuk acara lain,” kata Byzan kemudian.Akhirnya, mereka berempat pun keluar dari ruangan tempat terselenggaranya acara. Di depan pintu lift, mereka berpisah. Orang tua Shelia men

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-25
  • Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu   69. Hantu yang Bangkit

    Shelia sangat syok, sehingga ia memandang ngeri ke arah Dedy tanpa berbuat apa-apa. Seolah-olah Shelia baru saja melihat orang mati yang bangkit dari kuburnya. Hantu. Dedy bagaikan hantu terseram di dalam pandangan mata Shelia.Dedy yang melihat Byzan terjatuh dan tak lagi bergerak, langsung mengalihkan perhatian ke arah Wati alias Shelia. Dalam satu gerakan cepat, Dedy bergerak mendekati Shelia dan mencengkeram pundak Shelia dengan kedua tangannya yang hitam.“Sekarang kamu tidak akan bisa lolos. Kamu akan jadi milikku, Cantik,” seringai Dedy dengan sorot mata mengerikan.Shelia gemetaran. Ia menatap Dedy dan melihat sorot mata tak biasa dari lelaki itu. Dedy tidak lagi mirip dengan Dedy yang dulu dikenalnya, bahkan bukan lagi Dedy ketika masih menjadi suami Rara.“Gila! Dia gila,” batin Shelia terkejut dan ketakutan.Dedy mendekatkan wajahnya ke wajah Sh

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-29
  • Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu   70. Raib

    “Dia bilang apa?” tanya si lelaki kepada istrinya.“Entah, suaranya terlalu pelan,” balas sang istri.“Coba Mami dekati dan tanyakan lagi. Mungkin ada hal penting,” titah suaminya.Wanita berpiyama itu mendekatkan wajah ke arah Shelia yang berwajah pucat. Ia berbisik ke telinga Shelia.“Apa ada yang mau kamu beritahukan kepada kami?” ujarnya pelan.“Byzan, Byzan …,” desis Shelia lemah.Mendengar nama yang disebut Shelia, wanita itu terus mendesak.“Siapa dia? Orang yang menyakitimu?” lanjut wanita itu.Kepala Shelia menggeleng pelan. Mendadak ia teringat akan Dedy yang menghilang tepat di belakangnya, beberapa saat yang lalu. Rasa khawatir Shelia memuncak. Ia sangat takut Dedy kembali ke pantai dan menyakiti Byzan. Pikiran itu membuat Sheli

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01

Bab terbaru

  • Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu   77. Penangkapan (TAMAT)

    AKP Helmi dan polisi lainnya melangkah dengan hati-hati di sepanjang lorong sempit palka kapal yang gelap. Cahaya remang-remang dari senter yang mereka bawa menciptakan bayangan-bayangan yang menyeramkan di sekitar mereka. Suara langkah mereka bergema di dinding kapal yang berkarat, menciptakan suasana horor yang meningkatkan adrenalin.AKP Helmi memasuki palka kapal dengan hati-hati, bersama beberapa polisi lainnya. Lalu mereka melihatnya. Dedy terlihat lemah dan kesakitan, duduk di lantai palka kapal dengan tangan memegangi kepalanya yang berdarah. Tatapan mata AKP Helmi penuh dengan tekad, menunjukkan bahwa ia tidak akan membiarkan Dedy melarikan diri lagi. Polisi lainnya dengan sigap mengelilingi Dedy, siap untuk merespons apapun yang ia lakukan.“Dedy, akhirnya kami menemukanmu! Jangan bergerak atau melakukan hal bodoh!” AKP Helmi mengacungkan senjatanya. Saat AKP Helmi mendekati Dedy, wajahnya penuh dengan ketegasan.Dedy mengepalkan tangan dengan ekspresi wajah dipenuh rasa sak

  • Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu   76. Perburuan

    "Pak Byzan, bisa berikan informasi detail mengenai kepergian Dedy. Ke mana dia pergi?" ulang AKP Helmi dengan nada suara lebih tenang."Ya, Pak. Dia pergi ke arah laut. Saya yakin. Bunyi kakinya menjauh ke arah bunyi deburan ombak di kejauhan." Byzan memejamkan mata saat memberikan keterangan, seolah-olah tengah menghadirkan kembali masa-masa ia bergulat dengan Dedy."Baik, terima kasih atas informasinya. Akan segera kami kejar dia." AKP Helmi mengangguk puas, lalu berpamitan kepada Shelia dan Byzan.Setelah mendapatkan keterangan dari Byzan, AKP Helmi segera mengumpulkan anak buahnya. Ia memberi perintah, "Segera kirim patroli ke sekitar pantai dan cari tahu keberadaan target kita. Kalau menemukannya, segera tangkap kalau perlu dengan paksaan.""Siap!" Anak-anak buah AKP Helmi menjawab serempak.Regu polisi yang dipimpin oleh AKP Helmi segera bergerak setelah mendapatkan informasi bahwa Dedy pergi ke arah laut. Mereka tiba di sebuah pantai yang luas, dengan pasir putih yang halus dan

  • Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu   75. Pergumulan

    Byzan mengerang saat berusaha untuk bangun.“Saya bantu, Pak.” Salah seorang pengawal berkata. Gesit sekali ia menghampiri Byzan dan berusaha memapah. Pengawal yang lain mengikuti jejak rekannya.Byzan dipapah oleh kedua pengawal. Mereka mengangkat dan membawanya ke tempat yang lebih aman.“Lebih baik kita lapor polisi saja, Pak.” Pak Arya kembali angkat bicara. Wajahnya terlihat ketakutan dan dipenuhi dengan kecemasan.“Betul juga. Kalau Dedy kita temukan, bisa langsung diringkus oleh polisi,” sahut Shelia.Akhirnya, diambil keputusan bersama bahwa mereka tidak jadi mencari tempat Dedy terlihat terakhir kali. Mereka langsung membawa Byzan ke mobil.“Kita langsung ke rumah sakit saja, Pak,” kata Shelia kepada Pak Arya yang menjadi sopir.“Siap, Non!” jawab Pak Arya sigap.Pak Arya melajukan mobilnya dengan cukup cepat. Seolah-olah, keluarganya sendiri yang sakit dan memerlukan pertolongan secepatnya.Di dalam perjalanan menuju rumah sakit, Shelia sibuk mengabari kedua orang tuanya ten

  • Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu   74. Sosok Dalam Gua

    Shelia berlari ke arah yang belum pernah dilewatinya sebelumnya di pantai itu. Dia merasakan adrenalin memacu hatinya ketika ia menyusuri tepi pantai yang masih jarang dilalui orang. Angin pantai meniup anak rambutnya, sebagian rambut berkibar menutupi pipinya.“Tunggu, Non!” teriak Pak Arya dari belakang, tetapi Shelia tak menghiraukan seruan Pak Arya sama sekali. Kedua pengawal Shelia pun terus mengikuti Shelia tanpa kata.Akhirnya, Shelia sampai di daerah di mana pasir bergunduk-gunduk dan terdapat sebuah gua di kejauhan. Gundukan pasir itu sedikit menghalangi pandangan Shelia dari gua di kejauhan, tetapi ke sanalah Shelia menuju. Ada sebuah desakan kuat yang menyuruhnya untuk mendekati gua itu. Semacam kata hati, atau sesuatu yang memanggil-manggil dirinya untuk melangkah terus ke sana.“Jangan ke sana, Non! Biarkan kami yang ke sana lebih dulu!” teriak Pak Arya lagi.Akan tetapi, Shelia terus tidak menghiraukan Pak Arya. Shelia mendekati gua itu. Tiba-tiba, hatinya tercekat ketik

  • Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu   73. Identifikasi Mayat

    AKP Helmi mengangguk dengan penuh kemantapan. Ekspresinya datar dan perasaannya tak tertebak. Mendadak, Shelia menangis sesenggukan. Bu Sultan terkejut, lalu bergegas mendekati Shelia dan langsung memeluknya.“Jangan sedih dulu, Shelia. Belum tentu mayat itu Byzan. Bukankah kita harus mengeceknya dulu?” ujar Bu Sultan lembut, seraya mengusap-usap kepala Shelia penuh kasih sayang. Namun, tangis Shelia tak kunjung reda.“Aku takut, Bu.” Shelia berkata lirih, sambil merebahkan kepala di pundak Bu Sultan.“Kamu boleh takut, tetapi jangan memastikan dulu sebelum melihat wajah orang itu,” ucap Bu Sultan lagi. Bu Sultan masih terus mengusap-usap kepala Shelia dengan lembutnya.“Bapak dan Ibu, demi kejelasan masalah ini, bagaimana kalau kita langsung berangkat saja?” usul AKP Helmi. Ia tak mau suasana melankolis yang kurang perlu ini terjadi berlarut-larut.“Ayo kalau begitu. Lebih cepat lebih baik,” sahut Pak Sultan sambil mengangguk setuju.Pak Sultan bergerak untuk keluar rumah, diikuti ol

  • Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu   72. Tubuh di Bantaran Sungai

    Rombongan polisi yang mencari Byzan kembali pada pukul sembilan pagi. Dari raut wajah mereka yang lelah dan lesu, Shelia langsung tahu bahwa pencarian Byzan berakhir nihil.“Bagaimana, Pak?” tanya Pak Sultan tak sabaran.“Kami sudah menyisir seluruh wilayah ini, tetapi tidak ada jejak. Mungkin, Pak Byzan sudah tidak berada lagi di sini,” jawab AKP Helmi, koordinator pencarian Byzan.Shelia langsung bertukar pandang dengan kedua orang tuanya. Mereka berbagi resah dan gelisah melalui tatapan mata.“Pencarian ke wilayah di luar area ini bisa memakan waktu hingga berhari-hari. Semoga saja dalam waktu kurang dari seminggu, Pak Byzan sudah kami temukan,” kata AKP Helmi lagi.“Huft! Ibu rasa, lebih baik kita pulang dulu ke rumah,” ujar Bu Sultan dengan raut wajah letih.Meskipun hanya duduk dan menunggu tanpa aktivitas

  • Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu   71. Dikenali

    Bu Sultan tertawa. “Kamu sudah cari dia di kamar mandi?”Shelia pun sadar, bahwa ibunya mengira dirinya dan Byzan masih berada di kamar hotel. Beberapa jam yang lalu, ia dan Byzan pergi diam-diam dari hotel untuk mengejutkan semua orng pada keesokan paginya. Shelia menarik napas panjang.“Kami sudah keluar hotel, Bu. Sekarang aku ada di pantai,” aku Shelia tegas.“Sudah keluar hotel? Sepagi ini?” Bu Sultan terdengar keheranan.“Iya, Bu. Kami ….” Shelia lalu menceritakan ide Byzan untuk kabur diam-diam ke vila di tepi pantai. Termasuk kemunculan Dedy yang tiba-tiba dari balik bagasi mobil dan hantamannya kepada Byzan hingga Byzan tersungkur.Selama Shelia bercerita, Bu Sultan tak henti-hentinya menyerukan rasa terkejut dan terperanjat. Penjabaran itu Shelia akhiri dengan tangis di ujung kisah.“Sekar

  • Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu   70. Raib

    “Dia bilang apa?” tanya si lelaki kepada istrinya.“Entah, suaranya terlalu pelan,” balas sang istri.“Coba Mami dekati dan tanyakan lagi. Mungkin ada hal penting,” titah suaminya.Wanita berpiyama itu mendekatkan wajah ke arah Shelia yang berwajah pucat. Ia berbisik ke telinga Shelia.“Apa ada yang mau kamu beritahukan kepada kami?” ujarnya pelan.“Byzan, Byzan …,” desis Shelia lemah.Mendengar nama yang disebut Shelia, wanita itu terus mendesak.“Siapa dia? Orang yang menyakitimu?” lanjut wanita itu.Kepala Shelia menggeleng pelan. Mendadak ia teringat akan Dedy yang menghilang tepat di belakangnya, beberapa saat yang lalu. Rasa khawatir Shelia memuncak. Ia sangat takut Dedy kembali ke pantai dan menyakiti Byzan. Pikiran itu membuat Sheli

  • Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu   69. Hantu yang Bangkit

    Shelia sangat syok, sehingga ia memandang ngeri ke arah Dedy tanpa berbuat apa-apa. Seolah-olah Shelia baru saja melihat orang mati yang bangkit dari kuburnya. Hantu. Dedy bagaikan hantu terseram di dalam pandangan mata Shelia.Dedy yang melihat Byzan terjatuh dan tak lagi bergerak, langsung mengalihkan perhatian ke arah Wati alias Shelia. Dalam satu gerakan cepat, Dedy bergerak mendekati Shelia dan mencengkeram pundak Shelia dengan kedua tangannya yang hitam.“Sekarang kamu tidak akan bisa lolos. Kamu akan jadi milikku, Cantik,” seringai Dedy dengan sorot mata mengerikan.Shelia gemetaran. Ia menatap Dedy dan melihat sorot mata tak biasa dari lelaki itu. Dedy tidak lagi mirip dengan Dedy yang dulu dikenalnya, bahkan bukan lagi Dedy ketika masih menjadi suami Rara.“Gila! Dia gila,” batin Shelia terkejut dan ketakutan.Dedy mendekatkan wajahnya ke wajah Sh

DMCA.com Protection Status