All Chapters of Pembalasan untuk Madu yang Menjadikanku Babu: Chapter 21 - Chapter 30

77 Chapters

21. Pergi

Dedy lalu melompat ke kasur dengan penuh semangat, menemui Rara yang sudah siap menyambutnya dengan nafsu yang sama. Namun baru beberapa detik di kasur, Dedy mulai merasakan panas yang tak biasa. Semakin lama semakin terasa menyengat. Apalagi setelah Rara berkata, “Mas, kamu kok bau minyak kayu putih?” celetuk Rara seraya mengernyitkan hidung. Dedy memandang ke bawah perutnya seraya meringis kepanasan. Betul kata Rara, menguar bau minyak kayu putih yang kuat dari bawah tubuhnya. “Kamu salah ambil botol? Ceroboh!” marah Rara kesal. “Aku enggak salah ambil botol, kok. Lihat!” Dedy turun dari kasur, lalu menunjukkan botol obat oles yang tadi dipakainya kepada Rara. Rara menyambar botol obat oles itu, lalu membuka tutupnya. Bau minyak kayu putih keluar dari dalamnya. “Ada yang sudah mengganti isi botol ini dengan min
last updateLast Updated : 2022-12-28
Read more

22. Kedatangan Shelia

Rara menggelengkan kepala dengan tegas. “Aku kan yang punya toko, wajar kalau ongkang-ongkang kaki. Mas kan enggak punya modal, jadi Mas yang kerja. Lagipula dulu Mas kan juga pegawai di sini, pasti bisa membereskan barang-barang ini dengan cepat,” kilah Rara. Sambil menggerutu di dalam hati, Dedy melaksanakan perintah Rara. Mengapa sekarang dia yang dijadikan babu oleh Rara? Apes. Selama menata barang-barang ke rak, Dedy merenungi nasibnya. Mengapa hidupnya jadi tak karuan setelah Wati pergi? Musibah datang silih berganti. Sekarang malah ia diperlakukan bak kacung oleh istrinya sendiri. Ada apakah ini? Dedy tak habis mengerti. Dedy mulai berpikir bahwa Wati adalah pembawa keberuntungan baginya. Setelah Wati pergi, kesialan datang tak henti-henti. Entah bagaimana nasibnya setelah ini. Sepanjang pagi hingga siang, belum ada satu pun pembeli di toko Rara. Semua pel
last updateLast Updated : 2022-12-29
Read more

23. Kejahatan

“Gila!” Lelaki kekar itu mencengkeram pundak Dedy, lalu membalikkan badan Dedy secara paksa. Kemudian lelaki itu mendorong kuat-kuat Dedy agar kembali ke tempatnya semula. Saking kerasnya mendorong, Dedy jatuh terjerembab ke air comberan yang tergenang di tanah hingga wajahnya kotor.   Suara tawa kembali membahana. Wajah Dedy memerah karena malu dan marah. Seumur hidup baru kali inilah ia dipermalukan di depan umum seperti ini. Dedy bangkit dan melirik penuh dendam ke arah lelaki kekar yang tadi mendorongnya. Dedy kembali kepada Rara.   Rara juga tengah memandang penuh amarah kepada orang-orang yang bergerombol di depan toko seberang. Tanpa bicara lagi, Rara masuk kembali ke dalam tokonya. Dedy mengikuti dari belakang.   Tidak lama Wati atau Shelia berkunjung, ia pulang tak lama kemudian. Dengan diantarkan oleh semua pegawai di tokonya, Shelia pulang dengan mobil yang tadi mengantarnya datang.   Dari
last updateLast Updated : 2022-12-29
Read more

24. Kebakaran

Hanya berjarak tiga toko dari toko milik Wati dibakar, seorang ibu-ibu terbangun karena terbatuk-batuk. “Uhuk! Ya ampun, bau asap. Dari mana asap ini?” gumamnya seraya mengucek matanya yang masih mengantuk. Semalam, ia dan suaminya lembur untuk menghitung stok barang di tokonya. Kegiatan itu sudah biasa dilakukannya setiap menjelang akhir tahun. Akibat kemalaman, ia dan suaminya memutuskan untuk menginap di kios, alih-alih pulang ke rumah mereka seperti biasa. Ibu-ibu itu melihat ada cahaya terang dari luar kios, masuk melalui celah-celah papan penutup kios. Dengan penuh rasa ingin tahu, ia mengintip melalui sela-sela papan yang renggang. “Ya, Allah! Kebakaran!” pekik ibu-ibu itu panik. Cepat ibu-ibu itu berbalik, lalu mengguncang keras-keras tubuh suaminya. “Pak, bangun! Ada kebakaran!” teriak ibu-ibu itu, gemetaran karena
last updateLast Updated : 2022-12-30
Read more

25. Praduga

Sebuah mobil panjang berbentuk rendah tetapi sangat indah sudah menanti Wati dan Lily di depan gerbang. Warnanya cokelat dengan desain yang mewah dan glamor. Seorang lelaki berpakaian seragam tegak berdiri di dekat mobil. Belum pernah Wati melihat mobil seperti itu sebelumnya, baik di jalan raya maupun di teve yang sudah lama tak ditontonnya. “Mobilnya bagus sekali. Apakah ini milik ayahku?” tanya Wati kagum. “Mobil ini namanya Lamborghini Aventador, Nona. Salah satu dari mobil milik Nyonya. Kata Nyonya, mobil ini boleh Nona miliki,” jelas Lily lagi. “Wah, betulkah itu? Aku belum pernah menaiki mobil sebagus ini. Bahkan menyetir mobil saja aku enggak bisa,” ungkap Wati malu. Lily tersenyum maklum. Tidak ada pandangan menghina dari sorot matanya yang bening. “Tidak apa, Nona. Tuan dan Nyonya punya beberapa supir pribadi. Nona bis
last updateLast Updated : 2022-12-30
Read more

26. Kedatangan Polisi

“Kios itu sudah aku bakar. Besok pasti mereka tidak bisa lagi berjualan,” lapor Dedy kepada Rara pada saat dini hari.   “Kamu yakin kan Mas, kios itu betul-betul terbakar? Jangan sampai ada bagian yang masih selamat,” tanya Rara untuk memastikan lagi.   “Aku yakin. Keempat penjuru bangunannya sudah aku siram dengan bensin. Mustahil tidak terbakar habis,” tegas Dedy.   Rara tersenyum puas.   “Sekarang, kamu harus memberiku upah yang layak,” kata Dedy seraya menarik tubuh Rara ke dalam pelukannya.   Malam itu, ranjang di kamar Rara berderit-derit oleh ulah dua manusia di atasnya. Dinding-dinding menjadi saksi bisu pergulatan mereka. Baik Rara maupun Dedy tak punya firasat sama sekali bahwa esok hari masalah yang lebih besar sudah menghadang mereka.   ***    Pasar sangat ramai. Bukan karena banyaknya pembeli yang menyerbu pedagang, teta
last updateLast Updated : 2022-12-31
Read more

27. Bayangan di Cermin

“Memang polisi sejak dini hari tadi sudah datang ke tempat kebakaran,” kata seseorang. “Oya? tetapi pagi-pagi tadi enggak ada polisi yang datang kemari kok,” sanggah suara lain. “Mereka sudah pulang. Mereka hanya sebentar di sini, berkeliling dan memungut-mungut apa aku enggak tahu. Saat pasar mulai ramai, mereka pergi,” jelas suara pertama. Rara semakin ciut mendengar obrolan itu. Ia melirik ke arah sumber suara, ternyata pedagang yang tadi mengobrol tengah menatap dirinya. Rara mempercepat langkah, agar tak lagi menjadi tontonan gratis seluruh warga pasar. Berdua dengan Pak Polisi, Rara melaju pulang ke rumahnya dengan sepeda motor milik Pak Polisi. Rara turun di depan rumah. Ia bergegas menarik gagang pintu, tetapi ternyata pintu terkunci. “Sepertinya suami saya belum pulang, Pak. Lihat, pintu rumah saya masih terku
last updateLast Updated : 2022-12-31
Read more

28. Panggilan

“Sudah jangan manja, Mas. Toh ini hanya sementara. Nanti kalau keadaan sudah aman, kita cari pembantu saja,” ujar Rara. “Ini semua gara-gara Wati kabur. Rumah jadi berantakan begini. Semua urusan enggak beres. Kok dia enggak balik-balik, ya,” keluh Dedy. Rara mencebikkan bibir. “Kalau dia enggak balik lagi, mungkin dia sudah mati di jalanan. enggak punya uang, keterampilan, dan keluarga. Paling baik juga dia berakhir jadi PSK,” cetus Rara kesal. Ia tak suka Dedy masih mengungkit-ungkit Wati di depan dirinya. “Sudah, aku hampir terlambat ini. Aku tinggal dulu, Mas,” Rara menyudahi. “Lha, terus aku sarapan apa pagi ini? Tolong belikan aku bubur ayam gitu, Sayang,” rayu Dedy lagi. “Wah, aku enggak sempat. Makan mi saja dulu,” ulang Rara lagi, lalu ia menyandang tas b
last updateLast Updated : 2022-12-31
Read more

29. Toko Buka Kembali

Wati atau Sheila turun dari mobil. Blus yang dikenakannya terbuat dari satin yang mahal, bahkan ia juga mengenakan topi lebar dan kacamata hitam untuk menutupi wajah dari sinar matahari sore yang menyorot kuat. Di belakangnya, mengekor si lelaki kekar dan perempuan pegawainya yang biasa ada di toko.   Rara menyipitkan mata, lalu mengamati cara berjalan si pemilik toko baik-baik. Apabila diperhatikan lagi, cara sosok itu bergerak memang mirip Wati, seperti yang dikatakan oleh Dedy. Apalagi saat perempuan berpenampilan mewah itu membuka kacamata hitam yang dikenakannya, wajahnya memang agak mirip Wati. tetapi tidak mungkin hal itu terjadi. Rara menepis dugaan yang sempat muncul di benaknya.   Wati membiarkan Samir dan Ana yang berbicara dengan para tukang dan membayar upah mereka. Ia sendiri hanya diam sambil melihat-lihat hasil kerja tukang sewaannya. Hasil pekerjaan mereka lumayan untuk proyek sehari jadi.   Tengah
last updateLast Updated : 2023-01-01
Read more

30. Dikejar

“Mana mungkin aku keceplosan bicara. Tentang rahasia kita, tidak akan ketahuan siapa pun kecuali ada yang buka mulut diantara kita. Pastinya aku enggak akan mengaku apa-apa meskipun dipaksa,” sanggah Dedy dengan suara seperti orang yang menggeram. Ia tak terima dikatakan bisa keceplosan bicara oleh Rara.   “Jangan marah, Mas. Sekarang bukan waktunya kita bertengkar. Bagaimana kalau kita ke kamar saja?” Rara mendekati Dedy dengan tatapan merayu.   Dedy luluh. Ia meraih Rara ke dalam dekapannya.   “Ya, sekarang bukan saatnya ribut. Lebih baik kita bermesraan sebelum kita berjauhan.”   ***   Suara lolongan anjing di kejauhan membuat Rara membuka matanya yang terpejam. Sesaat Rara bingung karena ia barusan saja bermimpi makan enak dan banyak di rumah besar. Setelah beberapa detik, barulah ia sadar bahwa itu semua hanya mimpi.   Bunyi perutnya yang lapar membuat R
last updateLast Updated : 2023-01-01
Read more
PREV
1234568
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status