Semua Bab Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan: Bab 241 - Bab 250

525 Bab

S2| 32. Berlian Langka

Otot wajah Melanie mengendur. Bola matanya diam-diam mengikuti arah gerak Frank menuju meja kerja. "Aku bahkan menyiapkan ini untuk Mama. Hanya saja, aku menunggu waktu yang tepat untuk memberikannya, berharap momen itu bisa menjadi titik balik kita." Dengan wajah sendu, Frank mengeluarkan sebuah kotak dan membawanya ke hadapan Melanie. "Kupikir hubungan kita bisa membaik saat aku menyerahkan hadiah ini. Tapi sepertinya, aku salah. Aku malah jadi semakin sadar bahwa Mama hanya menginginkan uang dariku, bukan kedekatan." Melanie bergeming sejenak. Matanya bergetar menatap kain beludru merah yang membungkus kotak di tangan sang putra. "Apakah itu untuk Mama?" Frank mengangguk. Namun, Melanie mendengus tak percaya. "Itu pasti bukan untuk Mama. Kau memberinya demi mengubah keadaan. Kau mau Mama merasa bersalah karena menuntut keadilan?" Sekali lagi, Frank mengembuskan napas panjang. "Terserah Mama mau mengambilnya atau tidak. Yang pasti, aku sudah mengutarakan perasaanku yang se
Baca selengkapnya

S2| 33. Pamer

"Kau sekarang jadi asisten rumah tangga?" ledek seorang penonton diiringi emoticon tertawa.  "Lihatlah kamarnya! Tampak seperti kamar pembantu!" Yang lain menimpali dengan emoticon terbahak. Barbara nyaris berubah manyun. "Kalian tidak tahu seberapa pentingnya pekerjaan itu? Dengar! Rumah ini berbeda dengan rumah orang kaya pada umumnya. Luasnya saja setara dengan sepuluh lapangan bola." Beberapa orang kompak bertanya, "Benarkah?"  Barbara menyentak alis. "Kalau tidak, bagaimana mungkin bisa ada dua kolam renang, gym, salon and spa, bahkan rumah kaca berisi kebun bunga? Itu pun masih banyak lahan yang bisa dimanfaatkan di sini. Aku sedang berpikir bagaimana harus mengelolanya." Tiba-tiba, Hailey mengirim permintaan untuk ikut live. Tanpa ragu-ragu, Barbara menerimanya. Seorang gadis berambut pirang kini muncul di layar. "Hai, girl! Terima kasih sudah menerima permintaan live-ku. Aku yakin teman-teman lain juga penasaran dan i
Baca selengkapnya

S2| 34. Pura-Pura Kaya

"Kau ... apakah kau membuntutiku?" Barbara membelalakkan matanya. Philip berjalan menghampiri. "Aku sudah di sini sejak tadi. Bagaimana mungkin aku membuntutimu?" Saat pria itu berhenti di hadapannya, Barbara tanpa sadar menggenggam ponselnya lebih erat. "Apa yang kau sembunyikan itu?" Mata Philip menyipit. Barbara mengerucutkan bibir. "Ini bukan urusanmu." "Kau sedang live streaming? Kau menunjukkan isi mansion ini kepada orang-orang?" Barbara buru-buru menekan tombol home. "Tidak." Dengan satu gerakan cepat, Philip merebut ponsel Barbara. Alisnya berkerut saat mendapati layarnya. "Lihat? Tidak ada apa-apa, kan?" sambar Barbara. Dengan raut tegas, Philip mengangkat ponsel itu di samping wajahnya. "Apa kau sadar kalau informasi yang kau bocorkan tadi bisa dimanfaatkan oleh penjahat?" Barbara mencebik. "Aku tidak membocorkan apa-apa." "Kalau kau menyiarkan situasi detail tentang mansion ini, orang-orang bisa saja menemukan celah untuk masuk. Itu bisa mengancam keamanan."
Baca selengkapnya

S2| 35. Kemarahan Emily

"Apa yang Bibi lakukan di ruang kerjaku?" selidik Emily, galak. Barbara membeku. Bola matanya bergerak-gerak mengamati keponakannya dan siaran yang masih berlangsung. Saat akal sehatnya cair, ia cepat-cepat berbicara kepada yang lain. "Girls, maaf sekali. Keponakanku datang berkunjung. Nanti kita sambung lagi. Bye." "Barbara, tunggu. Siapa gadis kecil itu? Dia bilang kau masuk ke ruang kerjanya?" Tanpa menimpali Hailey ataupun komentar-komentar yang bergulir cepat, Barbara mengakhiri siaran dan menurunkan ponselnya. "Kenapa Bibi bilang kalau gaun itu adalah rancangan Bibi? Bibi mau mencuri karyaku?" oceh Emily sambil mengentakkan kaki. Barbara tanpa sadar tersentak seolah-olah jantungnya terinjak. "Kapan aku bilang begitu? Kau pasti salah dengar." Emily mendengus. "Sekarang juga, Bibi luruskan semuanya! Katakan kepada follower Bibi kalau sebenarnya gaun itu adalah hasil karyaku." Barbara mendesah canggung. Kedipan matanya tak terkontrol. "Kenapa kau jadi meracau begini? Sudah
Baca selengkapnya

S2| 36. Tamparan yang Menyakitkan

Kara pun mengusap pipi gembul Emily, membantu sang putri mengeringkan wajah. "Bibi butuh waktu untuk menyendiri. Hatinya sekarang sedang kacau. Tapi nanti, dia pasti bisa tersenyum lagi." Emily mengembuskan napas panjang. Setelah turun dari gendongan Kara, ia menatap Philip. "Terima kasih banyak, Philip. Kalau bukan karenamu, kita tidak akan tahu Bibi berniat mencuri karyaku." Philip mengangguk. "Sebenarnya, itu hanya kebetulan. Aku melihat dia melakukan live streaming. Jadi, aku diam-diam menontonnya. Semoga saja dari insiden ini, dia bisa belajar dan sadar." Louis mengangguk setuju. "Bibi sangat terpukul. Dia pasti kapok. Tapi Emily, aktingmu tadi benar-benar keren." Sementara Louis mengacungkan jempol, Emily mengerucutkan bibir. "Itu bukan akting. Aku memang kesal kepada Bibi. Coba kalau yang dicuri adalah desain gedung atau mobil punyamu, kamu juga pasti kesal." “Ya, kalau aku berada di posisimu dan Barbara bukan bibi kita, aku pasti sudah melaporkannya ke polisi.” Louis men
Baca selengkapnya

S2| 37. Mengurung Diri

"Mama menamparku?" Suara Barbara lirih. Melanie menganga dan mendesah tak percaya. Ia melihat tangannya sendiri, lalu menggeleng cepat. "Maaf, Sayang. Mama tidak bermaksud menyakitimu." Barbara tertawa pedih. Sambil melangkah mundur, ia bergumam, "Aku benci Mama." Sedetik kemudian, ia berlari ke kamar. Melanie mendadak linglung. Kata-kata Barbara terus terngiang dalam benaknya. Ketika sadar, ia memekik kesal. "Aaargh! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa jadi kacau begini?" Dengan napas yang bergemuruh, ia memeriksa akun Barbara. Begitu menemukan beragam hujatan, rahangnya berdenyut-denyut hebat. "Kurang ajar! Beraninya mereka menyerang putriku begini!" Dengan mata yang merah membara, Melanie menggeram. "Ini pasti ulah Frank dan bocah setan itu! Mereka menempatkan Barbara dalam posisi sulit. Tega sekali mereka." Sambil terpejam, Melanie berusaha menurunkan tekanan darahnya. Namun, pusingnya tak kunjung mereda. Ia terpaksa kembali ke kamar dan beristirahat. Ia tidak akan bisa
Baca selengkapnya

S2| 38. Berhenti Meledekku

"Aku berkata jujur. Tidak mudah untuk mengakui kesalahan seperti yang kau lakukan itu, apalagi kau melakukan itu demi ibumu." Barbara kembali termenung. Tatapannya menerawang dan napasnya berubah berat. Ia tidak lagi sadar kalau Philip mengamatinya dengan saksama. "Sejak awal aku mengenalmu, kupikir kau adalah gadis egois dan manja yang tak punya sisi terang. Ternyata, aku salah." Philip menyentak alis. Nada bicaranya turun, menimbulkan getaran dalam hati Barbara. "Kau punya. Tidak semua orang berani menghadapi masalah sepertimu. Dan semua perubahan diawali dengan kesadaran. Jadi, selamat! Kau sudah maju selangkah." Barbara menarik napas dalam-dalam. Ia bisa merasakan kecanggungan merambat dalam pembuluh darahnya. "Kubilang berhenti meledekku," gumamnya samar. “Aku tidak meledekmu. Aku berkata jujur.” Barbara melirik sekilas. Mendapati tatapan lembut Philip, pipinya memanas. Saat itu pula, Philip memiringkan kepala. Matanya menyipit jail. "Omong-omong, apakah kau baru dari sa
Baca selengkapnya

S2| 39. Jangan Galak-Galak

Emily mulai mencebik. Perlahan-lahan, ia merapat kepada Louis. "Sebenarnya, aku tidak benar-benar berpikir Bibi jahat. Bibi hanya tersesat. Aku melakukan itu supaya Bibi sadar dan kembali ke jalan yang benar," ujarnya pelan. Louis mengangguk. "Emily benar. Bibi sesungguhnya tidak jahat, hanya tersesat. Karena itu, tolong berhentilah galak-galak kepada kami, Bi." Barbara tertawa tipis. "Tersesat?" Ia merasa geli. "Memangnya aku mau pergi ke mana?" Louis berkedip lugu. "Mama dan Papa bilang setiap orang harus mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya. Bibi punya kemampuan, tapi Bibi malah menyalahgunakannya. Karena itulah, Bibi tersesat. Kalau Bibi berada di jalan yang benar, orang-orang pasti berhenti menyerang Bibi." Emily tiba-tiba terbelalak. Ia mengguncang lengan saudaranya. "Louis, itu dia jawabannya. Kita bisa menghentikan haters itu dengan menunjukkan kalau Bibi benar-benar menyesal dan sudah berubah." Barbara tertegun. Celotehan si Kembar memberinya tampa
Baca selengkapnya

S2| 40. Barbara yang Baru

"Kenapa kamu memandangku seperti itu? Apakah rambutku aneh?" gerutu Barbara. Philip berkedip-kedip. "Tidak. Aku hanya senang kau mengubah penampilanmu. Rambut pink kemarin sebetulnya agak mengganggu." Barbara mengerutkan alis. Setelah mendesah cepat, ia menyodorkan tangan. "Mana materiku?" "Materi?" Philip malah menaikkan alis. Selang beberapa kedipan, ia meruncingkan telunjuknya di samping kepala. "Oh, materi. Tunggu sebentar." Philip menarik laci di samping Emily, mengambil sebuah map. "Ini." Ia menyodorkannya ke tangan Barbara. "Apa yang kau pikirkan sejak tadi?" gerutu Barbara, seolah tak mengenal kata terima kasih. "Emily, bukankah asistenmu layak ditegur? Dia tidak fokus hari ini." Emily mengernyit dan menggaruk-garuk pipi. "Ya, Philip tidak biasanya seperti ini. Apakah kamu sakit?" Philip terbelalak. "Tidak," gelengnya cepat. "Lalu kenapa kamu seperti orang linglung?" Emily memiringkan kepala, seakan bisa menemukan jawaban kalau ia mengamati Philip dari sudut pandang y
Baca selengkapnya

S2| 41. Keluarga yang Hangat

"Tidak. Justru kalau Bibi mempromosikannya, Bibi menunjukkan kalau gaun itu sudah bukan masalah lagi. Bibi malah bisa menjadikan kesalahan kemarin sebagai senjata." Alis Barbara turun. "Senjata?" Emily mengangguk cepat. "Ya, Bibi bisa bilang Bibi melakukan itu karena gaunnya terlalu indah." "Kurasa itu bukan ide yang bagus," gumam Barbara pelan. Emily mengangkat bahu. "Kalau begitu, terserah Bibi mau bilang apa. Yang penting, Bibi harus mempromosikannya." Menyimak diskusi dua perempuan itu, Philip diam-diam tersenyum. Ia seperti melihat sesuatu yang sangat indah dalam diri Barbara. Sore harinya, Louis masuk ke ruang kerja Emily sambil merentangkan tangan. "Woohoo! Waktunya pulang!" Namun, melihat Emily dan Barbara sedang asyik melihat sesuatu di ponsel, ia terbelalak. "Apa yang sedang kalian lihat?" “Ada kemajuan di akun Bibi, Louis.” Emily mengibaskan tangan. “Kemarilah! Kamu harus lihat. Follower Bibi bertambah lagi. Dan postingan baru Bibi mendapat banyak komentar positi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2324252627
...
53
DMCA.com Protection Status