Semua Bab Suamiku Menghilang Setiap Malam: Bab 51 - Bab 60

68 Bab

Season 2 (Bayi Setan 9)

Season 2 (Bayi Setan)Part 9 : Kebohongan “Nak, kamu kok nggak tidur sih?” Kuraih Baby Vallen ke dalam gendongan, dengan bulu kuduk yang masih tetap merinding. Aura di kamar ini juga terasa aneh, aku berusaha untuk menepis rasa takut dengan jantung yang berdebar-debar.Mata Baby Vallen masih saja menghadap ke atas dan tak menghiraukan aku yang mengajaknya mengobrol. Dia tersenyum dan tertawa sendiri, seolah ada makhluk tak kasat mata yang sedang mengajaknya berinteraksi.“Vallen, matamu jangan lihat ke atas melulu!” Kuusap wajah mungil itu dan berharap ia tak memperhatikan ke atas lagi.Suara gongongan anjing di luaran sana masih saja terdengar sahut-menyahut, aroma bau bunga melati juga semakin pekat. Dan anehnya, suasana di kamar ini terasa panas walau kipas angin sudah mengarah kepadaku. Apa yang harus kuperbuat sekarang? Otak ini jadi buntu untuk berpikir jernih.Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya kuraih ponsel dan menyetel bacaan ayat kursi. Raut wajah ceria Baby Vallen la
Baca selengkapnya

Season 2 (Bayi Setan 10)

Season 2 (Bayi Setan 10)Part 10 : Ke Mana Perginya Baby Vallen?Aku segera masuk ke dalam rumah saat terdengar suara tangisan dari Baby Vallen, bersamaan dengan itu terlihat Bang Vidan datang dengan motornya. Dia membuka sendiri pagar lalu memasukkan motornya ke garasi.Saat tiba di kamar, segera kugendong Baby Vallen dan membawanya untuk menyambut Bang Vidan di depan pintu.“Assalammualaikum,” ucap Bang Vidan dengan wajah yang letih.“Waalaikumsalam. Kok baru pulang, Bang?” Aku mengekor di belakangnya.“Iya, teman ganti shif lagi ada urusan keluar, terpaksa deh Abang nunggu teman yang lain lagi buat gantiin dia,” jawab Bang Vidan dengan sambil meraih handuk di kamar, lalu melangkah menuju dapur.“Oh gitu.” Aku mengerucutkan bibir.“Dek, bikinkan makanan, Abang lapar,” ujarnya lagi sambil berlalu masuk ke dalam mandi.Kubaringkan Baby Vallen ke kasur depan televisi dan memberinya mainan, lalu melangkah menuju dapur untuk memasak.***“Anak-anak sudah dalam perjalanan, siang nanti aka
Baca selengkapnya

Season 2 (Bayi Setan 11)

Season 2 (Bayi Setan 11) Part 11 Dengan napas yang masih memburu, aku segera berlari mendekati kerumunan warga lalu menyela di antara mereka untuk melihat siapa yang sedang di keliling orang-orang di jalan itu. “Bang Vidan! Baby Vallen!” teriakku tak sabar dengan panik luar biasa, tak bisa kubayangkan jika dua orang paling penting dalam hidupku sampai kenapa-kenapa. Orang-orang yang sedang berada di sana, sontak menatap aneh kepadaku. “Beri jalan! Beri jalan!” Seorang pria membawa sesorang bayi keluar dari kerumunan, dan terlihatlah dua orang sedang terluka, pria dan wanita.Segera kutatap bayi di tangan sang pria, dia bukan Baby Vallen. “Kenapa, Mbak Vinna? Kamu kenal dengan dua korban ini?” tanya Pak RT yang sedang membangunkan motor yang terlihat rusak parah. Aku mengggeleng, dengan sambil menghembuskan napas lega lalu membalikkan badan untuk kembali ke rumah. Syukurlah yang kecelakaan itu bukan suami dan bayiku. Bang Vidan, Baby Vallen, kalian ke mana? Aku celingukan di dep
Baca selengkapnya

Season 2 (Bayi Setan 12)

Season 2 (Bayi Setan 12)Part 12“Kamu tak perlu mempertanyakan dapat dari mana, Vita, yang jelas dia adikmu dan mulai dari sekarang ... kamu harus menyayanginya, seperti kamu menyayangi Vito, adikmu juga!” ujarku.“Iya, Ma.” Vita terlihat meringis dengan sambil menggaruk kepalanya.“Ayo kita nyantai di ruang tengah! Kamu tolong bawain kasurnya Vallen!” ujarku lagi sambil beranjak dari tempat tidur.Vita mengekor di belakang, kami menuju ruang tengah, di mana ada Vito, Vira dan Bang Vidan yang sedang mengobrol dengan sambil menonton televisi.“Bayi siapa ini, Mbak? Perasaan anak-anak nggak ada cerita kalau Mamanya baru habis melahirkan deh .... “ Vira, adik iparku itu tersenyum ke arahku yang kini duduk di dekatnya dengan membawa Baby Vallen.“Kenalkan Vira, dia Baby Vallen, adiknya Vita dan Vito. Dia lucu ‘kan?” Aku membaringkan Baby Vallen di kasurnya yang dibawakan Vita tadi.“Oh ... emang kapan Mbak Vinna hamilnya? Perasaan waktu dua bulan lalu aku ke sini, Mbak nggak hamil kok.”
Baca selengkapnya

Season 2 (Bayi Setan 13)

Season 2 (Bayi Setan 13)Part 13Bang Vidan kembali ke kamar dengan tampang masam, apalagi saat melihatku yang sedang bermain bersama Baby Vallen.“Dek, bayimu ini bukan manusia!” ujar Bang Vidan.“Bang, jangan mulai deh!” jawabku sinis.“Vira benaran melihat bayimu itu ada di kamarnya, matanya menyala tajam dengan sambil membuka baju adikku dan saat ia berteriak, bayimu itu langsung berlari menembus dinding. Coba pikirkan dengan akal sehat, adakah bayi manusia yang bisa menembus dinding?” Bang Vidan menautkan alisnya.“Lalu, maunya kamu aku harus melakukan apa pada bayi ini?” Emosi ini mulai terpancing akan perkataan pria di hadapanku.“Kita bawa dia ke Ustazd, biar diruqyah!” jawab Bang Vidan.“Ngggak akan, aku tak mau bayi ini dibawa ke mana-mana? Biarkan aku mengurus bayi ini, Bang!” Aku mulai terisak, air mata mulai berjatuhan.“Vinna, bayi ini aneh! Coba buka mata hatimu, jangan melihat kelucuannya saja!” ujar Bang Vidan lagi.Aku hanya tertunduk dan menyadari semua ucapan suami
Baca selengkapnya

Season 2 (Bayi Setan 14)

Season 2 (Bayi Setan 14)Part 14 : Tersesat “Aduh, Dek, jalannya ditutup soalnya ada perbaikan,” ujar Bang Vidan sambil menghentikan motornya di depan pintu masuk gerbang kampung kami.“Duh, kok Abang lewat sini sih? Kenapa nggak lewat jalan yang pas kita pergai tadi?” Aku mulai mengomel.“Pikir Abang lewat sini biar cepat sampai, ya udah kita akan putar arah dan memotong jalan dari kampung sebelah saja.” Bang Vidan membelokkan motornya dan putar arah.Bang Vidan mulai memasuki jalan kampung sebelah dan akan memotong jalan di persimpangan untuk sampai ke kampung kami sebab kalau putar jalan yang pas pergi, akan lebih jauh lagi.Rasanya sudah lama kami berkendara, tapi tak juga sampai di persimpangan jalan yang memisahkan antara dua kampung. Tiba-tiba, bau busuk menyeruak indra penciuman.“Bang, kamu mencium bau busuk gak?” Aku semakin mengeratkan pegangan di pinggang Bang Vidan.“Iya, Dek, Abang juga menciumnya. Kamu pegangan dan ikutan baca doa, ya!” jawab Bang Vidan sambil menambah
Baca selengkapnya

Season 2 (Bayi Setan 15)

Season 2 (Bayi Setan 15)Part 15“Bang, Baby Vallen hilang!” teriakku panik dengan napas yang terasa memburu cepat.“Ada apa, Vinna?” Bang Vidan menghampiriku dengan tergopoh-gopoh, handuk terlihat masih melilit di pinggangnya.“Baby Vallen nggak ada, Bang, dia hilang. Gimana ini, Bang?” Air mataku langsung luruh tak tertahan.Bang Vidan mengedarkan pandangannya ke sekitar kamar lalu menghela napas panjang.“Abang mau pakai baju dulu,” ujarnya kemudian sambil melangkah menuju lemari pakaian.“Bang, mungkin ... Baby Vallen tertinggal saat kita jatuh tadi. Gimana ini, Bang? Ayo, kita susulin dia!” Kutarik tangan Bang Vidan yang baru selesai berpakaian.“Vinna, emang kamu nggak sadar apa ... sejak kapan bayimu itu menghilang?” tanya Bang Vidan sambil melepaskan cengkaman tanganku lalu meraih sisir dan menyisir rambutnya.“Aku lupa, Bang, perasaan dia ada di gendonganku tapi karena rasa takut di jalanan ... aku jadi melupakan dia. Kayaknya dia terjatuh di dekat kuburan itu, ayo bang kita
Baca selengkapnya

Season 2 (Bayi Setan 16)

Season 2 (Bayi Setan 16)Part 16Setelah mandi, aku segera berpakaian untuk segera mencari Baby Vallen da mengacuhkan ajakan Bang Vidan untuk sholat subuh dengannya.Aku melangkah menuju pintu depan dan membukanya, sebuah pemandangan yang menyejukkan mata tampak di sini, Baby Vallen terbaring di depan pintu. Ya tuhan, siapa yang mengantarnya ke sini? Apa dia merangkak sendiri atau bagaimana? Kulihat pagar rumah masih tertutup rapat lengkap dengan gemboknya, lalu bagaimana orang yang mengantar bayiku ini bisa masuk?“Bang, Baby Vallen sudah kembali!” teriakku senang dengan sambil meraih bayi mungil itu ke dalam gendonganku.“Bang, cepatan ke sini! Lihat ini siapa yang datang?” teriakku lagi dengan suasana hati yang kembali senang.Hoek, Baby Vallen bau sekali, dia bau bangkai. Aku menahan napas agar tak muntah di hadapannya.“Ada apa, Vinna, teriak-teriak?”“Ada apa sih, Ma, dari tadi malam sampai subuh ini masih teriak-teriak aja?”“Iya, ada apa, Ma? Vito masih ngantuk, tapi kalian be
Baca selengkapnya

Season 2 (Bayi Setan 17)

Season 2 (Bayi Setan 17) Part 17 “Dek, bikinkan minuman untuk tamu kita.” Suara Bang Vidan mengejutkanku yang sedang melamun di dapur. “Eh, iya, Bang, tunggu sebentar,” jawabku. “Oh iya, ngapain Abang bawa Pak Ustaz ke rumah kita?” “Nggak kenapa-kenapa, Cuma silahturahmi saja. Dia itu kenalan Abang. Nanti minumannya langsung antar ke depan, ya, Dek!” jawab Bang Vidan sambil berlalu dari hadapanku. Aku mengangguk seraya menggigit bibir, perasaan jadi tak tenang sekarang. Entah kenapa juga, aku jadi gelisah. Sepertinya akan ada sesuatu yang terjadi, tapi apa? Aku langsung teringat akan Baby Vallen yang kutinggal sendirian di kamar, tapi aku harus mengantar minuman untuk Bang Vidan dulu, baru aku menemui bayi kesayanganku itu. Dengan menghembuskan napas bimbang, kubawa dua gelas teh hangat menuju ruang tamu, di mana suamiku sedang berbincang-bincang dengan pria paruh baya yang berpakaian serba putih itu. Entah apa tujuan Bang Vidan membawa ustaz itu ke sini, aku tak mau mereka meny
Baca selengkapnya

Season 2 (Bayi Setan 18)

Season 2 (Bayi Setan 18)Bab 18“Vito, malam ini kamu temani Mamamu, tidur di sini saja, ini udah Papa bentangin kasur di bawah. Papa harus kerja, kalau ada apa-apa, segera telepon Papa.” Bang Vidan membentangkan kasur untuk Vito dan menyuruhnya tidur di kamar kami.“Bang, Vito bisa tetap tidur di kamarnya kok, aku nggak apa-apa tidur berdua saja dengan Baby Vallen,” ujarku saat melihat tampang manyun Vito yang langsung berbaring di kasurnya dengan pandangan tak lepas dari ponsel ditangannya.“Nggak apa-apa, Vito akan tetap tidur di kamar ini untuk menemani kamu. Ya sudah, Abang berangkat kerja dulu.” Bang Vidan meraih jaketnya di belakang pintu kamar lalu melangkah keluar.Aku mengekor di belakang Bang Vidan untuk mengantarnya ke depan pintu.“Abang berangkat dulu, Dek, assalammualaikum.” Bang Vidan mengulurkan tanganya kepadaku.Aku langsung salim kepadanya dan tersenyum tipis.“Waalaikumsalam. Hati-hati, Bang,” jawabku.Bang Vidan naik ke motornya dan keluar dari perkarangan rumah.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status