Season 2 (Bayi Setan 12)Part 12“Kamu tak perlu mempertanyakan dapat dari mana, Vita, yang jelas dia adikmu dan mulai dari sekarang ... kamu harus menyayanginya, seperti kamu menyayangi Vito, adikmu juga!” ujarku.“Iya, Ma.” Vita terlihat meringis dengan sambil menggaruk kepalanya.“Ayo kita nyantai di ruang tengah! Kamu tolong bawain kasurnya Vallen!” ujarku lagi sambil beranjak dari tempat tidur.Vita mengekor di belakang, kami menuju ruang tengah, di mana ada Vito, Vira dan Bang Vidan yang sedang mengobrol dengan sambil menonton televisi.“Bayi siapa ini, Mbak? Perasaan anak-anak nggak ada cerita kalau Mamanya baru habis melahirkan deh .... “ Vira, adik iparku itu tersenyum ke arahku yang kini duduk di dekatnya dengan membawa Baby Vallen.“Kenalkan Vira, dia Baby Vallen, adiknya Vita dan Vito. Dia lucu ‘kan?” Aku membaringkan Baby Vallen di kasurnya yang dibawakan Vita tadi.“Oh ... emang kapan Mbak Vinna hamilnya? Perasaan waktu dua bulan lalu aku ke sini, Mbak nggak hamil kok.”
Season 2 (Bayi Setan 13)Part 13Bang Vidan kembali ke kamar dengan tampang masam, apalagi saat melihatku yang sedang bermain bersama Baby Vallen.“Dek, bayimu ini bukan manusia!” ujar Bang Vidan.“Bang, jangan mulai deh!” jawabku sinis.“Vira benaran melihat bayimu itu ada di kamarnya, matanya menyala tajam dengan sambil membuka baju adikku dan saat ia berteriak, bayimu itu langsung berlari menembus dinding. Coba pikirkan dengan akal sehat, adakah bayi manusia yang bisa menembus dinding?” Bang Vidan menautkan alisnya.“Lalu, maunya kamu aku harus melakukan apa pada bayi ini?” Emosi ini mulai terpancing akan perkataan pria di hadapanku.“Kita bawa dia ke Ustazd, biar diruqyah!” jawab Bang Vidan.“Ngggak akan, aku tak mau bayi ini dibawa ke mana-mana? Biarkan aku mengurus bayi ini, Bang!” Aku mulai terisak, air mata mulai berjatuhan.“Vinna, bayi ini aneh! Coba buka mata hatimu, jangan melihat kelucuannya saja!” ujar Bang Vidan lagi.Aku hanya tertunduk dan menyadari semua ucapan suami
Season 2 (Bayi Setan 14)Part 14 : Tersesat “Aduh, Dek, jalannya ditutup soalnya ada perbaikan,” ujar Bang Vidan sambil menghentikan motornya di depan pintu masuk gerbang kampung kami.“Duh, kok Abang lewat sini sih? Kenapa nggak lewat jalan yang pas kita pergai tadi?” Aku mulai mengomel.“Pikir Abang lewat sini biar cepat sampai, ya udah kita akan putar arah dan memotong jalan dari kampung sebelah saja.” Bang Vidan membelokkan motornya dan putar arah.Bang Vidan mulai memasuki jalan kampung sebelah dan akan memotong jalan di persimpangan untuk sampai ke kampung kami sebab kalau putar jalan yang pas pergi, akan lebih jauh lagi.Rasanya sudah lama kami berkendara, tapi tak juga sampai di persimpangan jalan yang memisahkan antara dua kampung. Tiba-tiba, bau busuk menyeruak indra penciuman.“Bang, kamu mencium bau busuk gak?” Aku semakin mengeratkan pegangan di pinggang Bang Vidan.“Iya, Dek, Abang juga menciumnya. Kamu pegangan dan ikutan baca doa, ya!” jawab Bang Vidan sambil menambah
Season 2 (Bayi Setan 15)Part 15“Bang, Baby Vallen hilang!” teriakku panik dengan napas yang terasa memburu cepat.“Ada apa, Vinna?” Bang Vidan menghampiriku dengan tergopoh-gopoh, handuk terlihat masih melilit di pinggangnya.“Baby Vallen nggak ada, Bang, dia hilang. Gimana ini, Bang?” Air mataku langsung luruh tak tertahan.Bang Vidan mengedarkan pandangannya ke sekitar kamar lalu menghela napas panjang.“Abang mau pakai baju dulu,” ujarnya kemudian sambil melangkah menuju lemari pakaian.“Bang, mungkin ... Baby Vallen tertinggal saat kita jatuh tadi. Gimana ini, Bang? Ayo, kita susulin dia!” Kutarik tangan Bang Vidan yang baru selesai berpakaian.“Vinna, emang kamu nggak sadar apa ... sejak kapan bayimu itu menghilang?” tanya Bang Vidan sambil melepaskan cengkaman tanganku lalu meraih sisir dan menyisir rambutnya.“Aku lupa, Bang, perasaan dia ada di gendonganku tapi karena rasa takut di jalanan ... aku jadi melupakan dia. Kayaknya dia terjatuh di dekat kuburan itu, ayo bang kita
Season 2 (Bayi Setan 16)Part 16Setelah mandi, aku segera berpakaian untuk segera mencari Baby Vallen da mengacuhkan ajakan Bang Vidan untuk sholat subuh dengannya.Aku melangkah menuju pintu depan dan membukanya, sebuah pemandangan yang menyejukkan mata tampak di sini, Baby Vallen terbaring di depan pintu. Ya tuhan, siapa yang mengantarnya ke sini? Apa dia merangkak sendiri atau bagaimana? Kulihat pagar rumah masih tertutup rapat lengkap dengan gemboknya, lalu bagaimana orang yang mengantar bayiku ini bisa masuk?“Bang, Baby Vallen sudah kembali!” teriakku senang dengan sambil meraih bayi mungil itu ke dalam gendonganku.“Bang, cepatan ke sini! Lihat ini siapa yang datang?” teriakku lagi dengan suasana hati yang kembali senang.Hoek, Baby Vallen bau sekali, dia bau bangkai. Aku menahan napas agar tak muntah di hadapannya.“Ada apa, Vinna, teriak-teriak?”“Ada apa sih, Ma, dari tadi malam sampai subuh ini masih teriak-teriak aja?”“Iya, ada apa, Ma? Vito masih ngantuk, tapi kalian be
Season 2 (Bayi Setan 17) Part 17 “Dek, bikinkan minuman untuk tamu kita.” Suara Bang Vidan mengejutkanku yang sedang melamun di dapur. “Eh, iya, Bang, tunggu sebentar,” jawabku. “Oh iya, ngapain Abang bawa Pak Ustaz ke rumah kita?” “Nggak kenapa-kenapa, Cuma silahturahmi saja. Dia itu kenalan Abang. Nanti minumannya langsung antar ke depan, ya, Dek!” jawab Bang Vidan sambil berlalu dari hadapanku. Aku mengangguk seraya menggigit bibir, perasaan jadi tak tenang sekarang. Entah kenapa juga, aku jadi gelisah. Sepertinya akan ada sesuatu yang terjadi, tapi apa? Aku langsung teringat akan Baby Vallen yang kutinggal sendirian di kamar, tapi aku harus mengantar minuman untuk Bang Vidan dulu, baru aku menemui bayi kesayanganku itu. Dengan menghembuskan napas bimbang, kubawa dua gelas teh hangat menuju ruang tamu, di mana suamiku sedang berbincang-bincang dengan pria paruh baya yang berpakaian serba putih itu. Entah apa tujuan Bang Vidan membawa ustaz itu ke sini, aku tak mau mereka meny
Season 2 (Bayi Setan 18)Bab 18“Vito, malam ini kamu temani Mamamu, tidur di sini saja, ini udah Papa bentangin kasur di bawah. Papa harus kerja, kalau ada apa-apa, segera telepon Papa.” Bang Vidan membentangkan kasur untuk Vito dan menyuruhnya tidur di kamar kami.“Bang, Vito bisa tetap tidur di kamarnya kok, aku nggak apa-apa tidur berdua saja dengan Baby Vallen,” ujarku saat melihat tampang manyun Vito yang langsung berbaring di kasurnya dengan pandangan tak lepas dari ponsel ditangannya.“Nggak apa-apa, Vito akan tetap tidur di kamar ini untuk menemani kamu. Ya sudah, Abang berangkat kerja dulu.” Bang Vidan meraih jaketnya di belakang pintu kamar lalu melangkah keluar.Aku mengekor di belakang Bang Vidan untuk mengantarnya ke depan pintu.“Abang berangkat dulu, Dek, assalammualaikum.” Bang Vidan mengulurkan tanganya kepadaku.Aku langsung salim kepadanya dan tersenyum tipis.“Waalaikumsalam. Hati-hati, Bang,” jawabku.Bang Vidan naik ke motornya dan keluar dari perkarangan rumah.
Season 2 (Bayi Setan 19)Part 19“Bang, aku mimpi aneh,” jawabku dengan sembari bangun dari tempat tidur, lalu menoleh Baby Vallen yang masih terlelap di sampingku.“Makanya, sebelum tidur itu berdoa dulu,” jawab Bang Vidan sambil beranjak dari tempat tidur, lalu membuka seragamnya.“Abang udah pulang kerja?” tanyaku lagi, lalu menurunkan kaki ke lantai. Vito terlihat masih terlelap, entah pukul berapa ia tidur tadi malam, aku tak sadar lagi.“Iya, kamu baru bangun Vinna? Nggak sholat subuh dong kamu,” ujarnya sambil membuka pintu kamar lalu melangkah keluar.“Nggak terbangun, Bang.” Aku mengekor di belakangnya yang kini sedang menuju dapur.Bang Vidan masuk ke kamar mandi, sedang aku menuju lemari es, melihat stok persediaan makanan untuk sarapan juga makan siang. Hanya tinggal hari ini dan besok saja Vito masih libur dan bisa bermalas-malasan di rumah, lusa dia sudah masuk sekolah. Jadi, biarlah hari ini dia bangunnya siang pun.Aku mulai memasak untuk sarapan, sedangkan Bang Vidan
Season 2 (Bayi Setan 26)Part 26Beni memegangi dadanya, ia benar-benar tak mengerti, Vinna kini mengeluarkan suara Anita, istrinya. Apa wanita di hadapannya sedang kesurupan? Ia bergumam sendiri.“Pak Beni, istri saya kesurupan arwah istrimu. Coba berbicara dengannya, bujuk dia untuk mau meninggalkan tubuh istri saya! Meminta maaflah agar semua permasalahan kalian selesai dan dia dapat tenang di alam sana!” ujarVidan kepada Beni.Beni mengangguk dan berlutut di hadapan Vinna.“Anita, kumohon ... maafkanlah aku! Aku menyesal tidak mempercayaimu. Maafkan aku juga ... baru datang sekarang ke makammu sebab aku tak tahu kalau kamu meninggal karena tabrakan. Bagaimana bisa kamu ada di kota ini? Aku mencarimu ke sana ke mari satu tahun ini. Maafkanlah aku ... aku ikhlas melepasmu dan tunggu aku di akhirat nanti, aku akan menyusulmu nanti. Tenanglah di alam sana, keluarlah dari tubuh Vinna, kasihan dia ... dia wanita baik yang sudah nerawat juga menyayangi putramu seperti anaknya sendiri. Ik
Season 2 (Bayi Setan 25)Part 25Setelah selesai ziarah ke makam Ibu dari Baby Vallen, Vidan mengantar Vinna pulang bersama bayinya.“Dek, Abang langsung berangkat kerja, ya!” ujar Vidan kepada istrinya.“Iya, Bang, hati-hati!”“Assalammualaikum.”“Waalaikumsalam.”Vinna segera masuk sambil menggendong Baby Vallen. Ia tersenyum kepadanya lalu meletakkan sang bayi berusia 4 bulan itu ke tempat tidur. Ditatapnya lekat bayi mungil yang sudah ia anggap seperti anak sendiri itu, kasih sayangnya takkan berubah walau kini ia sudah mengetahui asal-usul Baby Vallen yang ternyata dilahirkan oleh seorang mayat dan di dalam kubur pula. Akan tetapi, ia yakin bayinya itu bisa hidup layaknya manusia normal lain.“Mama yakin, kamu akan tumbuh menjadi anak yang baik, Vallen! Ayo minum susumu dulu!” Vinna menyumpalkan botol susu ke mulut Baby Vallen.Baby Vallen yang biasanya menolak susu formula, kali ini ia malah menghisapnya dengan lahab. Vinna tersenyum senang melihat kemajuan Baby Vallen yang suda
Season 2 (Bab 24) Part 24 “Pertama saya melihat adegan perkosaan yang terjadi di sebuah makam, lalu malam berikutnya ... adegan sang wanita yang dituduh suaminya berselingkuh karena ketika ia pulang dari merantau ... istrinya itu sedang dalam keadaan hamil,” ujar Vinna dengan memegangi kepalanya. “Orang yang sudah meninggal, rohnya sudah kembali ke alam barzah dan takkan bisa masuk ke alam mimpi kita lagi. Adapun jika hal itu seolah-olah mereka mampu lakukan, hanyalah itu hasil kerjasama dengan jin qarin. Karena jin qarin adalah jin yang senantiasa menyertai kehidupan seseorang ketika masih hidup di dunia, sehingga jin qarin tersebut mengetahui dengan detil kondisi orang yang sudah meninggal tersebut. Sehingga jin qarin itulah yang datang dan mengabarkan kondisi orang yang sudah meninggal tersebut. Orang-orang pun menyangka bahwa itu adalah arwah orang yang sudah meninggal dunia," jelas Sang Ustadz. “Satu misteri yang belum terkuak ... mengapa bayi ini diletakkan di depan rumah ka
Season 2 (Bayi Setan 23)Part 23Vinna kembali kesurupan, Vidan lumayan kewalahan karena amukannya. Sedang Pak Ustad menggendong Baby Vallen dan membaringkannya di sofa.“Tolong, Pak Ustazd!” ujar Vidan karena kini lehernya dicekik oleh istrinya yang kini sedang dikuasai oleh mahkluk gaib.Sang Ustazd mengeluarkan tasbihnya dan mulai membacakan ayat-ayat suci Al-qur’an. “Jangan mengusik ketenanganku!” Suara yang keluar dari mulut Vinna terdengar bergetar.“Kami takkan mengusikmu, jika kamu tak mengganggu duluan. Keluarkan dari tubuh Vinna!” perintah Sang Ustazd.“Aku tidak mau!” jawab makhluk yang kini sedang mengusai tubuh Vinna.“Kalau kamu tidak mau keluar secara baik-baik, maka saya akan memaksamu! Allahuakbar .... “ Sang ustazd berpakaian serba putih itu semakin mengeraskan bacaannya yang membuat Vinna semakin meronta-ronta dan berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Vidan.Vinna yang sedang dikuasai makhluk astral itu menarik dirinya dari pelukan Vidan dan mendorongnya, ia jug
Season 2 (Bayi Setan 22)Part 22Sorenya, seperti yang dikatakan Bang Vidan, temannya yang Ustazd itu datang ke rumah. Aku dan Baby Vallen segera masuk ke dalam kamar, agar tak diajak ke ruang tamu.“Dek, bikinin minuman dan setelah itu antar ke ruang tamu, ya!” Bang Vidan menahan pintu kamar yang hendak kututup.“Abang saja yang bikin, Baby Vallen ngantuk dan minta diboboin,” bantahku.“Dek, buka gak!” Bang Vidan membuka pintu yang belum sempat kututup dengan rapat itu, aku jadi kesal kepadanya.“Ada apa sih, Bang? Bikin sendiri saja minumannya!” ujarku sinis.“Masalah minuman, Abang bisa bikin sendiri tapi Abang mau kamu bawa bayimu itu ke ruang tamu biar dibacain doa sama Pak Ustazd. Sekalian kamu ceritain mimpi-mimpimu yang seolah bersambung itu, lalu semua keanehan pada bayimu. Sekarang sudah saatnya kamu tahu, siapa bayi yang kamu sayangi selama ini.” Bang Vidan berkata dengan serius.Aku menggeleng sambil membawa Baby Vallen menuju tempat tidur.“Vinna, apa kamu tak merasa aneh
Season 2 (Bayi Setan 21)Part 21Berhari-hari, aku terus memikirkan kisah mimpiku yang seolah bersambung dari satu kejadian ke kejadian yang lain. Apa semua ini ada hubungannya dengan Baby Vallen? Aku-mulai menduga-duga, tapi tak juga menemukan jawaban dari teka-teki ini.“Kenapa, Dek?” Bang Vidan membuatku terkejut karena tiba-tiba sudah berada di dekatku, entah kapan ia pulang, aku tak menyadarinya.“Nggak kenapa-kenapa, Bang, cuma kepikiran terus sama mimpiku beberapa malam ini. Mimpi itu seolah bersambung, dan aku bingung ... siapa wanita yang selalu hadir dalam mimpiku. Dia seolah mau menyampaikan sebuah pesan, tapi aku tak mengerti,” ujarku dengan menghentikan aktifitas memotong sayuran.“Oh begitu, sore nanti teman Abang yang Pak Ustazd yang kemarin akan ke sini lagi. Coba kamu ceritakan kepadanya tentang mimpimu itu, Dek, siapa tahu dia bisa menafsirkan artinya,” ujar Bang Vidan.Aku menautkan alis, kok Pak Ustazd itu jadi sering ke sini sih? Emangnya bisnis apa sih Bang Vidan
Season 2 (Bayi Setan 20)Part 20Tangis Baby Vallen semakin menjadi saja saat ustaz itu menggendongnya, dengan sambil membacakan doa-doa yang keluar dari mulutnya walau ia hanya membacanya pelan.“Bang, mau diapakan bayi? Dia hanya rewel karena lapar saja, tak perlu dibacakan doa seperti itu!” Aku berusaha mengambil Baby Vallen, tapi Bang Vidan malah menarikku duduk di sampingnya.“Kita lihat saja dulu, semoga Pak Ustaz bisa membuatnya tenang!” ujar Bang Vidan dengan sambil menggenggam tanganku.“Owee ... oweeee ... oweee .... “Aku tak tahan melihat bayiku menangis seperti itu, dada ini terasa sesak dengan hati yang nyeri seperti teriris sembilu. Dengan napas yang memburu cepat, tubuhku terasa amat panas dengan emosi yang memuncak. Tiba-tiba, pikiranku terasa melayang, otak itu seperti kesentrum yang membuatku tubuhku gemetar. Seperti ada yang sesuatu yang memasuki tubuh ini dan mengendalikannya. Aku melepaskan cengkraman tangan Bang Vidan dari lenganku lalu berlari menghampiri sang
Season 2 (Bayi Setan 19)Part 19“Bang, aku mimpi aneh,” jawabku dengan sembari bangun dari tempat tidur, lalu menoleh Baby Vallen yang masih terlelap di sampingku.“Makanya, sebelum tidur itu berdoa dulu,” jawab Bang Vidan sambil beranjak dari tempat tidur, lalu membuka seragamnya.“Abang udah pulang kerja?” tanyaku lagi, lalu menurunkan kaki ke lantai. Vito terlihat masih terlelap, entah pukul berapa ia tidur tadi malam, aku tak sadar lagi.“Iya, kamu baru bangun Vinna? Nggak sholat subuh dong kamu,” ujarnya sambil membuka pintu kamar lalu melangkah keluar.“Nggak terbangun, Bang.” Aku mengekor di belakangnya yang kini sedang menuju dapur.Bang Vidan masuk ke kamar mandi, sedang aku menuju lemari es, melihat stok persediaan makanan untuk sarapan juga makan siang. Hanya tinggal hari ini dan besok saja Vito masih libur dan bisa bermalas-malasan di rumah, lusa dia sudah masuk sekolah. Jadi, biarlah hari ini dia bangunnya siang pun.Aku mulai memasak untuk sarapan, sedangkan Bang Vidan
Season 2 (Bayi Setan 18)Bab 18“Vito, malam ini kamu temani Mamamu, tidur di sini saja, ini udah Papa bentangin kasur di bawah. Papa harus kerja, kalau ada apa-apa, segera telepon Papa.” Bang Vidan membentangkan kasur untuk Vito dan menyuruhnya tidur di kamar kami.“Bang, Vito bisa tetap tidur di kamarnya kok, aku nggak apa-apa tidur berdua saja dengan Baby Vallen,” ujarku saat melihat tampang manyun Vito yang langsung berbaring di kasurnya dengan pandangan tak lepas dari ponsel ditangannya.“Nggak apa-apa, Vito akan tetap tidur di kamar ini untuk menemani kamu. Ya sudah, Abang berangkat kerja dulu.” Bang Vidan meraih jaketnya di belakang pintu kamar lalu melangkah keluar.Aku mengekor di belakang Bang Vidan untuk mengantarnya ke depan pintu.“Abang berangkat dulu, Dek, assalammualaikum.” Bang Vidan mengulurkan tanganya kepadaku.Aku langsung salim kepadanya dan tersenyum tipis.“Waalaikumsalam. Hati-hati, Bang,” jawabku.Bang Vidan naik ke motornya dan keluar dari perkarangan rumah.