Semua Bab Suamiku Menghilang Setiap Malam: Bab 41 - Bab 50

68 Bab

Kembali

#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 41 : KembaliHingga pagi tiba, Niko belum ditemukan juga. Pak Tohid kembali ke rumah subuh hari dan tak bisa menemukan anak tiriku itu. Aku jadi khawatir dengan keadaannya yang memang sedang labil itu, walau Papanya hampir saja membunuhku tapi aku takkan menelantarkan anak-anaknya karena walau bagaimana pun mereka kini sudah menjadi anakku juga.Kuraih ponsel dan mencoba menelepon Pak Santosa, sang pengacara almarhum Mas Gilhan. Dia harus bisa membantuku menemukan Niko sebelum anak itu semakin salah jalan.“Assalammualaikum, Pak Santosa,” ujarku saat telepon sudah tersambung kepadanya.“Waalaikumsalam, Mbak Sindy,” jawabnya.“Pak Santosa, tadi malam Niko melarikan diri dari rumah dan hingga pagi ini belum bisa ditemukan juga. Apa saya bisa minta bantuan Bapak untuk mencarinya?”“Bisa, Mbak, bisa. Sebentar lagi saya ke sana,” jawab Pak Santosa.“Terima kasih, Pak.” Kuakhiri panggilan telepon lalu menatap Mama yang duduk di sebelahku.“Kamu nggak bol
Baca selengkapnya

Tamat

Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 42 : TamatJantung ini semakin berpacu cepat, tubuh jadi panas dingin. Aku mendekat ke arah pintu dan mencoba untuk membukanya tapi nihil.“Papa, Pak Santosa, Niko!” teriakku dengan bersandar di pintu dengan tatapan menyisir segala penjuru rumah ini.Hening, tetap tak ada jawaban dari ketiga nama yang kupanggil itu. Ke mana perginya Papa dan Pak Santosa? Kalau Niko tak ada di sini, mengapa mereka tak kunjung kembali? Hembusan aura aneh terasa bertiup di sekitar tubuhku yang membuat bulu kuduk jadi merinding.Ustad Bumi, bukankah kata Papa dia akan ke sini? Hanya dia yang bisa membantuku menggeledah rumah ini, tapi aku harus bisa membuka pintu ini dulu. Tanganku berusaha terus memutar knop pintu tapi masih tak menampakkan hasil.Kuseka keringat dingin di dahi dan memutuskan untuk menelusuri rumah ini karena aku juga sudah terlanjur masuk. Dari ruang tamu, aku melangkah menuju ruang tengah.“Agghh ... tolong!” Terdengar suara gedoran pintu juga suara
Baca selengkapnya

Season 2 (Bayi Setan 1)

(Sekuel : Suamiku Menghilang Setiap Malam)Cerita Nayla (Anaknya Gilhan)Judul : Bayi SetanPart 1 : Bayi Siapa?“Dek, bayi siapa ini di depan rumah kita?” teriak Bang Vidan saat membuka pintu rumah, ia hendak berangkat bekerja. Suamiku adalah seorang saptam yang bertugas setiap malam di sebuah Bank di kotaku.“Ada apa, Bang?” Dengan tergopoh-gopoh, aku berlari menuju pintu dan menghampiri pria dengan setelah seragam cokelat khas petugas keamananan itu.Terlihatlah seorang bayi yang masih merah, mungkin baru saja dilahirkan tadi pagi atau juga barusan. Ah, entahlah, aku juga tak tahu. Matanya terbuka dan menatap ke arah kami, wajahnya terlihat kotor, mungkin kena debu jalanan.“Bang, dia lucu sekali.” Kuraih bayi itu ke dalam gendongan dan membawanya masuk.“Dek, kok dibawa masuk? Langsung kita bawa ke kantor Polisi saja,” ujar Bang Vidan dengan raut wajahnya yang bimbang.Kubaringkan bayi itu ke sofa ruang tamu, lalu menatap wajah bulat menggemaskan dalam balutan popok berwarna putih
Baca selengkapnya

Season 2 (Bayi Setan 2)

Season 2 (Bayi Setan 2)Part 2 : Menyusu Sendiri“Bang, tanganmu dingin sekali,” ujarku saat berhasil menggapai sebuah tangan.“Iya, Dek, mati lampu.” Terdengar jawaban dari Bang Vidan dari arah yang berlawanan, juga cahaya sentar dari ponsel yang ia arahkan kepadaku.Segera kutarik tangan ini dengan jantung yang semakin berdebar kencang. Tangan siapa yang tadi kupegang kalau Bang Vidan ternyata ada di depanku? Bayi di hadapanku tiba-tiba menangis kencang dengan aroma busuk yang mendadak menyeruak indra penciuman.“Bang, sini!” panggilku dengan suara yang tercekat di tenggorokan, bulu kuduk ini merinding, aku jadi sangat takut.“Gendong bayi itu, Dek, mungkin dia terkejut karena kegelapan.” Bang Vidan mendekat dan menunjuk bayi di hadapanku yang menangis kenjer.“Eh, iya, Bang,” jawabku dengan menahan pernapasan lalu membungkus bayi itu dengan kain yang suduh kusiapkan, walau tubuh sang bayi belum sempat kubersihkan.Sang bayi masih saja menangis kencang walau sudah kugendong, aroma b
Baca selengkapnya

Season 2 (Bayi Setan 3)

Season 2 (Bayi Setan 3)Part 3 : Popok yang Menghilang“Kenapa, Dek, sakit?” tanya Bang Vidan sambil duduk di pinggir tempat tidur, menatapku dengan menautkan alisnya.Aku mengangguk tapi tak tega untuk membuat sng bayi melepaskan payudaraku, walau sebenarnya takkan ada ASI yang keluar sebab anak-anakku sudah gede.“Lepaskan, Dek, kalau sakit! Jangan dibiarkan soalnya ASI kamu juga tak ada. Dia cuma ngempeng saja itu, jadi takkan kenyang juga,” ujar Bang Vidan sambil menarik tubuh sang bayi dariku.Semakin Bang Vidan mencoba menarik tubuhnya, sang bayi semakin kencang menghisap PDku. Ya allah, rasanya sungguh sakit.“Sakit, Bang .... “ rintihku dengan meringis menahan sakit.“Ayo bayi, lepaskan istriku!” ujar Bang Vidan dengan menarik kepala sang bayi dan berusaha menjauhkannya dari PDku.“Oweee ... oweee .... “ Bayi itu menangis kencang saat Bang Vidan berhasil melepaskan mulut mungil itu dari pdku.Aku segera mengancingkan baju piama lalu duduk, PDku terasa amat nyeri yang sepertiny
Baca selengkapnya

Season 2 (Bayi Setan 4)

Season 2 (Bayi Setan 4)Part 4 : Jempol Tangan“Bayi itu kenapa, Bang?” tanyaku dengan tergopoh menuju kamar.“Itu, Dek, dia udah bisa tengkurap ....” Bang Vidan menunjuk bayi kini sudah terkurap itu.“Astaga, kok udah bisa tengkurap? Padahal pusar aja belum lepas loh tadi malam,” ujarku dengan sambil mendekat ke arahnya.Kuraih dia ke dalam pangkuan lalu mengusap kepalanya dengan rambut tipis itu, saat melihat ke arahku, dia mulai mengecap bibirnya seolah lapar dan meminta ASI.“Kenapa dia, Dek? Mau mimik? Ini botol susunya.” Bang Vidan meraih botol susu di atas nakas dan memberikannya kepadaku.Aku tersenyum sembari membuka tutup botol dot lalu menyumpalkannya ke mulut sang bayi. Seperti yang ia lakukan tadi malam, sekarang pun dia menolak untuk disumpal dot.“Dia tak mau minum susu formula, Bang,” ujarku menatap prihatin ke arah sang bayi.“Lalu mau kamu susui lagi seperti tadi malam? Jangan, Dek, ASImu itu udah kering, nanti dia malah akan menyedot darahmu saja, seperti tadi pagi.
Baca selengkapnya

Season 2 (Bayi Setan 5)

Season 2 (Bayi Setan 5)Part 5 : Bau BusukAku berusaha menepis semua pikiran tak masuk akal ini, lalu meraih jempol Bang Vidan.“Bang, mungkin kamu nggak sadar kalau memang ada luka. Sini aku obati!” ujarku dengan mengajaknya duduk ke dapur lalu mengambil kotak obat.“Dek, apa kamu tak menyadari segala keanehan ini? Bayi itu bukan manusia sepertinya!” ujar Bang Vidan lagi.“Jangan berkata demikian, dia bayi mungil yang tak berdosa. Aku menyayanginya dan mulai hari ini kita akan mengangkatnya menjadi anak,” ujarku dengan menempelkan hansaplast ke jempol tangannya.“Hmm ....” Bang Vidan terlihat menghela napas berat.“Kita kasih nama siapa, ya, Bang, bagusnya?” tanyaku lagi dengan menyunggingkan senyum bahagia kepada pria yang sudah kurang lebih 14 tahun berumahtangga denganku itu, dia memang selalu mengalah dan tak kuasa ribut katanya.“Terserah kamu saja, Dek,” jawabnya dengan wajah masam.“Kakak pertamanya ‘kan Vita, abangnya bernama Vito, hmm ... jadi ... bayi itu akan kukasih nama
Baca selengkapnya

Season 2 (Bayi Setan 6)

Season 2 (Bayi Setan 6)Part 6 : Tak Terlihat Saat VC“Dek, apa ada bangkai di kamar ini? Kok bau sekali, ya?” tanya Bang Vidan sambil melangkah mendekat.Aku meringis sembari meraih handuk milik Baby Vallen dan membawanya keluar dari kamar, agar Bang Vidan tak tahu kalau yang berbau busuk itulah adalah bayi ini.Dengan cepat, aku segera membuka pakaiannya untuk dimandikan. Air hangat dalam baskom juga sudah kusiapkan. Segera kumasukkan dia lalu melumurkan sabun cair khusus untuk bayi yang sengaja kubelikan kemarin agar aroma parfum orang mati tak tercium lagi dari tubuhnya.Heran juga, dia tak puv tapi bisa bau busuk seperti tadi tapi kini ia sudah bersih dan wangi setelah kumandikan. Segera kupakaikan dia baju lali membaringkannya di depan televisi.“Bang, titip Baby Vallen, ya, aku mau masak dulu,” ujarku kepada Bang Vidan yang terlihat sedang menyesap kopi dan roti di kursi ruang tengah.“Hmm ... “ Dia hanya menjawab dengan deheman, karena mata dan tangan sebelahnya lagi sibuk mem
Baca selengkapnya

Season 2 (Bayi Setan 7)

Season 2 (Bayi Setan 7)Part 7 : Cerita dari Kampung Sebelah“Fix, bayi ini bukan manusia, dia siluman!” ujar Bang Vidan tiba-tiba.“Bang, jangan berkata demikian! Dia bayi manusia, dan tak mungkin bayi siluman!” bantahku lagi.“Dek, jangan keras kepala, sebaiknya kita bawa bayi itu ke kantor Polisi saja!” bujuk Bang Vidan dengan suara yang melemah.“Nggak, Bang, aku akan tetap merawatnya dan akan menganggap dia putraku. Kumohon jangan pernah menyebutnya bayi siluman lagi, dia bayiku!” ujarku dengan menahan tangis, rasanya tak terima saja, bayi yang amat kusayangi ini disebut Bang Vidan siluman.Dengan menghentakkan kaki kesal, aku meninggalkan dapur lalu masu ke dalam kamar. Bang Vidan selalu mengajak membawa bayi ini ke Kantor Polisi, padahal aku takkan pernah melakukannya sebab aku menyayangi sudah seperti anak sendiri.***Setelah berdiam cukup lama di kamar dengan memeluk Valen, kubaringkan dia ke tempat tidur, lalu meraih ponselku di atas nakas. Ada chat dari Bang Vidan ternyata
Baca selengkapnya

Season 2 (Bayi Setan 8)

Season 2 (Bayi Setan 8)Part 8 : Gonggongan Anjing Tengah Malam“Gimana, Dek, jadi gak mau ke Klinik Bidannya?” Pertanyaan Bang Vidan membuyarkan lamunanku.Aku mengusap keringat di dahi, tubuh juga mendadak lemas apalagi sebentar lagi udah mau magrib. Sebaiknya rencana ke bidan dipending dulu sebab pamali juga bawa bayi udah kesorean begini, apalagi dia masih terlalu kecil.“Hmm ... nggak jadi, Bang, besok aja. Lagian udah pukul 17.25 ini, sebentar lagi udah mau magrib. Gara-gara Abang lama banget sih!” Aku mengerucutkan bibir sembari melangkah menuju kamar.Tak terdengar ucapan lagi dari Bang Vidan, hanya terdengar suara pintu ditutup. Taklama kemudian, dia sudah mengekor di belakangku sembari menatap sini Baby Vallen yang kubaringkan ke tempat tidur.Taklama setelah azan magrib berkumandang, Bang Vidan menghampiriku, dia sudah rapi dengan baju koko putih dan kopiah yang terpasang di kepalanya.“Ayo, Dek, sholat berjamaah!” ajaknya.“Hmm ... Abang duluan aja, aku sebentar lagi,” uja
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status