Season 2 (Bayi Setan 7)Part 7 : Cerita dari Kampung Sebelah“Fix, bayi ini bukan manusia, dia siluman!” ujar Bang Vidan tiba-tiba.“Bang, jangan berkata demikian! Dia bayi manusia, dan tak mungkin bayi siluman!” bantahku lagi.“Dek, jangan keras kepala, sebaiknya kita bawa bayi itu ke kantor Polisi saja!” bujuk Bang Vidan dengan suara yang melemah.“Nggak, Bang, aku akan tetap merawatnya dan akan menganggap dia putraku. Kumohon jangan pernah menyebutnya bayi siluman lagi, dia bayiku!” ujarku dengan menahan tangis, rasanya tak terima saja, bayi yang amat kusayangi ini disebut Bang Vidan siluman.Dengan menghentakkan kaki kesal, aku meninggalkan dapur lalu masu ke dalam kamar. Bang Vidan selalu mengajak membawa bayi ini ke Kantor Polisi, padahal aku takkan pernah melakukannya sebab aku menyayangi sudah seperti anak sendiri.***Setelah berdiam cukup lama di kamar dengan memeluk Valen, kubaringkan dia ke tempat tidur, lalu meraih ponselku di atas nakas. Ada chat dari Bang Vidan ternyata
Season 2 (Bayi Setan 8)Part 8 : Gonggongan Anjing Tengah Malam“Gimana, Dek, jadi gak mau ke Klinik Bidannya?” Pertanyaan Bang Vidan membuyarkan lamunanku.Aku mengusap keringat di dahi, tubuh juga mendadak lemas apalagi sebentar lagi udah mau magrib. Sebaiknya rencana ke bidan dipending dulu sebab pamali juga bawa bayi udah kesorean begini, apalagi dia masih terlalu kecil.“Hmm ... nggak jadi, Bang, besok aja. Lagian udah pukul 17.25 ini, sebentar lagi udah mau magrib. Gara-gara Abang lama banget sih!” Aku mengerucutkan bibir sembari melangkah menuju kamar.Tak terdengar ucapan lagi dari Bang Vidan, hanya terdengar suara pintu ditutup. Taklama kemudian, dia sudah mengekor di belakangku sembari menatap sini Baby Vallen yang kubaringkan ke tempat tidur.Taklama setelah azan magrib berkumandang, Bang Vidan menghampiriku, dia sudah rapi dengan baju koko putih dan kopiah yang terpasang di kepalanya.“Ayo, Dek, sholat berjamaah!” ajaknya.“Hmm ... Abang duluan aja, aku sebentar lagi,” uja
Season 2 (Bayi Setan)Part 9 : Kebohongan “Nak, kamu kok nggak tidur sih?” Kuraih Baby Vallen ke dalam gendongan, dengan bulu kuduk yang masih tetap merinding. Aura di kamar ini juga terasa aneh, aku berusaha untuk menepis rasa takut dengan jantung yang berdebar-debar.Mata Baby Vallen masih saja menghadap ke atas dan tak menghiraukan aku yang mengajaknya mengobrol. Dia tersenyum dan tertawa sendiri, seolah ada makhluk tak kasat mata yang sedang mengajaknya berinteraksi.“Vallen, matamu jangan lihat ke atas melulu!” Kuusap wajah mungil itu dan berharap ia tak memperhatikan ke atas lagi.Suara gongongan anjing di luaran sana masih saja terdengar sahut-menyahut, aroma bau bunga melati juga semakin pekat. Dan anehnya, suasana di kamar ini terasa panas walau kipas angin sudah mengarah kepadaku. Apa yang harus kuperbuat sekarang? Otak ini jadi buntu untuk berpikir jernih.Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya kuraih ponsel dan menyetel bacaan ayat kursi. Raut wajah ceria Baby Vallen la
Season 2 (Bayi Setan 10)Part 10 : Ke Mana Perginya Baby Vallen?Aku segera masuk ke dalam rumah saat terdengar suara tangisan dari Baby Vallen, bersamaan dengan itu terlihat Bang Vidan datang dengan motornya. Dia membuka sendiri pagar lalu memasukkan motornya ke garasi.Saat tiba di kamar, segera kugendong Baby Vallen dan membawanya untuk menyambut Bang Vidan di depan pintu.“Assalammualaikum,” ucap Bang Vidan dengan wajah yang letih.“Waalaikumsalam. Kok baru pulang, Bang?” Aku mengekor di belakangnya.“Iya, teman ganti shif lagi ada urusan keluar, terpaksa deh Abang nunggu teman yang lain lagi buat gantiin dia,” jawab Bang Vidan dengan sambil meraih handuk di kamar, lalu melangkah menuju dapur.“Oh gitu.” Aku mengerucutkan bibir.“Dek, bikinkan makanan, Abang lapar,” ujarnya lagi sambil berlalu masuk ke dalam mandi.Kubaringkan Baby Vallen ke kasur depan televisi dan memberinya mainan, lalu melangkah menuju dapur untuk memasak.***“Anak-anak sudah dalam perjalanan, siang nanti aka
Season 2 (Bayi Setan 11) Part 11 Dengan napas yang masih memburu, aku segera berlari mendekati kerumunan warga lalu menyela di antara mereka untuk melihat siapa yang sedang di keliling orang-orang di jalan itu. “Bang Vidan! Baby Vallen!” teriakku tak sabar dengan panik luar biasa, tak bisa kubayangkan jika dua orang paling penting dalam hidupku sampai kenapa-kenapa. Orang-orang yang sedang berada di sana, sontak menatap aneh kepadaku. “Beri jalan! Beri jalan!” Seorang pria membawa sesorang bayi keluar dari kerumunan, dan terlihatlah dua orang sedang terluka, pria dan wanita.Segera kutatap bayi di tangan sang pria, dia bukan Baby Vallen. “Kenapa, Mbak Vinna? Kamu kenal dengan dua korban ini?” tanya Pak RT yang sedang membangunkan motor yang terlihat rusak parah. Aku mengggeleng, dengan sambil menghembuskan napas lega lalu membalikkan badan untuk kembali ke rumah. Syukurlah yang kecelakaan itu bukan suami dan bayiku. Bang Vidan, Baby Vallen, kalian ke mana? Aku celingukan di dep
Season 2 (Bayi Setan 12)Part 12“Kamu tak perlu mempertanyakan dapat dari mana, Vita, yang jelas dia adikmu dan mulai dari sekarang ... kamu harus menyayanginya, seperti kamu menyayangi Vito, adikmu juga!” ujarku.“Iya, Ma.” Vita terlihat meringis dengan sambil menggaruk kepalanya.“Ayo kita nyantai di ruang tengah! Kamu tolong bawain kasurnya Vallen!” ujarku lagi sambil beranjak dari tempat tidur.Vita mengekor di belakang, kami menuju ruang tengah, di mana ada Vito, Vira dan Bang Vidan yang sedang mengobrol dengan sambil menonton televisi.“Bayi siapa ini, Mbak? Perasaan anak-anak nggak ada cerita kalau Mamanya baru habis melahirkan deh .... “ Vira, adik iparku itu tersenyum ke arahku yang kini duduk di dekatnya dengan membawa Baby Vallen.“Kenalkan Vira, dia Baby Vallen, adiknya Vita dan Vito. Dia lucu ‘kan?” Aku membaringkan Baby Vallen di kasurnya yang dibawakan Vita tadi.“Oh ... emang kapan Mbak Vinna hamilnya? Perasaan waktu dua bulan lalu aku ke sini, Mbak nggak hamil kok.”
Season 2 (Bayi Setan 13)Part 13Bang Vidan kembali ke kamar dengan tampang masam, apalagi saat melihatku yang sedang bermain bersama Baby Vallen.“Dek, bayimu ini bukan manusia!” ujar Bang Vidan.“Bang, jangan mulai deh!” jawabku sinis.“Vira benaran melihat bayimu itu ada di kamarnya, matanya menyala tajam dengan sambil membuka baju adikku dan saat ia berteriak, bayimu itu langsung berlari menembus dinding. Coba pikirkan dengan akal sehat, adakah bayi manusia yang bisa menembus dinding?” Bang Vidan menautkan alisnya.“Lalu, maunya kamu aku harus melakukan apa pada bayi ini?” Emosi ini mulai terpancing akan perkataan pria di hadapanku.“Kita bawa dia ke Ustazd, biar diruqyah!” jawab Bang Vidan.“Ngggak akan, aku tak mau bayi ini dibawa ke mana-mana? Biarkan aku mengurus bayi ini, Bang!” Aku mulai terisak, air mata mulai berjatuhan.“Vinna, bayi ini aneh! Coba buka mata hatimu, jangan melihat kelucuannya saja!” ujar Bang Vidan lagi.Aku hanya tertunduk dan menyadari semua ucapan suami
Season 2 (Bayi Setan 14)Part 14 : Tersesat “Aduh, Dek, jalannya ditutup soalnya ada perbaikan,” ujar Bang Vidan sambil menghentikan motornya di depan pintu masuk gerbang kampung kami.“Duh, kok Abang lewat sini sih? Kenapa nggak lewat jalan yang pas kita pergai tadi?” Aku mulai mengomel.“Pikir Abang lewat sini biar cepat sampai, ya udah kita akan putar arah dan memotong jalan dari kampung sebelah saja.” Bang Vidan membelokkan motornya dan putar arah.Bang Vidan mulai memasuki jalan kampung sebelah dan akan memotong jalan di persimpangan untuk sampai ke kampung kami sebab kalau putar jalan yang pas pergi, akan lebih jauh lagi.Rasanya sudah lama kami berkendara, tapi tak juga sampai di persimpangan jalan yang memisahkan antara dua kampung. Tiba-tiba, bau busuk menyeruak indra penciuman.“Bang, kamu mencium bau busuk gak?” Aku semakin mengeratkan pegangan di pinggang Bang Vidan.“Iya, Dek, Abang juga menciumnya. Kamu pegangan dan ikutan baca doa, ya!” jawab Bang Vidan sambil menambah
Season 2 (Bayi Setan 26)Part 26Beni memegangi dadanya, ia benar-benar tak mengerti, Vinna kini mengeluarkan suara Anita, istrinya. Apa wanita di hadapannya sedang kesurupan? Ia bergumam sendiri.“Pak Beni, istri saya kesurupan arwah istrimu. Coba berbicara dengannya, bujuk dia untuk mau meninggalkan tubuh istri saya! Meminta maaflah agar semua permasalahan kalian selesai dan dia dapat tenang di alam sana!” ujarVidan kepada Beni.Beni mengangguk dan berlutut di hadapan Vinna.“Anita, kumohon ... maafkanlah aku! Aku menyesal tidak mempercayaimu. Maafkan aku juga ... baru datang sekarang ke makammu sebab aku tak tahu kalau kamu meninggal karena tabrakan. Bagaimana bisa kamu ada di kota ini? Aku mencarimu ke sana ke mari satu tahun ini. Maafkanlah aku ... aku ikhlas melepasmu dan tunggu aku di akhirat nanti, aku akan menyusulmu nanti. Tenanglah di alam sana, keluarlah dari tubuh Vinna, kasihan dia ... dia wanita baik yang sudah nerawat juga menyayangi putramu seperti anaknya sendiri. Ik
Season 2 (Bayi Setan 25)Part 25Setelah selesai ziarah ke makam Ibu dari Baby Vallen, Vidan mengantar Vinna pulang bersama bayinya.“Dek, Abang langsung berangkat kerja, ya!” ujar Vidan kepada istrinya.“Iya, Bang, hati-hati!”“Assalammualaikum.”“Waalaikumsalam.”Vinna segera masuk sambil menggendong Baby Vallen. Ia tersenyum kepadanya lalu meletakkan sang bayi berusia 4 bulan itu ke tempat tidur. Ditatapnya lekat bayi mungil yang sudah ia anggap seperti anak sendiri itu, kasih sayangnya takkan berubah walau kini ia sudah mengetahui asal-usul Baby Vallen yang ternyata dilahirkan oleh seorang mayat dan di dalam kubur pula. Akan tetapi, ia yakin bayinya itu bisa hidup layaknya manusia normal lain.“Mama yakin, kamu akan tumbuh menjadi anak yang baik, Vallen! Ayo minum susumu dulu!” Vinna menyumpalkan botol susu ke mulut Baby Vallen.Baby Vallen yang biasanya menolak susu formula, kali ini ia malah menghisapnya dengan lahab. Vinna tersenyum senang melihat kemajuan Baby Vallen yang suda
Season 2 (Bab 24) Part 24 “Pertama saya melihat adegan perkosaan yang terjadi di sebuah makam, lalu malam berikutnya ... adegan sang wanita yang dituduh suaminya berselingkuh karena ketika ia pulang dari merantau ... istrinya itu sedang dalam keadaan hamil,” ujar Vinna dengan memegangi kepalanya. “Orang yang sudah meninggal, rohnya sudah kembali ke alam barzah dan takkan bisa masuk ke alam mimpi kita lagi. Adapun jika hal itu seolah-olah mereka mampu lakukan, hanyalah itu hasil kerjasama dengan jin qarin. Karena jin qarin adalah jin yang senantiasa menyertai kehidupan seseorang ketika masih hidup di dunia, sehingga jin qarin tersebut mengetahui dengan detil kondisi orang yang sudah meninggal tersebut. Sehingga jin qarin itulah yang datang dan mengabarkan kondisi orang yang sudah meninggal tersebut. Orang-orang pun menyangka bahwa itu adalah arwah orang yang sudah meninggal dunia," jelas Sang Ustadz. “Satu misteri yang belum terkuak ... mengapa bayi ini diletakkan di depan rumah ka
Season 2 (Bayi Setan 23)Part 23Vinna kembali kesurupan, Vidan lumayan kewalahan karena amukannya. Sedang Pak Ustad menggendong Baby Vallen dan membaringkannya di sofa.“Tolong, Pak Ustazd!” ujar Vidan karena kini lehernya dicekik oleh istrinya yang kini sedang dikuasai oleh mahkluk gaib.Sang Ustazd mengeluarkan tasbihnya dan mulai membacakan ayat-ayat suci Al-qur’an. “Jangan mengusik ketenanganku!” Suara yang keluar dari mulut Vinna terdengar bergetar.“Kami takkan mengusikmu, jika kamu tak mengganggu duluan. Keluarkan dari tubuh Vinna!” perintah Sang Ustazd.“Aku tidak mau!” jawab makhluk yang kini sedang mengusai tubuh Vinna.“Kalau kamu tidak mau keluar secara baik-baik, maka saya akan memaksamu! Allahuakbar .... “ Sang ustazd berpakaian serba putih itu semakin mengeraskan bacaannya yang membuat Vinna semakin meronta-ronta dan berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Vidan.Vinna yang sedang dikuasai makhluk astral itu menarik dirinya dari pelukan Vidan dan mendorongnya, ia jug
Season 2 (Bayi Setan 22)Part 22Sorenya, seperti yang dikatakan Bang Vidan, temannya yang Ustazd itu datang ke rumah. Aku dan Baby Vallen segera masuk ke dalam kamar, agar tak diajak ke ruang tamu.“Dek, bikinin minuman dan setelah itu antar ke ruang tamu, ya!” Bang Vidan menahan pintu kamar yang hendak kututup.“Abang saja yang bikin, Baby Vallen ngantuk dan minta diboboin,” bantahku.“Dek, buka gak!” Bang Vidan membuka pintu yang belum sempat kututup dengan rapat itu, aku jadi kesal kepadanya.“Ada apa sih, Bang? Bikin sendiri saja minumannya!” ujarku sinis.“Masalah minuman, Abang bisa bikin sendiri tapi Abang mau kamu bawa bayimu itu ke ruang tamu biar dibacain doa sama Pak Ustazd. Sekalian kamu ceritain mimpi-mimpimu yang seolah bersambung itu, lalu semua keanehan pada bayimu. Sekarang sudah saatnya kamu tahu, siapa bayi yang kamu sayangi selama ini.” Bang Vidan berkata dengan serius.Aku menggeleng sambil membawa Baby Vallen menuju tempat tidur.“Vinna, apa kamu tak merasa aneh
Season 2 (Bayi Setan 21)Part 21Berhari-hari, aku terus memikirkan kisah mimpiku yang seolah bersambung dari satu kejadian ke kejadian yang lain. Apa semua ini ada hubungannya dengan Baby Vallen? Aku-mulai menduga-duga, tapi tak juga menemukan jawaban dari teka-teki ini.“Kenapa, Dek?” Bang Vidan membuatku terkejut karena tiba-tiba sudah berada di dekatku, entah kapan ia pulang, aku tak menyadarinya.“Nggak kenapa-kenapa, Bang, cuma kepikiran terus sama mimpiku beberapa malam ini. Mimpi itu seolah bersambung, dan aku bingung ... siapa wanita yang selalu hadir dalam mimpiku. Dia seolah mau menyampaikan sebuah pesan, tapi aku tak mengerti,” ujarku dengan menghentikan aktifitas memotong sayuran.“Oh begitu, sore nanti teman Abang yang Pak Ustazd yang kemarin akan ke sini lagi. Coba kamu ceritakan kepadanya tentang mimpimu itu, Dek, siapa tahu dia bisa menafsirkan artinya,” ujar Bang Vidan.Aku menautkan alis, kok Pak Ustazd itu jadi sering ke sini sih? Emangnya bisnis apa sih Bang Vidan
Season 2 (Bayi Setan 20)Part 20Tangis Baby Vallen semakin menjadi saja saat ustaz itu menggendongnya, dengan sambil membacakan doa-doa yang keluar dari mulutnya walau ia hanya membacanya pelan.“Bang, mau diapakan bayi? Dia hanya rewel karena lapar saja, tak perlu dibacakan doa seperti itu!” Aku berusaha mengambil Baby Vallen, tapi Bang Vidan malah menarikku duduk di sampingnya.“Kita lihat saja dulu, semoga Pak Ustaz bisa membuatnya tenang!” ujar Bang Vidan dengan sambil menggenggam tanganku.“Owee ... oweeee ... oweee .... “Aku tak tahan melihat bayiku menangis seperti itu, dada ini terasa sesak dengan hati yang nyeri seperti teriris sembilu. Dengan napas yang memburu cepat, tubuhku terasa amat panas dengan emosi yang memuncak. Tiba-tiba, pikiranku terasa melayang, otak itu seperti kesentrum yang membuatku tubuhku gemetar. Seperti ada yang sesuatu yang memasuki tubuh ini dan mengendalikannya. Aku melepaskan cengkraman tangan Bang Vidan dari lenganku lalu berlari menghampiri sang
Season 2 (Bayi Setan 19)Part 19“Bang, aku mimpi aneh,” jawabku dengan sembari bangun dari tempat tidur, lalu menoleh Baby Vallen yang masih terlelap di sampingku.“Makanya, sebelum tidur itu berdoa dulu,” jawab Bang Vidan sambil beranjak dari tempat tidur, lalu membuka seragamnya.“Abang udah pulang kerja?” tanyaku lagi, lalu menurunkan kaki ke lantai. Vito terlihat masih terlelap, entah pukul berapa ia tidur tadi malam, aku tak sadar lagi.“Iya, kamu baru bangun Vinna? Nggak sholat subuh dong kamu,” ujarnya sambil membuka pintu kamar lalu melangkah keluar.“Nggak terbangun, Bang.” Aku mengekor di belakangnya yang kini sedang menuju dapur.Bang Vidan masuk ke kamar mandi, sedang aku menuju lemari es, melihat stok persediaan makanan untuk sarapan juga makan siang. Hanya tinggal hari ini dan besok saja Vito masih libur dan bisa bermalas-malasan di rumah, lusa dia sudah masuk sekolah. Jadi, biarlah hari ini dia bangunnya siang pun.Aku mulai memasak untuk sarapan, sedangkan Bang Vidan
Season 2 (Bayi Setan 18)Bab 18“Vito, malam ini kamu temani Mamamu, tidur di sini saja, ini udah Papa bentangin kasur di bawah. Papa harus kerja, kalau ada apa-apa, segera telepon Papa.” Bang Vidan membentangkan kasur untuk Vito dan menyuruhnya tidur di kamar kami.“Bang, Vito bisa tetap tidur di kamarnya kok, aku nggak apa-apa tidur berdua saja dengan Baby Vallen,” ujarku saat melihat tampang manyun Vito yang langsung berbaring di kasurnya dengan pandangan tak lepas dari ponsel ditangannya.“Nggak apa-apa, Vito akan tetap tidur di kamar ini untuk menemani kamu. Ya sudah, Abang berangkat kerja dulu.” Bang Vidan meraih jaketnya di belakang pintu kamar lalu melangkah keluar.Aku mengekor di belakang Bang Vidan untuk mengantarnya ke depan pintu.“Abang berangkat dulu, Dek, assalammualaikum.” Bang Vidan mengulurkan tanganya kepadaku.Aku langsung salim kepadanya dan tersenyum tipis.“Waalaikumsalam. Hati-hati, Bang,” jawabku.Bang Vidan naik ke motornya dan keluar dari perkarangan rumah.