Semua Bab Akhirnya Ku Menemukanmu : Bab 81 - Bab 90

116 Bab

Binar Bahagia

Akhirnya Ku MenemukanmuUrung masuk ke dalam ruangan, aku mematung di depan pintu. Bukan ingin menguping, hanya saja aku tak enak mengganggu obrolan mereka yang sepertinya sedang serius."Lihatlah penampilanmu, jauh berbeda dari ketika kamu kerja sama orang tuamu.""Itulah perbedaannya. Dan kamu ngga akan pernah bisa memahami apa yang kualami karena kamu ngga ngerasain sendiri.""Jangan sampailah. Hidup sudah enak begini, ngapain cari susah.""Bukan cari susah. Hanya saja, ketika kebahagiaan yang dilihat banyak orang hanya sebuah kebahagiaan semu, untuk apa dipertahankan? Bahagia yang sebenarnya adalah ketika kita bisa bersama dengan orang yang benar-benar kita harapkan kehadirannya. Aku tidak membahas soal rumah tanggaku dengan Alisya. Jelas aku dan Alisya bahagia saat itu. Hanya saja kepergiannya yang menyisakan luka, dan keberadaan Sania di tengah pernikahanku yang kedua sungguh membuatku merasa frustasi.Cinta lama yang mati-matian kupendam, tiba-tiba saja muncul dan memporak-por
Baca selengkapnya

Kemana Kamu Mas?

Hari-hari kembali berlalu. Usaha yang kami geluti ini masih berjalan dengan baik. Dan kini pelanggan mulai stabil. Sayangnya, untuk balik modal kami masih harus bersabar. Sedikit keuntungan yang didapat masih harus dibagi dengan pengeluaran untuk memperbaiki pelayanan kafe."Ramai banget ya, Mir?" kataku pada Mira. Kami baru saja selesai membuatkan pesanan pelanggan. "Iya, Bu. Alhamdulillah setelah sepi pagi tadi.""Ngga apa-apa, Mir. Sedikit banyak disyukuri saja." Mas Risky menyahuti. Ia baru saja keluar dari dalam kamar mandi dan membawa tas kecil yang biasa ia pakai."Mau kemana, Mas?" tanyaku menelisik. Wajahnya segar, masih tersisa sedikit air di wajahnya. "Mau ke tempat Adam sebentar. Ada yang harus diurus." Aku menatapnya berharap ia mau bercerita soal apa yang hendak diurus itu.Namun setelah beberapa saat, ia tak juga mengungkapkan hal apa yang sedang ia kerjakan."Mas berangkat ya?" pamitnya. Ia berjalan mendekatiku dan mencium pucuk kerudung yang kupakai."Hati-hati ya?
Baca selengkapnya

Baiklah, Saya Pergi!

Akhirnya Ku Menemukanmu 44Mataku memandang ruangan bercat putih itu dengan nanar. Ada denyut yang sulit kukendalikan dalam tubuh, yang membuat tenggorokanku serasa tidak bisa lagi meraup udara untuk bernapas. Mataku tak bisa lepas dari satu-satunya penghuni ruangan yang tampak tertidur pulas.Separuh jiwaku telah terbaring di kamar itu dengan kepala yang terbalut perban. Beberapa alat medis menempel di badannya yang lemah dan tak sadarkan diri. Satu-satunya bunyi dalam ruangan itu, yaitu alat yang menempel di badannya membuat dadaku bergetar juga rasa yang bercampur dalam perut. Aku seperti sedang dikembalikan ke masa lalu oleh Allah. Beberapa bulan lalu, disituasi yang sama tapi di tempat yang berbeda dan orang yang berbeda. Aku seperti berada diantara hidup dan mati melihat kekasih halalku terbaring tak berdaya. Lagi, kini aku ada di posisi yang sama. Sayangnya dulu kondisi Mas Yudha tak tertolong dan aku tak mau hal yang sama terulang pada Mas Risky.Cintaku sedang berjuang di d
Baca selengkapnya

Aku Datang, Mas.

"Silahkan isi berkas untuk segera melakukan tindakan operasi, Bu. Kondisi pasien tidak boleh dibiarkan terlalu lama karena bisa membahayakan keselamatannya."Seorang perawat memberikan sebuah berkas padaku. Aku menerimanya dengan tangan yang basah oleh keringat dingin.Sekilas kulihat wajah suamiku yang sedang terbaring di ranjang sana. Seketika dadaku berdenyut nyeri merasakan keadaannya yang lemah, ditambah dengan kabar yang perawat bilang.Aku menatap wajah Mas Dimas setelah menerima berkas tersebut. Mataku menatapnya dengan tatapan penuh tanya. Kondisiku yang panik bercampur cemas membuatku tak bisa berpikir secara jernih. "Tanda tangan aja, Mbak. Soal biaya biar kita cari sama-sama."Tanpa pikir panjang lagi, aku segera membubuhkan tanda tanganku sebagai istri sahnya di atas berkas yang sudah dibawa oleh perawat tersebut. Nyawa Mas Risky harus segera tertolong. Berapapun biayanya nanti, seharusnya bukanlah sebuah persoalan besar. Apapun akan kulakukan untuk bisa membayar biaya
Baca selengkapnya

Kejang

Akhirnya Ku Menemukanmu"Mas, aku datang," ucapku berbisik pada Mas Risky yang matanya terpejam. Kuusap lengannya dengan lembut agar ia merasakan kehadiranku."Mas cari aku ya?" bisikku lagi. Aku mengusap pucuk kepalanya di sisi yang tidak terdapat perban.Perlahan mata lelakiku itu mengerjap. Lalu terbuka dengan pelannya dan bibirnya tertarik saat mata itu mendapatiku di sisinya."Mas kenapa ini," tanyanya dengan suara lemah. Hampir saja tak terdengar suaranya saking pelannya."Mas kecelakaan," ucapku lirih. Ada rasa berat saat mengucapkan kata kecelakaan."Adam tadi ngajak Mas keluar, jadi lama baliknya," ucapnya setelah beberapa saat ia terdiam mengingat-ingat."Mas ngebut ya?" tanyaku sambil membingkai wajahnya dengan dua ekor mataku. Dadaku berdenyut nyeri melihat kondisi Mas Risky di depanku ini. Wajah yang pucat, kepala yang dililit perban serta beberapa alat yang menempel di tubuhnya membuatku tak kuasa menahan air dalam mataku untuk tidak mengalir."Mas lupa.""Ngga apa-apa.
Baca selengkapnya

Jangan Kemana-mana

"Mama ngga pulang?" tanya Caca yang seketika membuat dadaku teriris. Bibirku mengatup menahan isak.Kuarahkan wajahku di sebelah kamera agar Caca tidak melihat serpihan kaca yang berjejalan dalam kelopak mataku. Lalu kuembuskan napas perlahan untuk menetralkan suara agar Caca tidak tahu bahwa aku sedang menahan isakan."Sebentar ya, Sayang. Nanti mama pulang kalau papa sudah pindah ke kamar perawatan." Aku kembali lagi menghadap layar.Terdapat banyak serpihan kaca di mata bening milik Caca di dalam layar. Ada rindu yang bisa kurasakan dari tatapannya yang dalam menatapku."Caca kangen sama mama." Hanya dengan satu kedipan saja, serpihan kaca yang berubah menjadi air itu meluncur dengan cepatnya."Mama juga kangen sama Caca. Sabar ya, Sayang?" ucapku lembut.Namun setelah berucap Caca malah menghilang dari layar. Entah apa yang ia lakukan di sana. Yang tampak hanya wajah Mira yang sedang tersenyum."Maafkan ibu ya, Mir? Ibu merepotkan mu." Aku sungkan terhadap Mira, baru bekerja tapi
Baca selengkapnya

Mama Jangan Pergi

"Maa! Tunggu!!" teriak Mas Dimas. Ia berjalan cepat untuk menghentikan langkah kaki mamanya yang sudah berdiri tepat di hadapanku."Ma, ini Dimas yang minta, ngga ada hubungannya sama Mbak Sania!""Kamu yang minta tapi untuk kepentingan mereka! Apa bedanya?" pekik Bu Maria lantang. Mata yang dihiasi dengan eye shadow natural itu menatap sang putra tak berkedip.Wajah itu lantas kembali menoleh ke arahku yang sedang menatap mereka dengan ragu-ragu."Ayolah, Ma. Kesampingkan dulu rasa benci Mama sama mereka. Ini bukan saatnya memanfaatkan keadaan untuk membuat Mbak Sania menuruti apa yang Mama mau! Ini soal rasa kemanusiaan, dimana rasa kemanusiaan Mama? Dia anak yang Mama lahirkan, sedang berjuang antara hidup dan mati, sementara Mama tahu istrinya tidak bisa berbuat apapun, apa Mama tega membiarkan Mbak Sania pontang-panting tak karuan?" cecar Mas Dimas tak peduli lalu lalang pengunjung di depan ruangan tempat Mas Risky dirawat."Jangan sok mengajari mama kamu!" ujar Bu Maria dengan
Baca selengkapnya

Pilihan Berat

Puas menemani Caca hingga tertidur, aku terduduk lemas di ruang tengah. Menatap nanar layar televisi yang menyala. Bahkan mataku tak paham acara apa yang sejak tadi bermain dalam layar datar yang berada di atas meja kecil itu."Bu," sapa Mira. Ia duduk di sebelahku tanpa permisi.Mataku meliriknya sekilas. Lalu aku mengubah posisi dudukku menjadi sedikit lebih tegak. Setelahnya mataku mengerjap, mengumpulkan kesadaran yang sejak tadi tersita oleh beban pikiran yang sungguh berat."Ada yang bisa Mira bantu lagi?" tanyanya lembut. Tatapan matanya yang dalam membuatku merasa salah tingkah telah membuatnya terperangkap dalam rumah ini bersama Caca."Maafkan saya harus memintamu menjaga Caca di sini. Ibu ngga tahu harus minta tolong ke siapa lagi." Aku membalas tatapannya dengan nanar. Mata yang semula sudah tak bisa fokus, kini ditambah dengan wajah Mira yang tampak iba melihatku membuat hawa panas perlahan menjalari sekujur tubuhku.Badan yang sejak kemarin kupaksa kuat, kini mendadak le
Baca selengkapnya

Mama Yang Berhak!

Akhirnya Ku Menemukanmu"Terima kasih Pak Tio," ucapku pada Pak Tio karena diam-diam telah meminta Pak Tio mengurus alih oper sewa kafe tempat usaha kami. "Sama-sama, Bu. Ibu jangan khawatir, saya akan bantu prosesnya sampai benar-benar selesai.""Terima kasih, Pak. Terima kasih telah bersedia membantu saya yang bodoh ini.""Tidak, Bu. Pak Risky itu sudah seperti saudara bagi saya. Jadi jangan ragu atau sungkan untuk meminta bantuan."Aku tersenyum samar mendengar apa yang diucapkan Pak Tio. Satu lagi orang baik yang bersedia membantuku. Akhirnya satu masalah selesai meskipun belum seratus persen. Minimal untuk sementara biaya rumah sakit bisa tercover dengan baik.Perlu banyak pertimbangan untuk mengambil langkah ini, mengingat ini adalah cita-cita Mas Risky ke depannya. Tapi apalah daya jika memang diri ini tak sanggup membayar semuanya. Lebih baik berusaha dengan mengorbankan apa yang ada dari pada hanya duduk berpangku tangan."Mama mau ke rumah sakit lagi?" tanya Caca saat aku t
Baca selengkapnya

Rasa Tak Nyaman

"Sesuai permintaan pasien, Kak." Suster itu menjawab setelah mengentikan laju brankar yang didorongnya.Aku yang sudah ketar-ketir dengan pertanyaan itu merasa lega seketika. Tak perlu susah aku menjelaskan apa yang menjadi landasan dipindahkannya di kamar yang tidak sesuai dengan standar orang tua Mas Risky biasanya."Di kamar VIP atau kelas berapapun, yang penting bersama dengan orang yang dicintai pasti tetap terasa nyaman," ujar Mas Risky setelah melirik Adinda yang saat brankar itu berhenti ia berada di sisinya.Adinda mencebik. Wajahnya melengos menghindari tatapan Mas Risky yang meskipun sayu tetapi ia berusaha menajamkan pandangannya, menatap mantan istrinya."Silahkan dilanjutkan kembali, Sus," ujar Mas Risky setelahnya. Ia kembali terpejam saat brankar itu mulai melaju.Sedangkan aku tak lagi mampu berkata-kata. Berkali-kali kuembuskan napas agar sesak karena keadaan ini tidak membuatku susah bernapas. Terlebih agar mata ini tak lagi mengeluarkan hujan air mata yang makin me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status