Home / Pernikahan / Akhirnya Ku Menemukanmu / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Akhirnya Ku Menemukanmu : Chapter 71 - Chapter 80

116 Chapters

Bab 71

Akhirnya Ku Menemukanmu "Mas ngerasa aneh ngga sih?" tanyaku saat kami sama-sama sudah merebahkan diri di atas tempat tidur. Aku tidur menyamping dan bersandar pada telapak tanganku yang menekuk. "Aneh apa?" tanyanya sambil mengalihkan pandangan dari layar ponsel di depannya. "Rumah ini terbilang baik dan layak huni, ngga mungkin dihargai semurah itu tanpa ada sesuatu hal." Wajah yang matanya tampak sayu di depanku tersenyum tipis. Lalu tangannya terulur mengusap pucuk kepalaku yang hijabnya telah kulepas. "Mungkin ini kerjaan Pak Tio. Nanti biar aku bilang sama dia." "Kok Mas bisa nebak gitu?" "Pak Tio itu orang kepercayaan papa sejak dulu. Beliau yang selalu mewakili keluarga kalau ada masalah sama hukum atau apapun yang membutuhkan bantuannya. Besok Mas ketemuan sama dia, biar sekalian Mas bilang ke dia soal ini ya?" Aku mengangguk cepat lalu tersenyum sambil memandangnya. "Tidur yuk?" "Sini tidur di lengan Mas. Biar Mas bisa puas-puasin meluk kamu malam ini. Biar makin pul
Read more

Bab 72

"Ca?" panikku saat aku masuk ke dalam rumah usai mengantar kepergian Mas Risky. Kulihat Caca terkulai lemas sambil memegang pensil warna. Matanya terpejam dan bibirnya mengatup rapat."Caca kenapa?" lirihku lagi. Kuraih badannya dalam dekapanku. Masya Allah, suhu badannya terasa panas. Tidak seperti biasanya. "Kepala Caca pusing, Ma," jawabnya pelan sekali. "Kita minum obat ya, Nak? Yuk masuk dulu ke kamar."Kuraih badan Caca yang sudah terkulai itu ke dalam dekapanku dan kubawa ia ke dalam kamar. "Kenapa Mama ngga peka kalau Caca sakit?" racauku merutuki diri. "Maafkan Mama ya, Nak?" Tanganku terulur mengusap keningnya yang terasa mendidih."Sudah lama sakitnya? Kenapa Caca ngga bilang Mama?""Sejak kemarin badan Caca sudah ngga enak. Tapi Caca takut bikin Mama khawatir makanya Caca diam saja.""Ya Allah, harusnya kan Caca bilang sama Mama. Ngga apa-apa Mama khawatir, dari pada terlambat kasih obat ke Caca, kan jadi makin parah nanti?"Caca mengangguk lemah sambil memandangi waj
Read more

Bab 73

Akhirnya Ku Menemukanmu"Santai saja. Jangan grogi." Mas Risky mencoba menenangkanku. Ia mengusap punggung tanganku lembut.Suamiku itu berdiri saat wanita paruh baya yang sangat dikenalnya berhenti tepat di depannya. Ia mengulurkan tangannya untuk bersalaman."Apa kabar, Ma?" sapanya sopan. Manik hitam milik Mas Risky menatap dalam wajah Bu Maria, ibunya."Baik." Tanpa berucap apapun lagi, Bu Maria beranjak dari hadapan kami. Beliau tidak sedikitpun melirikku. Ia hanya menatap wajah putranya sekilas lalu mengalihkan pandangan ke arah lain.Baru kusadari ada luka yang menganga dalam sinar matanya. Luka yang dalam, yang mungkin membuatnya sangat merasa tersakiti.Ya, karena aku. Luka itu karena aku. Lagi-lagi rasa bersalah datang silih berganti menghampiriku. Sesakit ini berada di posisiku saat ini. Ya Allah, jika saja saat itu Mas Risky tidak melakukan hal itu, mungkin semua masih baik-baik saja. Rasa sakit ini tidak akan menghampiriku dan Bu Maria secara bersamaan.Rasa bersalah ki
Read more

Bab 74

"Siapa, Mas?" tanyaku setelah Mas Risky mematikan sambungan telepon ketika kami menikmati makan malam bersama."Pak Bagas. Mau datang ke sini," jawabnya cepat. Setelahnya ia meletakkan ponsel di depannya lalu kembali menikmati makan malamnya yang tinggal separuh."Ada masalah? Apa prosesnya sudah selesai?""Ngga tau, sepertinya ada masalah. Ngga biasanya beliau menghubungi dijam begini. Mugkin ada hal penting yang mau disampaikan padaku.""Pak Bagas mau datang?"Mas Risky mengangguk cepat. Ia mempercepat mengunyah makanannya."Bagaimana jika proses perceraian Mas dengan Adinda dipersulit?""Kenapa punya pikiran begitu?""Ya, aku khawatir aja. Lebih-lebih lihat wajah Bu Maria saat di rumah sakit kemarin. Aku ngeri bayanginnya.""Ngga apa-apa. Mama memang orang yang tegas. Tapi manusia semuanya punya sisi baik dan buruk. Meskipun mama terlihat jahat tapi sebenarnya baik.""Iya, sih. Cuma kan aku belum lama kenalan dengan beliau.""Nanti, setelah kita bisa dapatkan restu, insya Allah kam
Read more

Bab 75

Akhirnya Ku Menemukanmu"Kok cuma segini ya, Mas? Ini diluar ekspektasi kita." Aku mulai gelisah saat sudah hampir sore tapi jumlah pengunjung tak sebanyak yang kami bayangkan. Tidak ramai, tapi setelah satu pengunjung pergi, selalu ada satu pengunjung yang lainnya yang mengisi salah satu meja dan kursi."Ngga apa-apa, namanya juga kan kita masih baru. Anggap saja kita lagi proses cari pelanggan. Kamu tahu kan itu ngga mudah? Yang penting konsisten buka.""Iya. Tapi kan biasanya kalau kafe baru buka itu pengunjung selalu ramai sekali. Tapi ini," ucapku terhenti. Aku tak kuasa melanjutkan kalimatku."Yang penting selalu ada yang datang. Ngga apa-apa ngga ramai. Yang penting ada yang mampir."Aku masih saja cemberut sambil memandang ke arah depan. Meja-meja dan kursi-kursi yang tersedia masih longgar, hanya terisi satu sampai dua meja saja. Sementara untuk modal, kita sudah keluar banyak dan belum bisa dikatakan mendapatkan untung. "Hei, kok cemberut? Wajah yang cemberut bisa mempengar
Read more

Bab 76

"Bu," panggil Mira yang seketika membuatku menoleh. Ia tampak berdiri dengan tatapan aneh terhadapku."Aku boleh tanya?" "Apa?""Kok Pak Risky urus perceraian? Sama Ibu mau cerai?" Kening Mira terlihat mengerut. Tatapan penuh tanya itu ia lontarkan padaku.Dadaku seperti tertohok mendengar pertanyaan Mira. Sebenarnya bukan salahnya jika timbul pertanyaan itu dalam kepalanya karena Mas Risky mengatakan itu secara terang-terangan. Tapi, sebagai orang lain, aku khawatir akan timbul pendapat lain yang bisa saja membuatnya berburuk sangka terhadap apa yang tidak diketahuinya."Bukan maksud saya mau tahu urusan orang lain. Tapi ya, aneh aja. Bapak dan Ibu baik-baik saja. Tapi kok urus surat cerai?"Aku tersenyum mendengar pertanyaan Mira, meskipun dalam hati ada yang harus kutahan."Itu pernikahan Bapak dengan istrinya dahulu yang belum selesai. Baru diselesaikan sekarang saat ada saya." Aku tersenyum mengiringi ucapanku pada Mira.Gadis di depanku itu tampak manggut-manggut. Entah apalagi
Read more

Bab 77

"Mobil siapa, Mas?" tanyaku saat Mas Risky kembali tetapi tidak dengan motor maticnya. Ia datang menaiki mobil berwarna hitam yang entah milik siapa. "Pinjem," jawabnya asal. Tangannya memainkan kunci mobil yang kemudian diletakkan di dalam saku celananya bagian belakang. Keningku mengerut mendengar jawaban asalnya yang tak masuk akal. "Pinjem? Ke mall aja kok pakai mobil? Pakai motor kan bisa, Mas! Jangan dibiasakan pinjem barang kalau kita ngga butuh banget." Aku mengomel meskipun tubuh tegap milik suamiku telah berlalu ke dalam ruang tamu. Dengan cepat kulangkahkan kakiku menuju ruang tamu, lalu duduk di sisinya. "Mas, diomelin kok diem aja!" "Tenang dong, Sayang. Kita mau jalan-jalan ke mana? Kan Mas belum bilang," jawabnya santai. Ia melingkarkan tangannya ke bahuku seraya menatapku dalam. "Kemana emang?" tanyaku cepat. "Sabar dong." Mas Risky mengeratkan pelukannya. Ia menarik badanku ke dalam rengkuhannya. Sejenak aku lupa bahwa kami baru saja bersama dan sedang dalam
Read more

Bab 78 Gelora Asmara

"Iya. Surprisenya ada di sana," jawab Mas Risky sambil menahan senyuman.Surprise di rumah Bude? Keningku mengerut. "Sejak kapan Mas bisa kenal dekat dengan Bude dan membahas soal surprise segala?""Adalah. Bude kan sudah kayak orang tua kamu sendiri, jadi gampang aja buat mas bikin acara di sana.""Acara? Acara apaan, Mas?"Sebelum menjawabnya, mobil Mas Risky sudah masuk ke gang menuju rumah Bude Nikmah. Mataku pun mengitari sekitar. Ada beberapa motor yang sudah terparkir di halaman depan rumah Bude."Kok udah rame ya, Mas?" Aku mengalihkan pandangan dari jendela menuju wajah tampan di sebelahku."Iya, kok rame ya? Ada apa ini?" Bukannya menjawab, Mas Risky malah turut bertanya. Entah pertanyaan itu untuk menggodaku atau bagaimana."Serius dong Mas!" kesalku karena Mas Risky malah cengengesan ."Ya, sabar dong Sayang . Namanya juga surprise, kalau aku kasih tau siapa mereka nanti jatuhnya ngga surprise dong?"Aku mencebik. Berada dalam rasa penasaran itu sungguh tidak mengenakkan
Read more

Kamu?

Akhirnya Ku Menemukanmu"Kok ke arah sini lagi, Mas?" tanyaku saat perjalanan pulang tapi mobil kami malah menuju arah makam."Iya. Mas mau pamitan sama ayah Caca sekalian minta izin buat bawa anaknya tinggal menetap di Surabaya.""Menetap?" tanyaku cepat."Iya menetap. Kenapa memangnya?""Enggak. Nggak apa-apa. Aku sungguh ngga pernah kepikiran bisa sampai seperti ini. Menjadi istrimu, tinggal diluar kota, bikin kafe berdua. Kupikir, saat Mas Yudha wafat kemarin, hidup kami akan menderita tanpa laki-laki yang bisa melindungi kami dan menjaga kami. Bayanganku, aku akan bekerja keras banting tulang buat besarin Caca sendirian. Ditambah saat ibunya Mas Yudha meninggal, hatiku makin hancur. Aku merasa tidak punya siapa-siapa lagi. Semua orang yang kusayangi Allah minta kembali."Mataku penuh dengan kabut yang membuat pandanganku tertutup. Hanya dengan satu kedipan saja, kabut itu terjatuh menjadi buliran air yang membasahi pipiku. Mobil Mas Risky menepi. Ia menghentikan laju kendaraann
Read more

Bab 80 Kamu Yakin?

"Kamu?" ucap Mas Risky kaget. "Mas Risky?" balas seorang perempuan yang berada di depan pintu. Secepat mungkin ia mengubah rasa terkejutnya dengan seulas senyuman yang dipaksakan. Namun tidak denganku. Perlahan aliran darahku terasa mengalir lebih cepat. Dentuman jantungku terasa bertalu-talu membuat keringat dingin perlahan mengalir ke seluruh tubuh. Aku bukan wanita perebut suaminya. Aku hanya wanita yang dipaksa oleh keadaan menjadi miliknya, sekalipun sebenarnya aku juga ingin. Tapi sungguh, dalam hati aku tidak pernah punya niatan untuk mengambil miliknya. Hatiku berteriak, membela diri. "Apa kabar?" sambung perempuan itu lagi sambil berjalan mendekat. Tangan Mas Risky terulur di depan perempuan tersebut. Ia juga berusaha mengendalikan rasa terkejutnya. Sementara aku masih diam memperhatikan seraya mengendalikan dentuman jantung yang kian tak tentu arah. "Alhamdulillah baik. Waah pasangan yang serasi," ucap perempuan itu yang adalah Adinda. Wajahnya membingkai wajahku dan Ma
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status