Home / Pernikahan / Akhirnya Ku Menemukanmu / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Akhirnya Ku Menemukanmu : Chapter 91 - Chapter 100

116 Chapters

Menjadi Simpanan?

Akhirnya Ku Menemukanmu "Bahagia sekali hidupmu, Mbak," ujar suara perempuan itu lagi yang tak lain adalah Adinda. Lagi-lagi ia tak bisa membuatku sedikit saja merasa tenang. Selalu saja apa yang kulakukan salah dimatanya."Sudahlah, Mbak. Jangan lagi mengusik hidup Mbak Sania. Bukankan kamu juga sedang menjalin hubungan gelap dengan teman Mas Risky?" sela Mas Dimas yakin. Seulas senyum miring terbit dari bibir Mas Dimas saat matanya membingkai wajah perempuan di depannya."Jangan asal kalau bicara!" sungut Adinda cepat. Ia mendorong bahu Mas Dimas yang berdiri tepat di depannya."Ngga asal kok. Aku tahu apa yang mama ngga tahu. Jadi santai saja menanggapi apa yang Mas Risky pilih. Jangan lagi turut merasa kebakaran karena Mas Risky lebih memilih pengasuh putrinya yang dulunya adalah kekasihnya.""Apa yang bisa dibanggakan dari seorang pengasuh macam dia?" ujar Adinda menantang. Matanya melirikku penuh dengan kilatan rasa tak suka."Jika segumpal daging dalam hati manusia itu baik, m
Read more

Mendadak Canggung

"Pak Tio" Nama yang tertera dalam layar panggilan.Aku ragu hendak mengambil ponsel di atas nakas tersebut. Terlebih membahas soal oper kontrak kafe di depan Mas Risky. Apa yang akan kukatakan padanya nanti? Alasan apa yang bisa membuatnya yakin bahwa ini adalah satu-satunya jalan yang bisa ditempuh."Dek, kok ngga dijawab?" tanya Mas Risky saat aku hanya diam tak bergerak. Padahal jarak nakas dan ponsel hanya satu langkah saja."Engga kok, Mas. Ngga penting. Sudah, biarkan saja." Aku mengelak. Biarkan sajalah ponsel itu berbunyi. Biar nanti aku yang menghubungi Pak Tio saat di luar kamar, agar Mas Risky tidak banyak bertanya soal apa yang akan kubahas nanti."Bunyi terus gitu masak ngga penting? Coba dilihat, dari siapa itu panggilannya?" pinta Mas Risky lembut.Nada bicaranya yang lembut makin membuatku tidak tega untuk berbicara di hadapannya. Rasa cemas dan gelisah dalam diriku membuat raut wajahku pucat seketika."Enggak, kok, Mas. Biar saja."Mata Mas Risky memicing menatap waj
Read more

Apa Kita Pulang Saja?

Akhirnya Ku Menemukanmu"Mas Risky butuh sesuatu?" tanyaku saat aku berada di ambang pintu kamarnya. Kulihat ia sedang berusaha meraih sesuatu dengan tangannya yang tidak ada jarum infus di atasnya.Mas Risky menatapku sambil mengalihkan tangannya dari atas nakas. Ia kembali mengarahkan tangannya ke tempatnya semula."Mas haus," jawabnya singkat."Kenapa ngga panggil aku?" jawabku sambil berjalan mendekat. Aku lantas menuang air dalam botol ke dalam gelas yang ada di atas nakas.Mas Risky tidak menjawab. Matanya nanar menatap selimut yang membungkus separuh badannya. Ia seperti sedang merenung.Aku menoleh sambil membawa gelas berisi air. Mataku membingkai wajahnya yang tampak berbeda. Apakah Mas Risky mendengar apa yang kubicarakan dengan Mas Dimas tadi? Entahlah. Untuk bertanya aku tak punya nyali."Mas, kok melamun?" tanyaku lembut. Aku menarik kursi agar lebih dekat dengan badan suamiku.Urung memberikannya minum, aku kembali meletakkannya di atas nakas. Sepertinya bukan minuman y
Read more

Rindu Yang Menggebu

Aku menggeleng cepat. Tidak bisa pulang paksa, harus pulang ketika memang benar-benar sudah sembuh total. Aku tidak mau terlalu banyak mengambil resiko yang bisa membahayakan kesehatan Mas Risky."Coba gerakkan kakinya, bisa gerak ngga?" tanyaku sambil membingkai wajahnya dengan ekor mataku.Mas Risky terdiam. Kaki di dalam selimutnya ia coba untuk digerakkan. Tetapi tidak bisa bergerak secara bebas seperti manusia normal pada umumnya."Susah." Keningnya mengernyit. Embusan napas panjang keluar dari bibirnya yang sudah tidak terlalu pucat.Aku membalasnya dengan senyuman."Makin lama nanti makin banyak biaya yang keluar, Sayang?" ucapnya lagi."Biaya bisa diatur. Yang penting Mas pulih benar. Sudah ya, jangan lagi banyak berdebat. Separuh biaya sudah tercover.""Tercover?" ulangnya lagi. Matanya memicing menatapku penuh tanya."Sudah, jangan khawatir."Setelah perdebatan itu, Mas Risky tak lagi banyak bertanya. Ia lebih fokus pada fisioterapi yang dilakukan agar kondisinya kembali nor
Read more

Pertolongan

Akhirnya Ku Menemukanmu"Mas tunggu di sini ya?" ucapku berusaha setenang mungkin. Berulang kali kutarik napas teratur agar mampu menutupi keraguan dan kegelisahan dalam diriku."Kemana?" tanyanya. Matanya menatapku tak berkedip."Urus surat ini dulu." Aku berujar sambil menunjuk resep yang diberikan dokter untuk ditebus di apotek.Pandangan Mas Risky tak beralih dari wajahku. Bahkan keningnya mengerut seakan meragukan apa yang hendak kulakukan."Sebentar ya?" ucapku pelan. Tanpa basa-basi lagi, aku segera berjalan keluar kamar untuk menghindari pertanyaan Mas Risky lainnya. Beberapa barang sudah kumasukkan ke dalam tas dan siap untuk dibawa pulang. Hanya saja, aku harus mencari sisa biaya untuk bisa membawa Mas Risky keluar dari rumah sakit ini."Saya bisa minta tolong dicekkan biaya keseluruhan?" tanyaku pada petugas administrasi rumah sakit. Lelaki berpakaian putih itu kembali mengarahkan pandangannya ke layar yang sedang menyala. Jari-jarinya dengan lancar menari di atas keyboar
Read more

Masihkah Berniat Menodaiku?

"Mas, ini hotel kan?" tanyaku dengan alis yang bertaut. Perlahan rasa cemas menyelimuti hatiku yang sudah tak karuan ini."Iya. Saya ada janji dengan klien sebentar. Mbak Sania bisa tunggu saya di sini, di kamar hotel ini, saya menemui kolega di restoran sebentar." Mas Adam berujar dengan meyakinkan."Menunggu di kamar?" tanyaku dengan cepat.Jika harus menunggu, bagaimana dengan Mas Risky yang masih menungguku di rumah sakit? Ada banyak pertanyaan yang mulai berjejalan memenuhi ruang dalam kepalaku."Iya. Saya di restoran. Nanti kalau selesai saya ambilkan uangnya di tas saya. Ada di kamar.""Mengapa ngga Mas ambilkan buat saya dulu saja? Biar saya bisa segera membawa Mas Risky pulang?""Saya sudah ditunggu kolega, Mbak. Ada bisnis yang sedang saya urus. Mbak tunggu sebentar saja."Tak lagi meladeni pertanyaanku, Mas Adam menyerahkan kunci mobil kepada seorang petugas yang sejak mobil berhenti beliau sigap berdiri di samping badan mobil.Aku pun dengan sangat terpaksa mengikuti apa y
Read more

Trauma?

Akhirnya Ku Menemukanmu Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, aku segera berlari melompat ke atas ranjang berukuran besar yang tepat berada di depanku. "Hei! Jangan lari!" teriak Mas Adam saat aku sudah berada di atas ranjang.Aku segera melesat pergi menuju pintu kamar yang tertutup rapat.Namun sayang, pintu itu terkunci dan aku tidak bisa membukanya dengan cepat. Minimal aku harus mengambil cardlock itu dan segera menempelkannya ke sensor yang ada di dekat hendel pintu. Sayangnya itu memakan waktu.Mataku mencari dimana letak cardlock itu tersimpan. "Jangan coba-coba kabur dari sini," teriak Mas Adam lagi. Ia berjalan mendekatiku."Tolong, Mas. Jangan begini sama aku. Aku wanita baik-baik. Aku istri temanmu. Mengapa kamu lakukan ini padaku?" rintihku memohon sambil mataku mencari dimana letak cardlock itu."Teman apa? Teman apa yang tega menyakiti istrinya demi perempuan macam kamu?" ucap Mas Adam dengan pandangan tajam padaku."Tidakkah Mas tahu apa yang mendasari pernikahan Mas
Read more

Cinta Memilih Jalannya

"Oke, baiklah. Saya bayar administrasinya. Tapi kamu masih ingat perjanjian awalnya apa kan?" tanya Bu Maria usai aku mengutarakan maksud kedatanganku.Aku tidak dipersilahkan masuk ke dalam ruang tamu. Ibu hanya memintaku duduk di kursi kayu di teras rumah. Jauh berbeda sikapnya dengan ketika aku datang untuk melamar pekerjaan pertama kalinya dahulu.Namun ini bukan masalah besar. Yang penting aku bisa membuat perjanjian dengan beliau dan Mas Risky bisa segera kembali ke rumah."Iya, Bu. Saya masih ingat. Saya akan kembali ke kampung sekarang juga." Aku menjawab dengan kepala tertunduk takut. Tidak ada keberanian untuk membalas tatapan wajahnya."Oh tidak. Saya tidak mau kalian kembali ke kampung halaman yang bisa saja ditemukan dengan mudah oleh dia nanti. Pergi yang jauh, asal tidak di dekat sini atau dikampung halaman kamu."Aku tertegun dengan permintaan Bu Maria. Lantas, kalau tidak kembali ke kampung aku harus kemana? Apa yang bisa kugunakan untuk mencari tempat tinggal baru?"
Read more

Kemana Saniaku?

Akhirnya Ku MenemukanmuPoV Risky"Kemana Sania. Lama sekali," ucapku sambil berjalan kesana kemari di dalam kamar perawatan. Bilangnya keluar untuk mengurus resep tapi tak kunjung kembali hingga beberapa jam setelahnya.Meskipun begitu, aku tetap sabar menunggu karena aku tak mungkin pulang sendirian tanpa ada keluarga yang bisa kuminta untuk mengurus administrasi rumah sakit.Ah ya, administrasi? Dari mana Sania bisa dapatkan uang untuk membayar seluruh biaya ini? Tapi kulihat ia tenang dan tak begitu kelihatan resah. Jika Sania tak punya uang untuk membayar, ia pasti sudah membahas masalah ini denganku.Namun betapa terkejutnya aku saat mendapati mama tiba-tiba datang ketika aku hampir putus asa menunggu Sania."Apa kabar, Ma?" sapaku seraya mengulurkan tangan padanya. Bagaimana pun hubungan kami, aku tetap menjaga sikap kepadanya. "Baik. Sudah siap? Mari pulang," ucapnya tanpa ada keramahan sedikitpun di wajahnya. Meskipun begitu aku senang Mama tiba-tiba mengajakku pulang. Apa
Read more

Suami Macam Apa Aku Ini?

PoV Risky "Mama tidak turun?" tanyaku pada Mama yang duduk di kursi depan."Buat apa turun di rumah kosong? Lihatlah, rumah itu seperti rumah kosong." Kening Mama mengerut saat melihat rumah yang beberapa hari lalu menjadi tempat tinggalku.Aku membuang napas kasar. Berdebat dengan mama itu percuma. Tidak akan bisa menang atau ketemu titik tengah. Apapun harus sesuai dengan keinginannya.Kubuka pintu mobil dan aku segera turun. Tak peduli dengan Mama yang terlihat jijik saat menatap rumah kontrakan kami. Biarlah, aku tak lagi peduli dengan penolakan Mama. Yang aku pedulikan sekarang adalah Sania dan Caca. Dimana dia?"Dek," panggilku saat kulihat pagar rumah terkunci rapat. Aku berjalan ke samping, searah dengan pintu ruang tamu, tapi tak kudapati gerak gerik seseorang di dalam sana."Dek, ini Mas." Aku kembali berteriak. Mataku celingukan mencari keberadaan penghuni rumah ini, tapi tetap saja. Tidak ada pergerakan apapun."Cari siapa, Pak?" tanya tetangga sebelah rumah. Seorang ibu
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status