หน้าหลัก / Pernikahan / Akhirnya Ku Menemukanmu / บทที่ 101 - บทที่ 110

บททั้งหมดของ Akhirnya Ku Menemukanmu : บทที่ 101 - บทที่ 110

116

Sebuah Surat

Akhirnya Ku Menemukanmu PoV Risky"Aku tidak percaya Mama sekejam ini padaku," ucapku lantang. Kemudian aku pergi meninggalkan Mama sendirian. Aku berjalan menuju kamarku. Merebahkan diri di atas kasur empuk nan lebar tapi tak juga membuat merasa tenang dan nyaman. Hatiku remuk tak bersisa. Bagaimana mungkin Adam bisa melakukan ini padaku? Tega benar dia melecehkan istriku."Dimana kamu sayang?" gumamku dengan suara lirih. Bagaimana aku bisa melanjutkan hidup jika aku tahu fakta yang seperti ini. Bagaimana aku bisa diam saja melihat istriku trauma seperti ini.Tiba-tiba saja kepalaku terasa nyeri yang teramat sangat. Ya Allah, kenapa aku ini? Aku mencengkeram rambut kuat-kuat. Mungkin dengan cengkeraman ini bisa mengurangi nyeri yang sedang kurasakan di kepala. Aku meringkuk di atas ranjang sambil tangan yang masih saja meremas rambutku. Jika ada kamu, aku tidak akan seperti ini, Sayang. Aku tidak akan sendirian. Kamu pasti akan memijit kepalaku dengan lembut sampai aku tertidur
อ่านเพิ่มเติม

Ngidam?

PoV Risky "Ma, sampai kapan Mama mau atur rumah tanggaku?" balasku sengit. Aku dan Dimas berdiri bersisian menghadap Mama yang sedang berdiri di ambang pintu kamar."Sampai kamu menemukan orang yang tepat dan setara dengan keluarga kita.""Dimana hati nurani Mama? Tidakkah Mama bisa melihat kalau dia sudah merawat Risky dengan baik? Dia urus sendiri apapun itu. Yang dia tidak bisa hanya membayar sisa biaya rumah sakit. Sangat tidak adil jika Mama menganggap Sania bukan wanita baik-baik. Lalu yang baik menurut Mama yang seperti apa?""Mama itu tahu yang terbaik buat anaknya. Dan menurut Mama dia bukan yang terbaik. Titik. Jangan dibantah!"Tanpa bicara lagi, Mama pergi dari hadapanku. Syukurlah. Aku bisa kembali melanjutkan acaraku tanpa ada halangan dari Mama.Namun saat aku hendak membuka pintu ruang tamu, pintunya tidak bisa dibuka. "Dobrak aja, Bang!" perintah Dimas dengan lantang.Aku membalas tatapan Dimas sambil berpikir. Tak banyak waktu untuk berdebat dengan Mama. Lebih ba
อ่านเพิ่มเติม

Apakah Ini Jodoh?

Akhirnya Ku Menemukanmu"Kita pergi kemana, Bu?" tanya Mira setelah kendaraan yang dikemudikannya mulai melaju membelah jalanan yang lumayan padat."Ibu juga ngga tau, Mir. Terserah kamu mau bawa kita kemana." Aku menjawab dengan malas. Berat rasanya meninggalkan kota Surabaya yang didalamnya berisi banyak kenangan tentang Mas Risky.Mataku membingkai sepanjang jalan raya yang kami lalui. Ada rasa tak rela untuk pergi mengingat kondisi Mas Risky yang baru saja sembuh dari sakit. Dimana biasanya kondisi seperti itu membuat siapapun penderitanya masih butuh dilayani dan ingin bermanja-manja."Ini beneran Ibu ngga tau mau kemana?""Iya. Mau pulang ke rumah Ibu tapi ngga dibolehin sama Mama-nya Mas Risky sebagai syarat beliau mau bantu Ibu.""Kalau ke rumahku aja gimana? Aku ada rumah peninggalan Ibu di perbatasan Mojokerto - Jombang. Kalau Ibu mau kita ke sana aja.""Boleh, deh, Mir. Kemana aja asal ngga bisa ditemui sama Mas Risky.""Astaga kisah cinta Ibu miris sekali." Mira melirikku
อ่านเพิ่มเติม

Kenapa Berdarah?

Aku masih berdiri menatap tubuh lelaki yang baru saja pulang dari rumah sakit itu dengan hati berdebar. Ingin rasanya aku berlari dan mendekap erat badannya, menghidu aroma tubuhnya, dan menikmati deru napasnya yang hangat. Akan tetapi sekilas ucapan Bu Maria kembali terngiang di telinga."Astaghfirullah," lirihku sambil meremas kerudung yang menutup dada.Lagi-lagi aku hanya bisa melihat dari kejauhan. "Pergilah, Mas. Pergi, bahagia bersama Kiaa dan Mama."Aku tertunduk. Kakiku tak lagi sanggup menopang beban tubuh yang ramping ini. Badanku merosot ke lantai. Biarlah aku seperti ini untuk menikmati luka ini sejenak.Berulang kali kuembuskan napas dalam dan panjang agar dada ini tak lagi terasa dililit oleh sesak karena getirnya perasaan. Mataku kembali melihat ke arah mobil Mas Dimas. Rupanya dua lelaki itu sudah berada di dalam kabin mobil dan bersiap untuk kembali melanjutkan perjalanan. "Akan pergi ke mana kamu, Mas?" lirihku sambil menatap mobil itu yang perlahan mulai melaju m
อ่านเพิ่มเติม

Hidup Baru

Akhirnya Ku MenemukanmuAku menangis sesenggukan saat tahu kenyataan bahwa ternyata aku sedang hamil dan malah melakukan perjalanan jauh. Kehamilan yang tak direncanakan membuatku abai pada tanda-tanda kecil kehamilan yang biasa dirasakan oleh seorang wanita.Pusing yang sering kurasakan ternyata sebagai pertanda bahwa ada benih Mas Risky dalam rahimku. Sayangnya aku gagal mempertahankan benih itu. Aku bodoh. Aku terlalu sibuk mengurusi semuanya seorang diri."Ya Allah," lirihku penuh sesal."Sabar Bu. Namanya juga musibah. Kalau tahu juga ngga mungkin saya berani ajak Ibu melakukan perjalanan jauh." Mira mengusap bahuku pelan."Salahnya Ibu, Mir, ngga peka sama sekali. Seandainya saja tahu, Ibu pasti akan jaga diri dengan baik." Air mataku kembali bercucuran.Ingin rasanya aku menghubungi Mas Risky dan menceritakan semua ini padanya. Tapi mana mungkin. Jika kuceritakan bisa jadi malah akan menambah kesedihannya atau malah menambah sesal dalam dirinya. Sementara kondisinya tidak boleh
อ่านเพิ่มเติม

Ibu Yakin?

Tak henti aku berdzikir agar perasaan gelisah segera sirna. Entah mengapa tiba-tiba bisa begini. Mungkinkah karena terlalu bersemangat memulai usaha sehingga aku mengabaikan kondisi badan yang sebenarnya masih butuh istirahat? Entahlah.Semoga saja ini hanya perasaanku saja.Deru motor Caca dan Mira terdengar setelah aku menyiapkan menu berbuka puasa. Sayur bening dengan pepes tahu juga sambal, menu sederhana tapi cukup nikmat untuk santap buka puasa. Usai ku tes rasa, aku segera mengusap bibir agar tak tampak bekas makanan di bibirku.Masa nifas setelah keguguran membuatku absen puasa sementara hingga bersih. Meskipun begitu, aku tetap tidak makan dan minum ketika Caca berada di rumah. Bagaimana pun aku harus menghormati anakku yang baru saja belajar berpuasa."Mama," teriak Caca setelah ia membuka pintu ruang tamu. Derap langkah Caca terdengar mendekat ke arahku yang tengah mencuci perabotan bekas memasak."Iya, Sayang. Bagaimana jualannya? Habis semua?" tanyaku menyambut kedatangan
อ่านเพิ่มเติม

Luapan Kerinduan

Akhirnya Ku MenemukanmuMataku membulat sempurna saat kudapati laki-laki yang sangat kuhindari ternyata ada di depan mataku. Kebetulan macam apa ini yang sedang menghampiriku. Sebenarnya sedang apa dia di rumah peninggalan Mas Yudha ini?Mira meraih helm yang kukenakan. Sedangkan aku, masih tertegun menatap laki-laki yang berdiri di teras rumahku. Ia seolah paham bahwa ibunya ini sedang tidak baik-baik saja."Masya Allah Sayang. Kamu tinggal dimana? Mas nungguin kamu tiap hari di sini." Mas Risky menghampiriku dan kedua tangannya memegang bahuku sambil membingkai wajahku dengan matanya. Ada binar kebahagiaan yang perlahan muncul diantara serpihan kaca yang mulai memenuhi kelopak matanya."Mas Risky sedang apa di sini?" tanyaku tak percaya. Aku masih tercengang dengan keadaan ini."Mas nungguin kamu pulang. Mas kesepian di sini sejak awal puasa kemarin. Mas minta izin sama Bude Nikmah untuk tinggal di sini sampai kamu kembali. Dan sekarang doaku terkabul." Serpihan kaca itu perlahan be
อ่านเพิ่มเติม

Kenapa Mama?

"Kamu ngga apa-apa, Dek?" tanya Mas Risky setelah ia terbangun. Gurat kekhawatiran terlihat jelas dari pandangan matanya yang tak lepas menatapku. Telapak tangannya berulang kali memegang dahiku.Hatiku berbunga mendapati perhatian dari lelaki yang telah lama berpisah denganku."Aku ngga apa-apa, Mas. Jangan khawatir." Aku menenangkan. Kuubah posisi tidurku menjadi duduk bersandar di sandaran ranjang."Jangan puasa ya?" pintanya sedikit memaksa."Enggak, Mas. Aku puasa aja. Sayang lebaran kurang beberapa hari lagi. Aku juga sudah bolong banyak." Aku mengelak. "Kamu lagi sakit, Dek.""Enggak. Langsung sembuh pas ketemu Mas di sini," elakku. "Nih lihat sudah sembuh," sambungku sambil kupegang dahiku sendiri.Mas Risky terdiam menatapku sambil mengerjap. Perlahan seulas senyuman terkembang dari bibirnya yang kemerahan. Dimataku ketampanannya meningkat drastis karena lama tak berjumpa. Lebay ya? Biar saja. Aku cinta.Tangan Mas Risky yang kokoh itu meraih jemariku dengan lembut, lalu ia
อ่านเพิ่มเติม

Geli, Mas!

Akhirnya Ku Menemukanmu 57"Mama sakit, Sayang." Mas Risky berujar setelah meletakkan ponselnya. Ia menatapku dalam tak berkedip."Kita ke sana?" tawarku pelan."Tidak."Aku terkejut. Mataku membulat menatap wajah suamiku yang duduk di sebelahku. Begitu tegasnya ia menolak."Mas, Ibumu sedang sakit, bagaimana mungkin Mas tidak mau datang ke sana?" tanyaku tak percaya."Tidak akan datang sebelum Mama mau menerimamu sebagai menantunya." Mas Risky berujar tanpa menatapku.Aku tertegun mendengar ucapan Mas Risky. Sebegitu kerasnya ia berusaha untuk memaksa Bu Maria untuk menerima kehadiranku."Mas sudah lelah menuruti apa kemauan Mama. Sudahlah, biarkan ini jadi pelajaran buat dia. Biar Mama juga sadar kalau anaknya juga punya kemauan, ngga harus selalu menuruti kemauan Mama saja."Mas Risky kembali meraih sendok yang sebelum menerima telepon ia letakkan. Ia mulai melahap masakanku yang menurutku setelah mendengar kabar ini semua makanan di depanku ini jadi hambar. Padahal sebelumnya aku
อ่านเพิ่มเติม

Muara Rindu

Melihat wajah Mas Risky yang cemberut, aku malah tertawa. Lucu saja melihat wajah tampannya dibuat jelek dengan bibir yang maju beberapa senti. Namun saat aku tergelak, tanpa aba-aba Mas Risky berdiri dan mengangkat tubuhku hingga aku memekik kaget."Mas," pekikku. Dengan cepat tanganku mengalung ke lehernya. Mataku membulat sempurna menatap wajahnya yang tepat berada di depanku. Tapi tak urung, aku menyandarkan kepalaku ke bahunya."Salah sendiri. Dibilang Mas lagi rindu malah cekikikan," kesalnya. Tapi tak urung wajah itu akhirnya tersenyum juga.Mas Risky meletakkan bobot tubuhku ke atas ranjang sederhana yang menjadi tempat bersatunya kami setelah akad beberapa waktu lalu. Ranjang yang menjadi saksi bahwa lelaki yang kerap kusebut dalam doaku benar-benar menyentuhku dengan segenap cinta dan kasih yang dia miliki."Habis Mas lucu sih." Aku masih saja tak bisa menahan bibirku untuk tidak tertawa."Kok lucu?" sela Mas Risky. Ia mengunci tubuhku di bawah tubuh gagahnya. Kedua tangann
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status