Home / Romansa / RInai (Cinta Tak Sesakit Ini) / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of RInai (Cinta Tak Sesakit Ini): Chapter 31 - Chapter 40

66 Chapters

Aku Hanya Butuh Dia

Suara petir mengejutkan Kusuma hingga kertas di tangannya terlepas dan jatuh ke lantai. Dari balik kaca kamar dia bisa melihat angin di luar berembus sangat kencang, hingga menerbangkan daun-daun jambu kering yang tumbuh di depan rumahnya. Awan kelabu pun berarak memenuhi langit, tak lama gerimis mulai turun, sepertinya langit tak kuat menahan hingga menumpahkan kandungannya ke bumi.Seperti halnya cuaca yang hujan disertai angin kencang, begitu pula suasana hati Kusuma. Setelah pertemuan dengan Irene kemarin, dia mulai mencurigai sesuatu. Kalimat terakhir dan perubahan wajah wanita tersebut membuat kecurigaannya semakin menguat. Apalagi setelah mencermati alamat di kertas yang sengaja diletakkan di sana. Alamat tersebut pernah ditelusuri Kusuma, tetapi hanya tanah kosong yang dipagari tembok beton tinggi dan tak seorang pun tahu siapa pemiliknya. Namun, anehnya tanah itu terlihat sangat terawat, sebuah rumah kecil berdiri di atas tanah tersebut, meski melihat dari luar pagar, wanita
Read more

Luka Masa Lalu

Kenshi mendongak saat pintu ruang kerjanya dibuka dari luar. Matanya menangkap sosok Nailah, wanita itu perlahan berjalan mendekat. "Ken, aku mau bicara sebentar. Kamu ada waktu?"Kenshi menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dan melipat tangannya di dada. "Bicara apa? Ini sudah malam, bagaimana jika Arina bangun?""Dia baru saja tertidur. Aku ingin bicara sebentar saja. Emm, ini tentang kita."Kedua alis Kenshi terangkat mendengar Rinai menyebut kata kita. Sepertinya wanita itu masih mengharapkannya. "Ada apa dengan kita?"Nailah memangkas jarak lebih dekat. Kali ini mereka hanya dibatasi meja kerja Kenshi. "Ken, aku dengar kamu mau menikahi Rinai, kamu serius?""Tentu saja aku serius, bahkan tak pernah seserius ini," jawab Kenshi lugas.Raut kecewa terlihat jelas di wajah Nailah, dia bergerak memutari meja kerja lalu mencoba meraih tangan sang pria. Tapi, Kenshi dengan cepat menepis lalu berdiri, dia membentangkan jarak dengan Nailah."Ken, jangan lakukan itu. Kamu tau kalau a
Read more

Tragedi

Nailah memperhatikan dari jarak yang tidak terlalu jauh interaksi Rinai dan Kusuma. Tak ada lagi kecanggungan yang terlihat di sana. Sikap mertuanya itu berubah 180 derajat terhadap Rinai. Wanita nomor satu pemilik Riyad Grup itu bersikap sangat hangat, senyum tak henti mengulas di bibir mereka, sesekali terdengar gelak tawa meriuhkan ruang keluarga tempat mereka berkumpul. Ada yang berdenyut nyeri di dada Nailah, begitu cepatnya angin kemenangan berpihak pada Rinai. Dia yang awalnya sangat yakin mampu merebut perhatian Kusuma dan Kenshi, harus berpikir ulang setelah pria itu balik mengancamnya. Menyakitkan memang, saat hati mulai menyadari seseorang yang kita abaikan ternyata adalah orang yang benar-benar kita cintai. "Eh, Nai, liatin apa?" Suara yang terdengar dari belakang punggungnya membuat wanita tersebut menoleh. Sosok Kenshi terlihat rapi dengan rambut yang disisir kebelakang. Mengenakan T-shirt putih dan celana jeans selutut, membuat penampilan pria itu santai tetapi sangat
Read more

Wanita Tamak

Kenshi tak melepaskan pandangan dari pintu ruang operasi tempat Rinai mendapatkan pertolongan. Napas pria itu seolah-olah tersendat menunggu kapan tindakan tersebut selesai. Dua jam, belum satu pun dokter dan timnya keluar dari ruangan itu. Dia selalu berjalan mondar-mandir untuk membunuh waktu, ingin rasanya mendobrak masuk dan melihat langsung operasi itu. Dia ingin menggenggam tangan Rinai dan berbisik di telinganya untuk bertahan, dia tak bisa membayangkan jika sesuatu terjadi pada wanitanya. "Dia akan baik-baik saja." Kusuma mengelus punggung tegap Kenshi dengan lembut, sorot matanya memancarkan kasih sayang, berharap bisa menenangkan putranya."Aku takut, Ma. Bagaimana jika sesuatu terjadi pada Rinai, aku enggak bisa kehilangan dia, Ma." Lirih suara Kenshi berkata, tak ada lagi ketegaran seorang pria di wajahnya. Dia seperti seorang bocah yang ketakutan mainan kesayangannya hilang."Percaya sama Tuhan. Rinai wanita baik, dia pasti selamat. Kita harus banyak berdoa."Hati Kusuma
Read more

(Belum) Merelakan

Menatap tubuh ringkih Amanda dari balik kaca jendela ruangan ICU, membuat sesak menghimpit dada Reinart. Harusnya saat ini wanita itu sedang bermain dengan putri mereka. Menenangkan Anin yang rewel atau sibuk menyiapkan segala kebutuhannya. Pria itu membayangkan repotnya Amanda berlarian ke sana ke mari mengejar putri mereka yang sedang belajar merangkak, menceritakan kelucuan sang putri, atau mengunggah foto Anin ke media sosialnya. Akan tetapi, semua hanya angan kosong yang membuat Reinart harus berkali-kali menyadarkan diri sendiri, bahwa Amanda masih setia lelap dalam tidurnya, hanya mesin pendeteksi jantung penanda wanita itu masih hidup. Gundah menghantam pikiran Reinart setelah tadi mendengar penjelasan dokter yang menangani istrinya selama ini. Wanita yang dia nikahi itu tak menunjukan perkembangan berarti. Hampir sembilan bulan dia koma, hanya diam seperti boneka, tapi bernyawa. Dokter juga mengatakan tipis harapan hidup bagi Amanda, jikalau dia hidup, banyak organ ditubuhny
Read more

Kotak Pandora

Mendekati bulan Desember udara mulai terasa dingin. Perubahan cuaca sangat cepat dan tiba-tiba, membuat orang-orang tak bisa lagi memprediksi dengan tepat. Polusi yang menyebabkan kerusakan ozon yang berimbas pada tak menentunya iklim. Begitupun hati manusia, mudah sekali berubah. Apalagi insan yang tak punya prinsip kuat dalam hidup, akan mudah terombang-ambing dibawa arus kehidupan.Seperti itu perasaan Kenshi saat ini. Ada cemburu yang menusuk-nusuk jantungnya saat Reinart mampu membuat Rinai bangun dari tidurnya. Entah kebetulan atau memang keduanya memiliki ikatan khusus, Kenshi merasa tak berguna sebagai seorang kekasih. Hampir setiap malam dia menemani Rinai, mengajak bicara sambil menggenggam tangannya, tetapi wanita itu bergeming. Namun, saat Reinart yang mengajak bicara, Rinai langsung menunjukkan reaksinya. Harusnya Kenshi bersyukur wanitanya keluar dari masa kritis dan membuka mata. Namun, ego sebagai pria yang meng-klaim Rinai sebagai calon istri terusik. Dia bertanya-ta
Read more

Rahasia Kelam

Setelah sosok Kusuma menghilang dari balik pintu, Irene terduduk lemah di atas sofa. Dia membenak, dari mana wanita itu tahu kejahatan yang dia lakukan dulu? Apakah dari wanita suruhannya? Tapi, sangat tidak mungkin. Menurut oknum polisi yang dibayarnya, wanita suruhannya itu masih bungkam, bahkan berperilaku seperti orang gila, sesuai dengan perintahnya. Irene yakin, wanita itu tak akan berani berkhianat karena kehidupan anak-anaknya dipertaruhkan. Dia berpikir jika Kusuma hanya mengada-ada saja atau memang tahu tapi dari sumber lain.Irene memijit pelipisnya, dia harus membungkam Kusuma bagaimanapun caranya. Jika wanita itu sampai bicara, maka semua yang sudah dia usahakan akan sangat sia-sia. Dia sampai rela melumuri tangannya dengan darah agar kehormatan serta harta tetap terjaga, hanya satu saja yang hilang dari dadanya, cinta. Baginya Irene, cinta hanyalah pepesan kosong, tak bermakna, tak berharga. Dalamnya luka yang ditancapkan suami dan adik angkatnya, membuatnya susah sekali
Read more

Api Cemburu

Reinart menunduk cukup lama setelah mendengar penjelasan dokter yang menangani Amanda. Menurut dokter tersebut, sangat sulit untuk Amanda kembali sadar. Tak ada perkembangan berarti sejak dia jatuh koma, bahkan beberapa kali wanita yang telah memberi Reinart seorang putri itu kritis. Dokter mengatakan pria itu harus siap atas akhir yang buruk, dia memperkirakan Amanda tak bisa bertahan lama."Apa tak ada cara lain, dok? Saya bisa membawa istri saya ke luar negeri, berapa pun biayanya saya sanggup bayar." Reinart masih berharap ada setitik harapan demi kesembuhan sang istri.Sang dokter menggeleng pelan dengan raut penuh penyesalan. "Bukan masalah alat atau obatnya, Pak. Sel kanker sudah menjangkiti seluruh organ penting Buk Amanda. Bila Anda membawa ke luar negeri pun, pasien tak akan bertahan."Reinart menghempaskan napasnya seraya menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Jelas gurat lelah terlukis di wajah tampan itu. Kebersamaa bersama Amanda berputar-putar di benaknya. Pria itu
Read more

Duka Memeluk Jiwa

Siang terasa begitu teduh, sinar mentari tak terlalu garang, tak mampu menembus jendela kamar rumah sakit tempat Rinai di rawat. Sudah tiga jam berlalu sejak dokter memeriksa jahitan di perut wanita tersebut, belum ada yang membuka suara. Baik Rinai maupun Kenshi sibuk dengan pemikiran masing-masing. Menurut Rinai, kecemburuan Kenshi tidak beralasan. Pria itu menuduh Reinart mencari-cari alasan untuk bertemu dengannya. Dia sama sekali tak mau mendengar penjelasan Rinai, meski wanita itu telah menjelaskan secara detail awal pertemuan keduanya tadi.Rinai menghela napas berat, dia melirik sebentar ke arah Kenshi yang sibuk dengan ponselnya. Sesekali pria itu tersenyum, sepertinya ada yang menarik di sana. Sebenarnya dia tak ingin tahu, tapi mungkin saja itu salah satu cara agar hening yang mengikat mereka bisa diputuskan."Ada film lucu, ya?" tanya Rinai berusaha mengulas senyum.Kenshi mengangkat wajahnya sebentar, lalu menatap ponselnya lagi. "Adelia lucu banget, bayi itu udah bisa be
Read more

Kebencian Tak Kasat Mata

Reinart masih diam menatap makam yang ditaburi bunga dari para pelayat, sesekali dia menyambut uluran tangan mereka dengan raut datar. Tak terlihat emosi apa pun di wajahnya, kacamata hitam yang tersemat di hidung mancungnya adalah tameng agar orang-orang tak bisa membaca apa yang dia rasakan saat ini. "Nak, ayo pulang, Amanda sudah tenang di sini." Irene berusaha membujuk putranya. Tetapi, pria tersebut bergeming, seolah-olah dia tak mendengar ajakan sang mama.Irene menghela napas panjang. Dia menatap sekeliling, lalu matanya menangkap sosok Kenshi dan Kusuma berdiri di antara para pelayat. Tentu saja keduanya hadir. Riyad Grup merupakan relasi bisnisnya dan orang tua Amanda. Irene tak masalah dengan kehadiran keduanya, malah sangat menghargai. Akan tetapi, dia merasa sangat terganggu dengan tatapan Kusuma padanya. Wanita yang mengenakan dress selutut berlengan panjang itu, memandang dengan tajam, seolah-olah sorot wanita tersebut mengancam akan melakukan sesuatu yang tak akan dise
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status