Home / Romansa / RInai (Cinta Tak Sesakit Ini) / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of RInai (Cinta Tak Sesakit Ini): Chapter 11 - Chapter 20

66 Chapters

Petaka

Aku tidak tahu sejak kapan rasa itu berkembang. Tapi, melihat keadaan Kenshi membuat rasa bersalah membakar dadaku. Andai saja aku tak berpura-pura tak tahu tentang perasaannya, andai sejak awal aku tegas padanya, tentu dia tak akan putus asa seperti itu. Dan sekarang bukan hanya perasaan bersalah, tapi keinginan untuk merawat dan membuat dia sembuh seperti semula. Aku tahu, kecelakaan itu tersebab kekecewaan berlebih kepadaku. Ah, Kenshi ... mengapa dadaku kini mulai berdebar setiap mengingat namamu? Tapi, ini tak boleh, kan? Aku tak mungkin menodai hati pada suamiku, Kakakmu. Tuhan ... aku harus bagaimana? Tak mungkin ada dua cinta dalam hatiku. Bila aku bersama Riyad, pikiranku berkelana pada Kenshi. Begitu pula sebaliknya.*Riyad berkali-kali mengembuskan napas perlahan. Wajah pria itu terlihat begitu gelisah. Berkali-kali dia membaca buku yang ada di tangannya, perasaan bersalah semakin berdenyut di dadanya. Andai saja dia tahu hubungan Kenshi dan Nailah sedekat itu, tentu dia t
Read more

Ada Tapi Tak Terlihat

Tangis Nailah terdengar menyayat hati saat jenazah Riyad dimasukkan ke dalam kubur. Wanita yang tengah mengandung enam bulan itu tak sanggup menahan beban kehilangan yang tiba-tiba. Padahal sebelum kecelakaan terjadi, dia telah mempersiapkan sebuah makan malam romantis dengan sang suami. Dia ingin mengembalikan perasaan yang seharusnya utuh diberikan kepada pria yang memberi begitu banyak cinta. Namun, takdir berkata lain. Saat dia begitu bersemangat menunggu kepulangan Riyad, justru telepon dari kepolisian datang dan mengabarkan sang suami meninggal karena kecelakaan beruntun di jalan tol. Dunia Nailah seolah-olah runtuh di hadapan seketika itu juga. Airmatanya tak berhenti jatuh berderai kala hari-hari bersama pria tersebut melintas di ruang mata seperti slide sebuah film."Sudahlah, Nak. Ikhlaskan suamimu, jangan beratkan dia dengan airmatamu." Kusuma mencoba membujuk Nailah yang kini memeluk nisan almarhum sang suami."Enggak, Bu. Riyad enggak mungkin ninggalin aku. Dia sayang sa
Read more

Akui Aku

Semua orang yang berada di ruangan dokter Gunawan bertepuk tangan saat Kenshi berhasil berjalan tanpa bantuan kruk. Meski masih sangat pelan, tetapi pria itu sudah mampu mengerakkan kakinya kembali. Dia menghampiri Kusuma yang tak bisa menahan airmata saat sang putra memeluknya. Tangis wanita itu pecah seketika, dia membalas pelukan Kenshi lebih erat dan meracau bahwa tak pernah mengira bisa melihat putranya berjalan kembali. Rinai hanya memperhatikan dari tempatnya berdiri. Saat Nailah juga ikut memeluk Kenshi dan keduanya bertatapan lama, dia hanya bisa menyalurkan sesak di dada dengan meremas kain yang tadinya dipakai untuk menutup kaki sang pria. Mereka semua lupa akan keberadaannya, terlalu larut dengan kebahagiaan seolah-olah dirinya hanya orang lain. Tanpa sengaja Rinai menatap pantulan wajahnya sendiri di dalam cermin yang terpasang di ruang praktek dokter Gunawan. Wajah seorang wanita malang yang kembali merasa tersisih dalam cerita cinta. Tadinya dia berharap kisah cindere
Read more

Waktunya Pergi

Rinai menimang kotak kecil berlapis beludru hitam di tangannya. Dia ingat bagaimana bahagianya saat Kenshi melamarnya, tetapi hingga saat ini pria itu tak menagih jawaban darinya. Hanya meminta untuk tinggal? Sebagai apa? Tidak! Rinai terlalu takut untuk terluka lagi. Bila dulu ada Kenshi yang menemaninya bangkit, kini justru pria itu yang membuatnya kembali terpuruk. Wanita itu terlalu tahu diri untuk mundur sebelum dipaksa oleh kenyataan yang akan menorehkan luka lebih parah nanti.Dia mengembuskan napas perlahan, seolah-olah ingin melepaskan sesak yang terus saja betah mendiami hati. Meletakkan kotak yang berisi cincin itu di atas meja, lalu menarik satu koper keluar dari kamar yang dia tempati sejak tinggal di rumah keluarga Kusuma. Begitu membuka pintu, sosok Nailah terlihat berdiri di sana. Wanita yang terlihat sudah baik-baik saja itu tersenyum padanya seraya mengelus perutnya yang terlihat jelas."Aku pikir kamu hanya becanda berhenti," ujar Nailah, dia melihat koper di tangan
Read more

Kelicikan Nailah

Suasana di tepi pantai saat matahari mulai surut sangat disukai semua orang. Bahkan, banyak sekali syair-syair lahir mendeskripsikan perihal senja. Bagaimana cahaya kemerahan itu terlihat sangat indah saat bergradasi dengan langit dan awan, bagaimana indahnya kala matahari turun perlahan seolah-olah tenggelam ke dalam lautan. Meski telah hilang, cahayanya masih tetap tinggal seakan menjanjikan esok akan datang kembali. Baik rawi, candra, dan swastamita memang selalu hadir meski tak tepat waktu mereka tak pernah ingkar janji.Sepoi angin laut juga dinikmati Rinai. Dia tak tahu apa yang membuat langkahnya sampai di sana. Dia hanya menyetop taksi dan meminta sang sopir berputar-putar. Saat melewati pantai, Rinai memilih untuk turun. Mungkin melihat ombak yang berkejar-kejar ke tepian atau pesona swasmitalah yang menariknya. Berkali-kali dia mengembuskan napas, berharap bisa mengurangi sedikit sesak di dada. Nyatanya, justru perih yang kian menikam. Bayangan Kenshi saat melamarnya melint
Read more

Penyesalan Amanda

Bibir Kusuma terus saja mengulas senyum kala melihat album lama yang tak sengaja dia temukan saat membersihkan ruang baca. Di sana foto-foto Riyad dan Kenshi bertebaran lengkap dengan hari, bulan, dan tahun. Kusuma memang sedetail itu mengarsipkan sesuatu. Dia tak ingin setiap moment berlalu begitu saja. Mungkin nanti dia tak ada lagi untuk menceritakan betapa lucu dan menggemaskan kedua putranya itu. Tetapi, gambar-gambar tersebut bisa lebih menerangkan bagaimana bahagianya Kusuma memiliki mereka."Mama dicariin malah ngumpet di sini." Kenshi mendekati sang Mama yang tersenyum ke arahnya. "Mama lagi liatin foto-foto kamu dan Riyad. Liat, deh, kalian berdua itu lucu banget. Tetangga itu sampe rebutan gendong kalian.""Siapa dulu dong Mamanya." Kenshi ikut melihat foto-foto tersebut. "Beda banget, ya, Ma aku sama Riyad. Dia putih bersih, aku sawo matang. Riyad kek orang Arab, aku Indo. Tetangga enggak pada nanyain, ya?"Kusuma mengelus bahu tegap sang putra. "Beda itu biasa. Lagian me
Read more

Menjilat Ludah

Rinai tersenyum ketika melihat bayi cantik berkulit putih itu menggeliat. Walau sudah dipakaikan bedung dengan kuat, tetap saja dia bisa melepaskan tangannya. Wanita itu mengusap pipi sang bayi dengan lembut saat bibir bayi tersebut bergerak hendak mencari sesuatu. Rinai sengaja membiarkan makhluk mungil itu merengek. Dia suka mendengar tangisan bayi, rasanya suara itu mampu mencairkan hatinya yang membeku. Rengekan bayi tersebut berhenti saat Rinai menyodor dot berisi susu formula. Dengan penuh kasih sayang dia menggendong sang bayi, lalu meninabobokannya. Sepertinya bayi tersebut memang sangat kehausan, hanya beberapa menit susu itu tandas dari botolnya. Tak lama bayi itu pun kembali tertidur pulas.Semua gerakan Rinai tak lepas dari mata Irene. Harus dia akui jika mantan menantunya itu sangat telaten dan lembut. Anindya--putri Reinart dan Amanda--tidak lagi rewel seperti beberapa hari yang lalu. Dia sampai kebingungan bagaimana menenangkan tangis sang cucu. Kemudian, nama Rinai te
Read more

Bertemu Lagi

Rinai tersenyum membayangkan raut Irene saat mengajukan syarat agar pernikahan dengan Reinart kembali disambung. Dia wanita yang sama, tetapi dengan pribadi lebih kuat. Jika selama ini dia hanya diam dengan perlakuan yang tak adil, bukan berarti dia lemah. Hanya saja Rinai tak ingin berkonfrontasi lebih dalam dengan orang-orang yang tidak menghargai dirinya. Hanya orang bodoh yang berdebat dengan orang bodoh lainnya. Meski berbicara hingga mulut berbusa, tetap saja kebenaran akan kalah."Rin, apa benar yang dikatakan Mama?"Rinai baru saja selesai melipat pakaian serta selimut Anandya, menoleh saat Reinart datang menemui di kamar bayi. "Emang Mama Irene bilang apa?" jawabnya acuh tak acuh."Kamu meminta syarat agar mau menikah denganku.""Memangnya itu salah?" Rinai balik bertanya menantang sorot Reinart yang sepertinya tidak senang dengan tindakannya."Ada apa denganmu? Setahuku kamu bukan wanita gila harta. Saat kita berpisah pun kamu menolak kompensasi yang kuberi. Lalu kenapa seka
Read more

Tuntutan Nailah

Kenshi tak tahu berapa lama dia menghabiskan waktu duduk di balkon kamar. Bayangan Reinart menyentuh bahu Rinai membuat dadanya terasa panas. Seolah-olah api sedang berkobar di sana. Dia tak mengerti mengapa harus seperti itu. Bukankah Rinai bukan siapa-siapa baginya? Lalu mengapa ada ngilu yang menikam dada kala bayangan itu melintas di benaknya. Semakin dia ingin mengenyahkan, semakin lekat di ingatan.Banyak tanya berbondong-bondong bertamu ke kepalanya. Ada hubungan apa keduanya? Apa mereka memutuskan untuk rujuk? Tapi, bukankah Reinart telah menikah. Dan wanita yang dinikahinya bukan wanita sembarangan. Keluarganya memiliki kekuasaan yang cukup besar. Apa pria itu rela melepas sang istri atau malah menjadikan Rinai sebagai istri kedua?Segala prasangka silih berganti bermain di benak Kenshi. Dia tak rela jika Rinai jatuh kembali ke pelukan pria itu. Dia tak mengerti jalan pikiran sang wanita. Mengapa mengambil resiko kembali pada pria yang pernah mengkhianati? Begitu besarkah cin
Read more

Membujuk Hati

Kenshi hampir tak ingat waktu memperhatikan bangunan di hadapan. Rumah bercat putih yang dikelilingi pagar besi tersebut masih terlihat gelap. Hanya lampu teras yang mungkin sengaja dinyalakan saat sang pemilik pergi, agar rumah tak terlalu menakutkan. Dua buah pohon jambu klutuk yang mulai berbunga dan berdaun rimbun, membuat orang-orang mengira rumah itu tempat makhluk astral bermukim.Memang, Rinai yang memilih tinggal di sana berkali-kali diingatkan bahwa rumah itu memiliki kisah mistis. Namun, wanita itu mengabaikannya karena hanya rumah tersebut yang disewakan dengan harga sangat murah. Sebuah kisah kelam dan berdarah membuat orang-orang mengira ruh-ruh yang penasaran masih bergentayangan di sana.Kenshi juga mendengar hal tersebut saat membayar seseorang menyelidiki keberadaan Rinai. Harusnya dia melakukan ini sejak tiga bulan yang lalu. Harusnya kala Rinai pergi dari rumahnya dia segera bertindak, tapi bimbang membuat keraguan menyelimuti hatinya. Dia benci pada sikapnya sendi
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status