Home / Romansa / ISTRI YANG TERGADAIKAN / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of ISTRI YANG TERGADAIKAN: Chapter 21 - Chapter 30

117 Chapters

21. Perlahan Tumbuh

Semenjak malam di mana mereka pertama kali menyatukan diri, Kenward mulai melakukan kewajibannya untuk memberikan hak pada Shafira.Hari ini setelah satu minggu berlalu, mereka kembali ke Jakarta. Kenward tidak pernah mau melepaskan genggaman tangannya. Dia seolah ingin mengenalkan Shafira pada dunia. "Tidurlah, nanti aku bangunkan jika sudah tiba di Jakarta."Shafira mengangguk lantas membaringkan diri. Sepanjang perjalanan, Kenward sibuk memainkan ponselnya guna memantau perkembangan perusahaan selama dia tinggal. "Kerja yang bagus, Gio," pujinya saat menerima.laporan dari sepupunya. *Satu jam lebih telah berlalu. Saat ini mereka sudah tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta. "Bangun, Shafira, kita sudah tiba," bisiknya tepat di telinga istrinya. Shafira mengerjap kemudian mendapati teoat di depan matanya sebuah karya indah ciptaan Tuhan.Kenward tersenyum. Shafira kemudian mempersiapkan diri untuk segera turun dari pesawat. Mereka berjalan melewati banyaknya penumpang d
Read more

22. Calon Pewaris

Hoek. Hoek. "Ken ...." Sudah satu bulan terakhir Shafira merasakan sensasi yang tak biasa. Tubuhnya mudah lelah dan tidak berselera untuk makan. Seperti pagi ini, sudah tiga kali dia memuntahkan apa yang telah dimakannya. "Ken ...."Suaranya mulai melemah. Dia tidak bisa lagi untuk sekedar memanggil suaminya. Lagi dan lagi cairan itu keluar. Dia terus memuntahkan isi perutnya. Tubuhnya semakin melemah. Shafira berusaha untuk keluar dari kamar mandi dan menuju ranjang. Sayangnya, tubuhnya tidak kuat lagi. "Shafira!" teriak Ken saat melihat istrinya tergeletak di depan kamar mandi. Sigap dia menghampiri istrinya dan segera mengangkat menuju ranjang. Kenward mulai panik melihat kondisi Shafira yang melemah. "Kamu tunggu aku di sini dulu. Aku mau panggil yang lain."Shafira tak mampu lagi untuk menjawab. Ken bergegas dan berlari keluar kamar. "Tolong! Tolong!" Suaranya menggelegar hingga membuat beberapa pelayan segera menghampirinya. Ada juga yang mencari Tuan Abimana dan men
Read more

23. Saat Badai Datang Menyapa

"Selamat datang, Tuan dan Nyonya Kenward di klinik kami. Silakan duduk!" sambut dokter Raisa sembari mempersilahkan mereka untuk duduk. "Saya ingin memeriksakan kandungan istri saya.""Ah, iya, Tuan. Kemarin dokter Gifari sudha menceritakan itu semua. Ternyata calon penerus Guinandra Group sudah ada."Shafira tersenyum tersipu malu. Kabar kehamilannya ternyata sudah diketahui oleh dokter yang akan memeriksa kandungannya. "Baik, Nyonya Shafira, kapan terakhir haid?""Tanggal 7 Maret kemarin.""Gejala apa yang anda rasakan akhir-akhir ini.""Mudah lelah, Dok. Mual, muntah, sensitif terutama pada penciuman.""Menurut hitungan kami, usia kandungannya lima minggu tiga hari. Namun, untuk memastikan kita lakukan pemeriksaan USG ya."Dokter kemudian memerintahkan Shafura untuk berbaring di atas brankar pemeriksaan yang dibantu oleh Mia. Perlahan gamis yang dipakai disingkap ke atas setelah sebelumnya setengah tubuhnya ditutup oleh kain selimut.Dokter Raisa kemudian mulai memeriksa kondis
Read more

24. Amarah Alice

"Alice sudah ingatkan Papa waktu itu untuk bergerak cepat, tapi Papa tidak menggubrisnya. Hasilnya lihat kan? Shafira positif hamil!""Alice, kamu harus tenang, Sayang," bujuk Nyonya Shafira. "Tenang? Saat kondisi seperti ini Mama masih menyuruhku tenang?" tanya Alice demgan luapan emosi yabg menggebu. "Kalian sama sekali tidak menghargai usahaku untuk mendapatkan Ken. Sekarang, dengan hamilnya Shafira, aku tidak bisa lagi untuk merebut hatinya. Kalian menghancurkan mimpiku!""Diamlah, Alice!" bentak Tuan Agatha. Alice yang baru saja pulang berbelanja bersama teman-teman sosialitanya tersulut emosi saat tahu Shafira benar-benar mengandung buah hati Kenward. Dia tidak bisa mengontrol emosinya. Langkahnya melebar mencari di mana Shafira berada. Napasnya memburu. "Shafira!"Suaranya menggelegar. Hari ini Tuan Abimana dan Tuan Albern dalam perjalanan bisnis ke Surabaya. Gio dan Ken saat ini tengah mengadakan pertemuan penting dengan klien di sebuah cafe. Matanya mengedar ke segala s
Read more

25. Salah Paham

"M-maafkan aku," lirih Kenward kemudian segera memutus kontak mata mereka. Kenward dan Shafira sama-sama salah tingkah. Berkali-kali Kenward berdehem untuk menutupi rasa gugupnya.Shafira mengulum senyum. Pipinya lantas berubah memerah merona."Apa kabar calon anak kita?" tanya Ken berusaha mengalihkan suasana yang sempat canggung. "Alhamdulillah. Semoga dia baik-baik saja di sana.""Aku membawakanmu beberapa buah. Tadi aku konsul dengan dokter Raisa. Sebentar lagi pelayan akan membawanya ke sini.""Terima kasih, Ken."Ken berlalu meninggalkan Shafira. Dia tidak bisa berlama-lama di sisi Shafira. Detakan jantungnya begitu kuat. Dia takut, Shafira mendengar itu. Kedua sudut bibirnya terangkat. Entah mengapa, aura Shafira saat mengandung sangat berbeda. *"Hoek. Hoek."Kenward yang sedang sibuk memeriksa kembali laporan keuangan sontak berhenti saat mendengar Shafira yang sedang membutuhkannya. Langkahnya melebar menuju kamar mandi. Shafira tampak begitu lemah. "Jangan mendekat!"
Read more

26. Menjadi Suami Siaga

"Maafkan aku, Ken.""Aku hanya sedang berusaha untuk terus menjaga perasaanmu. Diamku dan kejujuran soal Clara itu semua demi kamu. Bukan aku."Keduanya kembali saling diam. Shafira menunduk dalam. Ken merasa tercubit hatinya saat menyadari apa yang dirasakan Shafira selama ini. Perlahan dia mendekat kemudian membawa Shafira ke dalam tubuhnya. "Harusnya aku yang minta maaf. Aku tidak tahu itu justru menyakitimu. Maafkan aku."Shafira terisak kemudian memeluk erat tubuh Kenward. Sesuatu yang sangat jarang mereka lakukan. Shafira merasa sangat menyesal dengan kejadian ini. Andaijan dia tahu yang sebenarnya, mungkin pertengkaran tadi tidak akan pernah terjadi. "Percayalah, Shafira. Aku sedang berusaha untuk menempatkan kamu di posisi terpenting di dalam hidupku. Namun, aku minta kamu bersabar sedikit saja. Aku juga butuh waktu."Shafira mengangguk seraya mengeratkan pelukannya. *Lima bulan berlalu. Shafira dan Kenward semakin bahagia. Terlebih perut Shafira yang mulai semakon membe
Read more

27. Shafira Pendarahan

"Nyonya!" teriak mereka kompak. Vera dan Anita berlari masuk ke kamar Shafira. Di dalam Shafira sudah tergeletak dengan memegangi perutnya. Keduanya semakin panik. Keringat dingin mengalir di wajah pucat Shafira. Vera mendekat membawa kepala Shafira dalam pangkuannya. "Apa yang terjadi, Nyonya?" tanya Vera sambil menyeka keringat yang membanjiri wajah Shafira. Shafira tak menjawab, dia tak mampu menahan sakit yang luar biasa. Anita dengan tangan gemetar berusaha menghubungi Kenward. "Ayolah, Tuan, angkat telponnya ....""Nyonya, bertahanlah ....." pinta Vera."Ha-hal, Tuan,""Ada apa?""Nyonya, Tuan ....."Kenward yang sedang bersiap menghadiri rapat penting, berhenti melangkah. Jantungnya berdetak kencang. Firasatnya mengatakan sedang terjadi sesuatu yang buruk pada Shafira. "Shafira kenapa?!" "Shafira kesakitan, Tuan.""Bawa ke rumah sakit sekarang!"Anita mematikan sambungan telpon kemudian berlari menuju lantai dasar mencari supir yang memang ditugaskan untuk menjaga Shaf
Read more

28. Amarah Kenward

"Aku harus menemukan pelaku itu, Pa. Dia hampir saja menghilangkan nyawa istri dan calon anak kami.""Duduklah dulu!" perintah Tuan Abimana. "Anita, kumpulkan semua pelayan yang ada di sini!" perintah Kenward tanpa mengindahkan saran Kakeknya."Baik, Tuan."Anita segera berlalu kemudian memanggil beberapa pelayan yang bertugas di dalam rumah megah itu. Keluarga Agatha yang mendengar teriakan Kenward ikut bergabung. Beberapa pelayan sudah berkumpul. Mereka menangkap firasat buruk. "Sekarang katakan padaku, siapa pelaku itu!"Mereka semua terdiam tanpa berani menjawab pertanyaan Kenward. Hal itu tentu saja membuat Kenward semakin murka. "Kalau tidak ada yang mengakui, kalian semua saya pecat dan tentu saja kalian tidak akan pernah lolos dari hukuman!" ancam Kenward. "Ken, tenamglah dulu, Nak! Kita harus berpikir jernih saat ini," ucap Tuan Albern. "Pa, seseorang telah berniat mencelakai istri dan anakku. Apa aku harus jadi laki-laki pengecut dengan membiarkan Si pelaku lolos?""Ma
Read more

29. Rencana Alice

"Selamat datang kembali, Anakku. Kami sangat bersyukur Tuhan masih menyayangi kita semua, terlebih kamu," sambut Tuan Albern saat Shafira baru saja menginjakkan kakinya di pintu utama. "Terima kasih, Pa."Vera dan Anita kemudian membawa barang bawaan Shafira selama berada di rumah sakit. Kenward membantu istrinya duduk di sofa ruang keluarga. "Sepertinya Shafira harus istirahat, Ken.""Aku antar ya, kamu pasti capek.""Biar Vera saja. Papa ingin bicara berdua dengan kamu."Kenward menoleh ke arah istrinya untuk meminta persetujuan. Shafira mengulas senyum seraya mengangguk. Tuan Albern lantas memanggil Vera untuk membawa Shafira ke kamar. Seperti biasa, Kenward memberikan ultimatum pada pelayan untuk memperhatikan kondisi istrinya. "Ada apa, Pa?" tanya Kenward saat Shafira sudah menjauh. Tuan Albern menarik napas dalam kemudian mengembuskannya perlahan."Ken, entah kenapa, Papa merasakan firasat buruk.""Maksud, Papa?"Tuan Albern menerawang. Saat ini mereka tengah berbincang di
Read more

30. Keributan

"Pa, aku ingin cepat pulang. Aku seolah mendapat firasat buruk, Pa.""Kalau begitu, kita pulang besok pagi juga," ucap Tuan Abimana memutuskan. Harusnya setelah selesai bertemu dengan Tuan Robert, mereka masih ada waktu satu hari di Bali. Sayangnya, Kenward mendapat firasat buruk. Dia langsung teringat akan istri dan calon anaknya.Berulang kali Kenward menghubungi Shafira, akan tetapi tak kunjung ada jawaban. Begitupun dengan Gio. "Tidak diangkat, Pa.""Mungkin mereka lagi sibuk."Kenward tidak puas dengan jawaban Tuan Abimana. Dia terus mencoba menghubungi istrinya. Sayang, entah panggilan ke sekian pun tidak mendapat jawaban. Kenward meremas kepalanya. Bahkan jam menunjukkan pukul sebelas malam waktu Bali, tidak membuat matanya tertutup. Tuan Agatha mencibir keponakannya. Dia selalu merasa bahwa Kenward terlalu dimanjakan. Dia ingin sekali meninggalkan ketiganya. Selama berada di Bali, dia layaknya seperti patung pajangan yang hanya sebagai hiasan belaka. Dia tidak memiliki sa
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status