Semua Bab ISTRI YANG TERGADAIKAN: Bab 31 - Bab 40

117 Bab

31. Petaka itu

Tuan Abimana tidak percaya dengan apa yang terjadi di depan matanya. Dia yakin betul bahwa Shafira bukanlah wanita yang seperti dituduhkan. Dia banyak tahu tentang kehidupan wanita itu. Namun, apa yang terjadi saat ini tidak bisa membuatnya berkutik. Di dalam kamar Gio mereka mengadakan rapat untuk masalah ini. Sengaja pintu ditutup agar masalah ini tidak diketahui oleh orang luar. Shafira duduk dengan terus mengusap perutnya. Dia tidak menyangka bahwa akan ada kejadian seperti ini. Begitupun dengan Gio. "Kalian ...." Tuan Abimana menarik napas dalam kemudian perlahan mengembuskannya. "Kakek tidak menyangka akan ada kejadian buruk yang menimpa keluarga kita. Apa yang sebenarnya terjadi?""Kek, Gio juga tidak mengerti. Semalam Gio tertidur karena pengaruh alkohol dan saat bangun tiba-tiba ....""Berarti kamu yang menjebak kakakku!" tuding Alice pada Shafira."Jangan asal menuduh! Aku tidak seperti itu.""Buktinya kamu justru ada di dalam kamar Gio. Jadi, bisa dipastikan, Yah, Sha
Baca selengkapnya

32. keputusan Untuk Shafira

"Makanlah, Shafira! Ingat, anakmu sedang membutuhkanmu saat ini," bujuk Giovani. "Tidak, Gio. Aku tidak bisa."Saat ini Gio datang menemui Shafira. Dia terus berusaha membujuk Shafira. Anita dengan setia berdiri di dekat majikannya. Dia tidak ingin meninggalkan wanita itu meskipun sebentar. Dia snagat mengkhawatirkan kondisi Shafira saat ini. "Tuhan sudah menitipkan dia di rahimmu. Lalu, kenapa kamu justru mengabaikannya?"Shafira memandang lekat sosok pria yang juga bernasib sama dengannya.Matanya kini sembab. Air bening itu terus mengalir dari mata indahnya."Apa aku pantas mendapatkan semua ini, Gio? Apa aku tidak pantas berada di sini?""Jangan berbicara seperti, Shafira. Ini hanya kesalahpahaman."Shafira menarik napas panjang. Matanya masih terus mengembun."Aku ingin sendiri, Gio. Adanya kamu di sini semakin menguatkan desas-desus soal kita."Giovani berdiri lalu meninggalkan Shafira. Meskipun berat melangkah namun dia tidak ingin melakukan itu. Giovani memerintahkan Anita
Baca selengkapnya

33. Shafira Diasingkan

"Lakukan tes DNA untuk membuktikan semuanya!"Keluarga Agatha merasa terancam saat ini. Jika.itu dilakukan maka semua usahanya sia-sia karena sejak awal mereka tahu bahwa Shafira menjaga kesuciannya. Mereka berbisik satu sama lain. Terkecuali Shafira dan Gio. "Kamu meragukan darah dagingmu, Ken?""Lalu siapa yang bisa membuktikan bahwa bayi yang dikandung Shafira adalah anakku?"Giovani terdiam. "Tidak ada kan? Termasuk kamu, Gio!"Shafira yang sejak tadi terdiam dengan air mata yang terus mengalir akhirnya ikut angkat bicara saat suaminya dengan terang-terangan meragukan buah hati mereka. "Aku tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun sebelum menikah dengamu, Ken. Aku terus menjaga kesucian dan kehormatanku jiga kehormatanku. Lantas, apa yang membuatmu semakin ragu?""Melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri. Itu yang membuatku bukan hanya ragu tapi yakin kalau selama ini kamu sudah berkhianat, Shafira.""Aku tidak semurah itu, Ken.""Kita buktikan saja lewat tes DNA."
Baca selengkapnya

34. Jiwa yang Rapuh

Setelah kepergian Shafira hidup Kenward kembali berubah. Dia seolah kembali ke sosoknya yang dulu. Dingin dan sedikit arogan. Sudah dua hari Shafira berada di tempat yang berbeda. Sekama tiga hari itu pula Kenward nerasa kesepian. Ada yang berbeda dari yang biasanya. Seperti pagi ini, biasanya Shafira akan menyiapkan pakaian yang akan dikenakan hari itu juga. Sebelum berangkat kerja, dia akan mengajak calon anak mereka untuk berbincang sebentar, mengelus perut besar itu lalu beranjak. Kali ini semua hilang begitu cepat. Tak ada lagi suara lembut Shafira saat melantunkan ayat suci, tak ada lagi senyuman indah yang bisa dia lihat selama ini. Hilang tak berjejak. Nyeri menjalar di dalam dada Ken. Dia tidak menampik bahwa dia merindukan setiap kebersamaan mereka. Dia terlalu terbiasa dengan kehadiran Shafira. "Tuan." Kenward yang tengah duduk melamun di balik kemudi sedikit tersentak. "Kita sudah tiba." Kenward merapikan sedikit jasnya lalu turun dan melangkah memasuki kantor
Baca selengkapnya

35. Semua Tentangnya

"Ken, papa mau bicara." "Apa lagi sih, Pa? Masih mau membahas wanita itu lagi?" "Dia istrimu, Ken!" "Tapi, dia berkhianat, Pa!" Kenward merasa putus asa. Semenjak kejadian itu tidak ada satupun orang yang berada di pihaknya. Semua orang yang dia percaya seolah berbalik menentangnya. Kenward lelah dengan semuanya. Dia ingin hidup tenang tanpa harus dibayang-bayangi soal Shafira. "Ken, dengarkan papa!" Ken berhenti. Tuan Albern mendekati putranya. "Papa hanya tidak ingin kamu menyesal." "Kenapa selalu seenaknya mengaturku? Sebenarnya anak papa siapa? Aku atau dia?!" "Ken, Papa hanya ingin kamu membuka sedikit pikiranmu. Pakai logikamu!" "Ssayang sekali, Pa! Logikaku justru ditutupi oleh kenyataan yang ada." "Ken!" bentak Tuan Albern saat Kenward kembali melangkah. "Jangan pernah ada lagi yang membahas Shafira. Semakin kalian menyebut namanya, semakin kalian menghancurkan perasaan aku. Ingat, Pa, selama belum ada bukti yang menguatkan argumen kalian, aku tidak akan pernah
Baca selengkapnya

36. Usaha Alice

"Ken, kamu sudah bangun?" tanya Nyonya Sonia. Kenward berlalu kemudian mengambil sehelai roti dan mengoleskan krim cokelat di atasnya. Nyonya Sonia yang merada diabaikan sedikit kesal. Namun, sebisa mungkin dia menyembunyikan itu semua demi menggapai misinya. "Sarapan sudah siap, Ken. Kenapa hanya roti itu saja?" Lagi dan lagi Kenward justru mengabaikan kehadiran Nyonya Sonia. Kenward lebih memilih beranjak dibanding harus berurusan dengan wanita licik itu. Gigi Nyonya Sonia saling bergesek. Tangannya mengepal kuat. "Awas kamu, Ken. Kamu akan tahu akibatnya!"***"Pak Ken."Kenward berhenti begitu Vanya memanggilnya. "Pak Jason menyetujui kerjasama kita. Dia ingin bertemu di cafe jam tiga siang nanti.""Atur saja!"Kenward berlalu. Sikap dinginnya kembali. Vanya mengendikkan bahu. Padahal dia belum menjelaskan secara detil. Kenward berlalu dan berhenti saat Giovani berjalan beriringan dengan wnaita yang dia kenal. Giovani tampak terlihat tersenyum manis. Setahu Ken, dia tida
Baca selengkapnya

37. Kehancuran Kenward

"Ken, berhenti!" Kenward yang baru saja tiba di rumahnya menghentikan langkah saat Alice mencegatnya. Alice menarik tangan Kenward dan membawanya pada meja makan. Di sana tersedia berbagai macam lauk yang selama ini menjadi makanan kesukaan Kenward. "Aku sengaja siapkan ini karena aku tahu kamu jarang makan. Kamu nanti sakit, Ken. Jadi, makanlah!" "Aku tidak memiliki selera saat ini." "Ayolah, Ken. Kamu adalah satu-satunya harapan kakek tentang perusahaan ini." Kenward menyugar rambutnya. Sebisa mungkin dia berusaha untuk menahan diri. "Alice, berhenti bersikap seperti ini padaku. Kamu harus tahu, yang berhak melakukan itu adalah istriku." "Si pengkhianat itu?" Alice tersenyum sinis. Kenward terdiam. Ucapan Alice seperti meriam yang diledakkan tepat di depannya. Alice membawanya pada satu kenyataan bahwa istri yang dia cintai telah berkhianat padanya dan bayangan akan kejadian waktu itu kembali terputar. Kenward meninggalkan Alice dengan amarah yang menguasai dirinya.
Baca selengkapnya

38. Lahirnya Sang Pewaris

"Apa yang sedang Nyonya pikirkan?" tanya Vera saat membawa majikannya jalan-jalan sesuai anjuran bidan desa.Shafira tersenyum lembut sembari merasakan hawa sejuk di pedesaan. "Aku hanya sedang menikmati keindahan desa ini, Vera. Sawah hijau yang memanjang, semilir angin yang menyejukkan, kicauan burung seperti nyanyian di pagi hari."Shafira menoleh pada Vera. Wajahnya begitu teduh dengan mata indah. Semua orang yang berada di dekatnya merasakan keteduhan yang terpancar dari wajahnya. "Kamu tahu, Vera? Ini yang sejak dulu aku impikan. Tinggal di sebuah desa yang damai, jauh dari hiruk piruk perkotaan. Hidup bahagia bersama keluarga tercinta."Wajah teduh itu berubah menjadi sendu. Mata indahnya mulai menghangat.Shafira memandang lepas ke hamparan sawah yang memanjang. Air mata jatuh begitu cepat membasahi kedua pipinya. "Sayang, itu semua hanya mimpi.""Jangan putus asa, Nyonya. Suatu hari nanti semua akan terjadi. Kita tinggal menunggu waktu saja."Tangannya menghapus jejak air
Baca selengkapnya

39. Berita Bahagia

"Terima kasih.""Ah, maaf kalau saya lancang. Kebetulan saya tengah bertugas di sini. Sepengetahuan saya kalau bayi yang sudah dilahirkan harus segera di adzankan.""Betul, Dok," jawab Bu Sulis. "Kenalkan saya Farhan. Salah satu petugas di sini.""Terima kasih, Dok atas bantuannya."Dokter Farhan kemudian berlalu meninggalkan mereka. "Vera, tolong hubungi Tuan Abimana. Sampaikan kabar baik ini.""Tidak perlu!" cegat Shafira. "Kenapa?""Aku tidak ingin dianggap mengemis perhatian pada mereka.""Nyonya, mereka harus tahu. Biar bagaimana pun bayi ini adalah cucu kandung mereka. Putra dari Tuan Kenward.""Dia bahkan tidak mengakuinya, Bu.""Belum tentu sampai sekarang." Shafira menitikkan air mata. Ada rasa sedih saat mendapati kenyataan bahwa sosok yang seharusnya berada di sampingnya Bu Sulis mengelus kepala yang masih terbalut kain itu dengan sayang. Dia sudah menganggap Shafira seperti putrinya sendiri. "Tenangkan fikiranmu. Ingat, ada dia yang saat ini membutuhkan kasih sayang
Baca selengkapnya

40. Rencana Menjemput Shafira

"Tunggu!"Suasana hening sejenak. Semua mata tertuju lada Kenward. "Silakan bawa pulang Shafira dan bayinya. Tapi, aku tidak akan pernah mau mengakui bayi itu sebagai darah dagingku selama belum dilakukan tes DNA!" "Kenward!" Tuan Abimana murka. Seharusnya Kenward bahagia dengan berita ini, namun, justru sebaliknya. Dia masih saja meragukan bayi itu. Mata Tuan Abimana menajam. Dia benar-benar kecewa dengan cucunya saat ini. "Apa aku salah, Kek?" "Jelas. Bayi itu putramu sendiri. Kenapa kamu masih meragukan dia?""Aku tidak akan pernah lupa dengan kejadian menjijikkan itu. Apa kalian semua lupa?"Plak.Sebuah tamparan keras mendarat bebas di pipi Kenward. Kenward menoleh perlahan. Dia pikir Kakeknya yang melakukan. Nyatanya bukan. Tamparan keras itu justru dari Gio. "Jaga mulutmu, Ken! Aku berani bersumpah demi apapun. Aku tidak pernah menyentuh Shafira apalagi sampai memiliki anak darinya. Kamu terlalu jahat dan menyamakan dia dengan wanita murahan.""Lantas kenapa sikapmu seo
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status