Home / Romansa / ISTRI YANG TERGADAIKAN / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of ISTRI YANG TERGADAIKAN: Chapter 51 - Chapter 60

117 Chapters

51. Bangkit

Shafira bangun dari tidurnya. Dia berusaha untuk bangkit memulai hari yang baru setelah setengah tahun berlalu.Shafira berjalan masuk ke kamar mandi. Ditatapnya wajah yang semakin kurus di dalam pantalan cermin.Rambut tak tersisir rapih, mata sayu dan terdapat lingkaran hitam di bawahnya, kulit pucat dan bibir kering. Dia berbeda dari Shafira yang dulu. "Ken, kamu berhasil menghancurkanku. Menghantam jiwa dan memporak-porandakan hatiku. Sekarang, kamu bahagia di sana. Sedangkan aku?"Air mata mengalir begitu saja. Tangan kurusnya menepis air mata itu. "Aku juga ingin bahagia, Ken. Aku juga ingin sepertimu yang dengan mudahnya mencampakkanku. Aku hancur ...."Kembali Shafira terisak. Dia begitu lemah untuk menanggungnya sendirian.Perlahan dia memutar keran dan menengadahkan tangannya untuk mengambil air. Air matanya masih terus berjatuhan hingga air dingin itu membasuh wajahnya. "Aku harus bangkit demi putraku. Aku akan hilangkan perasaan dan ingatan ini pada mereka," putusnya.
Read more

52. Menemui Shafira

"Eliezer, besok aku akan berangkat menuju Bandung menemui Shafira.""Tuan akan ke sana sendiri?""Iya. Aku ingin menjelaskan semuanya pada Shafira. Aku tidak ingin ada kesalahpahaman antara Shafira dan Kenward."Eliezer berpikir sejenak. Benar, sudah setengah tahun berlalu, tidak ada satu orang pun dari keluarga Guinandra yang datang menjemput Shafira.Terakhir kabar yang Eliezer dengar bahwa Shafira terganggu batinnya saat mengetahui kabar pernikahan Kenward. "Aku tidak yakin jika Nyonya Shafira tidak tahu, akan tetapi akan ada penolakan tegas darinya nanti. Maafkan jika saya lancang, Tuan. Tapi, akan lebih baik jika Tuan Kenward sendiri yang menjemput mereka." "Aku ragu mengajak Kenward. Dia sepertinya sudah menerima kehadiran Alice di sisinya. Buktinya dia sudah tidak serapuh dulu dan kemanapun dia pergi, Alice pasti di sisinya."Eliezer terdiam. Bukan keinginan Kenward juga bukan karena telah meluoakan Shafira. Dia sedang bersandiwara demi membongkar kedok Alice. Ingin rasanya
Read more

53. Usaha Gio

"Apa tujuan kamu kembali ke sini?"Giovani terdiam sejenak. Dia berusaha memikirkan jawaban yang tepat untuk Shafira.Shafira sendiri menunggu Gio untuk menjawab pertanyaan yang sebenarnya enggang dia tanyakan. "Aku ....""Apa?""Aku hanya ingin memastikan keadaan kalian."Shafira memilih diam. Dia ingin mendengar penjelasan dari Giovani."Sebelumnya aku ingin minta maaf jika aku lancang dan kehadiranku tidak diinginkan. Jujur, sudah lama aku ingin ke sini, hanya saja waktu yang tidak tepat. Soal Kakek, Paman Albern dan Kenward, bukan mereka ingin menyingkirkanmu. Justru mereka sangat menyayangimu, tapi—""Jangan teruskan! Buktinya sampau detik ini mereka tidak juga datang untuk melihat keadaan kami.""Jangan potong dulu, Shafira, biarkan aku menyelesaikan semuanya biar tidak terjadi kesalahpahaman terus menerus."Shafira diam. Dia sudah jengah dan tidak ingin membahas apapun tentang keluarga Guinandra. "Kamu tahu, keluargaku sendiri yang tega menjadikan aku kambing hitam atas masal
Read more

54. Gagal Membujuk Shafira

"Shafira, apa kamu tahu? Bukan hanya kamu yang terluka. Ken juga sangat terluka setelah kepergianmu. Dia berubah menjadi sosok yang menyeramkan."Shafira terdiam. Dia memilih sibuk untuk menyuapi bayinya. Gio tidak menyerah untuk membujuk Shafira. "Ken benar-benar mencintaimu. Dia terus menangis sendiri, lebih banyak melamun dan—""Kalau benar dia mencintaiku, dia tidak akan gegabah dan hampir menjatuhkan talak.""Kamu salah menafsirkannya, Shafira.""Salah? Huh, teruskan saja menyalahkan aku. Sekarang, bahkan dia telah menikahi adikmu. Apa itu bukan salahnya lagi?""Itu kecelakaan.""Bahkan datang untuk meminta maaf pun dia tidak melakukannya. Kalian semua menghilang dan tak ada satupun yang datang untuk menemuiku, menjelaskan semua yang terjadi.""Shafira ....""Aku hancur, terluka, dihantam oleh kenyataan pahit, melewati itu semua sendiri dan berusaha bangkit. Lalu, kamu datang dan hanya bisa menyalahkanku saja? Di mana hati nuranimu, Gio?"Shafira menyeka air matanya yang terus
Read more

55. Penyesalan Tuan Abimana

"Ayah merasa sangat tidak adil, Albern.""Maksud, Ayah?"Tuan Abimana mengembuskan napas kasar. Semenjak Giovani mengabarkan kondisi Shafira, Tuan Abimana tidak dapat tidur nyenyak sedikitpun. Hatinya ikut tercabik saat Gio mengatakan bahwa Shafira hancur setelah mengetahui kabar pernikahan Kenward. "Ayah merasa telah berbuat dzalim pada Shafira. Gio bilang, Shafira benar-benar hancur saat tahu kabar pernikahan Ken.""Apa yang harus kita lakukan, Ayah?""Ayah tahu, wanita mana yang bisa bersikap baik-baik saja saat cintanya dibagi? Apa yang dulu ibumu rasakab kini dirasakan juga oleh Shafira. Ibumu dulu juga sama hancurnya saat tahu ayah menikah lagi. Bedanya, Ibumu pandai menyembunyikan lukanya. Akibatnya, istri yang sangat aku sayangi menderita batin hingga akhir hayatnya.""Ayah ....""Ayah menyesal telah berbuat ceroboh, Albern. Ayah sangat menyesal ...."Tuan Abimana menangis. Apa yang dulu terjadi lada mendiang istrinya kini terjadi lagi lada Shafira. Dua wanita yang memiliki
Read more

56. Tuan Abimana Jatuh Sakit

"Kakek, apa yang tengah terjadi?" tanya Alice dengan raut wajah sedih yang dibuat-buat tentunya. Sesuai arahan Tuan Agatha. Dia harus datang dan bersandiwara seolah-olah sedih atas kejadian yang menimpa Tuan Abimana. Alice mendekat dan membungkukkan badannya di atas ranjang pasien. Dia terus berusaha agar terlihat sempurna."Kenapa tidak ada yang mengabariku? Aku juga cucunya.""Semua serba mendadak, Alice," jaeab Kenward. Alice sedikit mengguncang tubuh lemah Tuan Abimana."Bangun, Kek, Alice sudah ada di sini.""Sudahlah, Sayang. Kita doakan saja kakekmu semoga tidak terjadi apa-apa," ucap Nyonya Sonia yang melengkapi sandiwara putrinya. Alice mengangkat tubuhnya dan mencium tangan Tuan Abimana. Dia terus menangis seolah-olah ikut merasa hancur.Nyonya Sonia pun melakukan hal yang sama. Dia juga terduduk di samping ranjang. Kenward dan Albern yang mengetahui sandiwara mereka memilih diam dan mengikuti alurnya. "Ken, kenapa kamu diam saja? Katakan pada dokter, Ken, berapapun aka
Read more

57. Tuan Abimana Kritis.

"Maaf, Tuan, aku tidak punya keberanian untuk menghalau usaha Nyonya Alice."Kenward mengedarkan pandangan. Banyak yang diubah. Dia kemudian melangkah masuk ke dalam ruang pribadinya. Tepat dugaan Kenward, foto pernikahannya juga telah hilang. Vanya menggeleng kuat dengan mata melebar saat tatapan tajamnya mengarah padanya. "Kembalikan semua seperti semula!"Vanya mengangguk dan buru-buru menemui pramu kantor. Kenward memijat pelipisnya. Kepalanya mendadak nyeri melihat kekacauan yang dibuat oleh Alice. Tidak berselang lama kedua pramu kantor datang membawa gambar itu dan menempelkannya kembali."Vanya, tolong, buatkan aku cappucino hangat. Pertemuan hari ini diundur sampai besok. Aku ingin menyegarkan fikiran lebih dahulu.""Baik, Tuan."Vanya berlalu dan segera memesan cappucino sesuai selera bosnya. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan Raka. Raka sudah tahu apa yang terjadi. "Kenapa lagi?"Vanya mengembuskan napas kasar. "Si Tuan putri membuat kekacauan lagi. Aku tidak me
Read more

58. Duka Keluarga Guinandra

"Apa?! Tidak mungkin!" "Benar, Tuan."Kenward meremas rambutnya dengan kuat. Dia berusaha menahan tangisnya. Segera dia menyambar kunci mobil kemudian berlari menuju tempat di mana mobilnya diparkir. Seluruh staf sudah mengetahui kabar duka itu. Mereka ikut merasa kehilangan sosok pemimpin yang sangat berwibawa dan selalu dijadikan panutan.Kenward menuju rumah sakit dengan perasaan tidak tenang. Jantungnya berpacu dengan cepat, tangannya bergetar. Suasana rumah sakit mulai ramai karena kabar kematian mulai tersebar. Banyak kolega dan yang mengenalnya mulai berdatangan untuk mengiringi jenazah menuju kediaman Tuan Abimana. Ada pula yang langsung menuju ke rumahnya. "Ken ...."Kenward sudah tidak peduli lagi dengan panggilan dari orang-orang yang sudah berada di sekitaran rumah sakit. Lututnya lemas dan seolah tidak kiat lagi untuk menumpu berat tubuhnya. "Kakek ...."Tuan Albern menyadari kehadiran putranya. Kenward melangkah mendekat dengan langkah terseok. Lututnya bergetar s
Read more

59. Kelicikan Keluarga Agatha

"Apa maksudmu, Agatha?" "Apa kurang jelas, Albern?"Mata Tuan Albern menajam bak elang yang siap membunuh mangsanya. Kenward berbalik ke arahnya dengan tatapan dingin yang menakutkan. "Apa Paman sudah lupa? Baru satu minggu kakek meninggal. Tanahnya saja masih basah. Apa Paman tega membahas soal warisan di suasana seperti ini?" Tuan Agatha tertawa. Dia.memandang remeh pada ayah dan anak yang ada di hadapannya saat ini. "Kalian tidak perlu munafik. Aku yakin, kalian juga menginginkan warisan itu segera dibagi bukan?" ucapanya dengan tatapan meremehkan. "Kami tidak setamak kalian, Agatha. Ini masih suasana berduka.""Aku tidak peduli. Warisan itu segera dibagi."Giovani yang selalu memilih diam akhirnya angkat bicara. "Pa, kita masih berduka. Soal warisan nanti saja dibahasnya.""Kamu diam saja, Gio!""Aku tidak akan diam begitu saja. Kali ini Papa kelewatan.""Terserah apa kata kalian. Aku akan segera mengurus semuanya!"Tuan Agatha berlalu begitu saja. Kenward meremas kertas ya
Read more

60. Pembacaan Surat Wasiat

"Aku tidak mau tahu, Albern, warisan itu harus dibagi!""Pa, soal warisan nanti saja. Tunggu setelah hari ke seratus kakek!""Diam kamu, Gio! Ini urusan kami."Tuan Albern dan Kenward hanya diam menyimak perseteruan antara Tuan Agatha dan Giovani. Tuan Albern kemudian berdehem. Dia memilih jalan tengah. "Baiklah, Agatha, jika itu adalah maumu. Besok, Eliezer akan kita undang ke sini untuk membahas soal warisan yang siang dan malam terus kamu ungkit.""Baguslah! Ingat, Albern, aku ingin pembagian yang adil.""Itu bukan hak kita. Ayah sudah membaginya sesuai kemauannya. Kita tidak ada yang tahu apa isi wasiat itu kecuali ayah dan Eliezer."Tuan Agatha mendegus kesal. Dia kemudian melengos pergi begitu saja. Tujuannya tidak lain adalah kembali menemui Eliezer. "Papa serius mau membaginya secepat itu?" "Ya mau bagaimana lagi. Kita seperti diteror setiap hari. Selalu saja ribut soal pembagian warisan. "Gio jiga muak dengan sikap papa. Andai papa bisa seperti Paman, mungkin kita akan b
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status