Home / Rumah Tangga / Kontrasepsi di Kamar Adikku / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Kontrasepsi di Kamar Adikku : Chapter 171 - Chapter 180

232 Chapters

Part 168

"Sa--saya mau ketemu sama Bunda, Mbak." jawabku tergagap. Entah mengapa tiba-tiba rasa grosi menghinggapi hati."Ya sudah. Silahkan masuk. Kak Fita ada di dalam. Lagi nonton televisi sama Arjuna." Arjuna? Oh, iya. Aku baru ingat. Sepertinya ini Mbak Dewi adeknya Bunda Efita. Tapi, kenapa dia berada di rumah ini?Ah, sudahlah. Bukan urusanku juga dia mau tinggal di mana. Lagian, Mbak Dewi ini kan adiknya bunda. Jadi wajar kalau perempuan itu tinggal di sini.Dengan langkah sedikit ragu manaiki undakan teras, merasa dek-dekan karena ini pertemuan pertamaku dengan bunda setelah beberapa tahun kami tidak saling bertatap muka."Assalamualaikum, Bun!" Mengucap salam perlahan.Wanita dengan wajah cantik memesona itu menjawab salamku sambil berdiri. Riak wajahnya menunjukkan keterkejutan, akan tetapi aku melihat ada rindu begitu dalam di sorot matanya."Maa syaa Allah, Lia. Kamu apa kabar?" Dia berjalan mendekat, men
last updateLast Updated : 2023-05-31
Read more

Part 169

#SalimAku melirik Azalia yang sedang duduk di kursi sebelah sambil bersedekap. Ekspresinya begitu lucu. Dia seperti anak kecil walaupun usianya sudah mau menginjak ke angka dua puluh enam.Dan, entah mengapa akhir-akhir ini ada sesuatu yang terasa aneh jika dekat dengan wanita itu. Jantung ini berdegup tidak karuan, juga ada rasa nyaman jika dia ada di sisiku. Apa itu cinta? Entahlah. Aku sendiri belum berani menyimpulkan kalau dalam sanubari mulai tertanam rasa. Masih takut. Khawatir hanya perasaan semu dan kembali melukai dia. Sudah cukup dalam luka yang aku torehkan dulu, dan aku tidak mau menambahnya lagi.Lagian, aku juga tidak tahu, masihkah ada kesempatan kedua serta cinta di hatinya. Aku meragukan itu karena sudah pasti Azalia masih mencintai mendiang suaminya. Apalagi ada Faza sebagai pengikat cinta mereka berdua.Ah, semoga saja masih ada waktu yang tersisa untukku, untuk menebus kesalahan yang telah diperbuat dulu. Mengobati luka yang telah kutorehkan di dalam kalbunya, m
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Part 170

"Tapi, Li?""Sudah ya, Mas. Aku permisi dulu. Terima kasih buat hadiahnya. Faza pasti seneng banget kalau tahu sudah dibelikan mainan sebagus itu sama kamu. Assalamualaikum!" Dia segera keluar dari mobil, menenteng mainan yang aku belikan kemudian melenggang masuk ke dalam kamar kosannya.Kenapa Azalia seperti tidak memberi sinyal hijau kepadaku. Dia justru menyuruhku untuk tidak sering-sering menemuinya. Apa jangan-jangan, sudah ada laki-laki lain yang mengisi relung hatinya yang kosong?Memutar arah kemudi meninggalkan rumah kontrakan Azalia, kembali pulang karena jarum pendek jam hampir menunjuk ke angka sebelas dan Syabil sudah terlelap di kursi penumpang.***"Kok lama banget nganter Lianya, Kak?" tanya Bunda saat aku turun dari mobil sambil membopong tubuh putra pertamanya."Jalan-jalan dulu sebentar, Bun. Ngajak Dedek beli mainan!" jawabku sembari melewati tubuh wanita yang dulu pernah aku cinta."Oh... Dedeknya s
last updateLast Updated : 2023-06-02
Read more

Part 171

'Hei, perasaan! Kenapa jadi sesakit ini melihat dia sedang berduaan dengan pria lain? Apa ini tanda-tanda kalau aku cemburu?' Membatin sendiri sambil menyandarkan punggung di jok mobil.Tin! Tin!Suara klakson kendaraan di belakang mampu membuatku terperanjat. Ah, ternyata aku parkir sembarang tempat hingga menghalangi pintu masuk.Dasar!Salim... Salim... Dari dulu kemana saja kamu? Setelah menyia-nyiakan berlian yang begitu indah serta berkilauan, kini baru menyadari betapa sakitnya ketika mulai mencintai seseorang dan ternyata orang yang kamu cintai malah lebih memilih orang lain? Coba sejak dulu belajar mencintai Azalia dan bertahan?Meraup wajah kasar, menggerakkan kembali mobilku ke dalam kemudian segera turun setelah memarkirkan kendaraanku dengan sempurna.*"Mbak, saya nitip ponsel Suster Azalia ya. Semalam tertinggal di mobil saya," ucapku seraya menyodorkan gawai milik umminya Faza kepada s
last updateLast Updated : 2023-06-03
Read more

Part 172

"Ya sudah, Lim. Abi berangkat kerja dulu. Sudah siang. Kamu ingat pesan Abi. Maju terus pantang mundur. Dan yang paling penting, jangan lupa minta kepada Sang Pemilik Hati!" Abi menepuk pundakku.***Beberapa hari tidak bertemu atau pun hanya sekedar bertegur sapa melalui sosial media dengan Azalia, rasanya seperti ada sesuatu yang kurang. Bagai makan sayur tanpa garam. Hidupku terasa hambar. Tidak berwarna sama sekali. Aku merasa rindu dan khawatir dia dimiliki orang lain.Ah, Tuhan. Entah mengapa gara-gara melihat Azalia sudah memiliki seorang putra dan melihat ketangguhannya menghadapi hidup, tiba-tiba rasa dalam kalbu begitu menggebu. Secepat itukah Engkau menanam cinta di dalam sanubari ini? Ataukah yang aku rasa saat ini hanya cinta semu belaka?Mengusap wajah kasar, mencoba mengikuti kata hati yang terus saja menuntun supaya aku terus berjuang untuk mendapatkan cinta Azalia. Hingga tanpa sadar tangan ini menggerakkan kendaraanku menuju ruma
last updateLast Updated : 2023-06-04
Read more

Part 173

"Bagaimana, Li?" tanyaku lagi."Maaf, Mas. Aku belum berpikir sampai ke situ. Aku belum berpikir untuk mencari pengganti suami aku. Jujur, aku masih trauma dengan apa yang sudah menimpa. Aku masih takut dikecewakan," jawab Azalia, sedikit menyentil hati ini. Wajar saja jika dia masih trauma dengan apa yang sudah aku lakukan dulu kepadanya. Aku bisa memaklumi itu. Tapi, untuk saat ini, benar-benar ingin memperbaiki diri dan serius menjadikan dia sebagai pendamping hidup."Apa kamu nggak percaya sama Mas, Li?" Menatap wajahnya yang terus saja menunduk.Hening. Azalia masih tetap berdiri dengan mode yang sama, tanpa menjawab pertanyaan yang aku lontarkan.Diam berarti iya. "Kalau begitu, ayo kita pulang ke Tegal dan langsung menikah. Biar kamu percaya kalau saat ini Mas serius sama kamu!"Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut ini, sontak membuat Azalia mengangkat wajahnya lalu menatapaku. Pendar bahagia terpancar jel
last updateLast Updated : 2023-06-06
Read more

Part 174

***Malam kian beranjak larut. Hanya keheningan serta gelisah yang terus saja menyelimuti hati, begitu takut kehilangan wanita yang mulai aku cintai. Berkali-kali aku bermunajat kepada Sang Pencipta, meminta supaya didekatkan dengan Azalia serta bisa memilikinya. Mudah-mudahan kami berjodoh. Bisa menjalani biduk rumah tangga bersama dan memiliki keturunan yang shalih dan shalihah.Sepertinya kali ini hatiku sudah mantap. Ingin meminta Azalia kepada orang tuanya, mengkhitbahnya sekali lagi, merajut asa bersama, menyatukan harapan yang dulu sempat terberai karena keegoisanku.Ah, kenapa hasrat ingin memilikinya begitu menggebu. Bahkan menunggu esok untuk bertemu saja hati ini sudah gelisah. Aku begitu takut dia dimiliki orang lain, terlebih lagi sepertinya dokter Fatih memang menaruh rasa terhadapnya.Turun dari tempat peraduan. Mengambil wudhu kemudian menggelar sajadah dan lekas menjalani qiyamul lail, memita kepada Sang Pemilik Hati unt
last updateLast Updated : 2023-06-07
Read more

Part 175

"Waalaikumussalam. Mari, silahkan masuk!" Gus Fauzan akhirnya menjawab salam dari kami setelah cukup lama tercengang, dan mempersilahkan kami semua untuk segera masuk."Silahkan duduk, Wir, Mbak Efita, semuanya," ucapnya lagi.Kami segera duduk dan berbasa-basi sebentar, sebelum akhirnya Abi mengutarakan maksud kedatangan kami ke rumah Gus Fauzan."Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. maksud kedatangan saya kemari, saya mewakili putra saya Muhammad Salim Hafidz, ingin bersilaturahim supaya kita mengenal lebih dekat antara satu sama lainnya supaya terjalin ikatan hati yang lebih erat. Saya juga ingin menyampaikan hajat, bahwa putra saya Salim, ingin menjalin hubungan yang lebih serius dengan Ning Azalia. Jika Gus Fauzan dan keluarga berkenan, ananda ini ingin segera menghalalkan Nig Azalia.""Kenapa mendadak sekali seperti ini, Wir?" Laki-laki dengan wajah penuh kharisma serta seteduh taman surga itu tampak bingung
last updateLast Updated : 2023-06-08
Read more

Part 176

Dering ponsel Gus Fauzan yang terdengar begitu nyaring mampu membuatku terkesiap dan tersadar dari lamunan. Dia segera beranjak dari duduknya, meminta izin menjawab telepon yang sepertinya begitu penting. Sedang Ning Aisyah--istri Gus Fauzan. Terlihat sibuk menyuguhi kami berbagai macam hidangan. Aku terus meremas jemari merasa grogi sekaligus takut mendapat penolakan dari keluarga Azalia."Assalamualaikum!" Kami semua menoleh ke arah sumber suara, ketika mendengar Ummi Azalia mengucap salam, dan menjawab salam tersebut secara serempak.Wanita berparas ayu meski usianya sudah tidak lagi muda itu duduk di samping Ning Aisyah, mengulas senyum kepada kami dan mempersilahkan kami menikmati hidangan yang sudah terhidang di atas meja.Entah siapa yang sedang menghubungi Gus Fauzan, sebab aku lihat dari kejauhan raut wajah pria penuh wibawa tersebut terlihat begitu serius. Aku sangat khawatir kalau yang menghubungi dia justru dokter Fatih, dan
last updateLast Updated : 2023-06-09
Read more

Part 177

Mobil segera kutepikan di parkiran rumah sakit. Rasanya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan calon istri, karena semenjak lamaran belum pernah berjumpa dengan dia. "Assalamualaikum, Suster!" sapaku seraya menghampiri Azalia yang sedang asik berbincang dengan teman-teman seprofesinya."Waalaikumussalam!" Dia menoleh dan langsung menunduk malu ketika menyadari aku sudah berada di belakang. Wajahnya bersemu merah bak tomat ranum membuatku semakin gemas dibuatnya."Sudah pulang belum, Li?" "Su--sudah, Mas. Memangnya kita jadi pergi?" tanya wanita berparas ayu itu tanpa berani menatapku."Iya, dong. Masa nggak jadi. Suster Sarah juga sudah siap menemani 'kan?" Melirik perempuan bertubuh subur yang selalu menjadi teman curhat calon istri."Iya, Mas. Saya sudah diberi tahu sama Azalia kemarin." "Ya sudah! Kita jalan sekarang. Suapaya tidak kemalaman sampai di sananya."Lamat-lamat aku lihat Dokter Fatih berjalan hendak menghampiri, namun niatnya urung saat melihat diriku sedang berdiri d
last updateLast Updated : 2023-06-10
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
24
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status