Share

Part 168

Penulis: Ida Saidah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-31 13:00:16

"Sa--saya mau ketemu sama Bunda, Mbak." jawabku tergagap. Entah mengapa tiba-tiba rasa grosi menghinggapi hati.

"Ya sudah. Silahkan masuk. Kak Fita ada di dalam. Lagi nonton televisi sama Arjuna."

Arjuna? Oh, iya. Aku baru ingat. Sepertinya ini Mbak Dewi adeknya Bunda Efita.

Tapi, kenapa dia berada di rumah ini?

Ah, sudahlah. Bukan urusanku juga dia mau tinggal di mana. Lagian, Mbak Dewi ini kan adiknya bunda. Jadi wajar kalau perempuan itu tinggal di sini.

Dengan langkah sedikit ragu manaiki undakan teras, merasa dek-dekan karena ini pertemuan pertamaku dengan bunda setelah beberapa tahun kami tidak saling bertatap muka.

"Assalamualaikum, Bun!" Mengucap salam perlahan.

Wanita dengan wajah cantik memesona itu menjawab salamku sambil berdiri. Riak wajahnya menunjukkan keterkejutan, akan tetapi aku melihat ada rindu begitu dalam di sorot matanya.

"Maa syaa Allah, Lia. Kamu apa kabar?" Dia berjalan mendekat, men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
WIDYA BINTANG
Persatukan mereka
goodnovel comment avatar
Yayuk Istikanah
semangat update thor, semua mereka berjodoh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 169

    #SalimAku melirik Azalia yang sedang duduk di kursi sebelah sambil bersedekap. Ekspresinya begitu lucu. Dia seperti anak kecil walaupun usianya sudah mau menginjak ke angka dua puluh enam.Dan, entah mengapa akhir-akhir ini ada sesuatu yang terasa aneh jika dekat dengan wanita itu. Jantung ini berdegup tidak karuan, juga ada rasa nyaman jika dia ada di sisiku. Apa itu cinta? Entahlah. Aku sendiri belum berani menyimpulkan kalau dalam sanubari mulai tertanam rasa. Masih takut. Khawatir hanya perasaan semu dan kembali melukai dia. Sudah cukup dalam luka yang aku torehkan dulu, dan aku tidak mau menambahnya lagi.Lagian, aku juga tidak tahu, masihkah ada kesempatan kedua serta cinta di hatinya. Aku meragukan itu karena sudah pasti Azalia masih mencintai mendiang suaminya. Apalagi ada Faza sebagai pengikat cinta mereka berdua.Ah, semoga saja masih ada waktu yang tersisa untukku, untuk menebus kesalahan yang telah diperbuat dulu. Mengobati luka yang telah kutorehkan di dalam kalbunya, m

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-01
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 170

    "Tapi, Li?""Sudah ya, Mas. Aku permisi dulu. Terima kasih buat hadiahnya. Faza pasti seneng banget kalau tahu sudah dibelikan mainan sebagus itu sama kamu. Assalamualaikum!" Dia segera keluar dari mobil, menenteng mainan yang aku belikan kemudian melenggang masuk ke dalam kamar kosannya.Kenapa Azalia seperti tidak memberi sinyal hijau kepadaku. Dia justru menyuruhku untuk tidak sering-sering menemuinya. Apa jangan-jangan, sudah ada laki-laki lain yang mengisi relung hatinya yang kosong?Memutar arah kemudi meninggalkan rumah kontrakan Azalia, kembali pulang karena jarum pendek jam hampir menunjuk ke angka sebelas dan Syabil sudah terlelap di kursi penumpang.***"Kok lama banget nganter Lianya, Kak?" tanya Bunda saat aku turun dari mobil sambil membopong tubuh putra pertamanya."Jalan-jalan dulu sebentar, Bun. Ngajak Dedek beli mainan!" jawabku sembari melewati tubuh wanita yang dulu pernah aku cinta."Oh... Dedeknya s

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 171

    'Hei, perasaan! Kenapa jadi sesakit ini melihat dia sedang berduaan dengan pria lain? Apa ini tanda-tanda kalau aku cemburu?' Membatin sendiri sambil menyandarkan punggung di jok mobil.Tin! Tin!Suara klakson kendaraan di belakang mampu membuatku terperanjat. Ah, ternyata aku parkir sembarang tempat hingga menghalangi pintu masuk.Dasar!Salim... Salim... Dari dulu kemana saja kamu? Setelah menyia-nyiakan berlian yang begitu indah serta berkilauan, kini baru menyadari betapa sakitnya ketika mulai mencintai seseorang dan ternyata orang yang kamu cintai malah lebih memilih orang lain? Coba sejak dulu belajar mencintai Azalia dan bertahan?Meraup wajah kasar, menggerakkan kembali mobilku ke dalam kemudian segera turun setelah memarkirkan kendaraanku dengan sempurna.*"Mbak, saya nitip ponsel Suster Azalia ya. Semalam tertinggal di mobil saya," ucapku seraya menyodorkan gawai milik umminya Faza kepada s

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-03
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 172

    "Ya sudah, Lim. Abi berangkat kerja dulu. Sudah siang. Kamu ingat pesan Abi. Maju terus pantang mundur. Dan yang paling penting, jangan lupa minta kepada Sang Pemilik Hati!" Abi menepuk pundakku.***Beberapa hari tidak bertemu atau pun hanya sekedar bertegur sapa melalui sosial media dengan Azalia, rasanya seperti ada sesuatu yang kurang. Bagai makan sayur tanpa garam. Hidupku terasa hambar. Tidak berwarna sama sekali. Aku merasa rindu dan khawatir dia dimiliki orang lain.Ah, Tuhan. Entah mengapa gara-gara melihat Azalia sudah memiliki seorang putra dan melihat ketangguhannya menghadapi hidup, tiba-tiba rasa dalam kalbu begitu menggebu. Secepat itukah Engkau menanam cinta di dalam sanubari ini? Ataukah yang aku rasa saat ini hanya cinta semu belaka?Mengusap wajah kasar, mencoba mengikuti kata hati yang terus saja menuntun supaya aku terus berjuang untuk mendapatkan cinta Azalia. Hingga tanpa sadar tangan ini menggerakkan kendaraanku menuju ruma

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-04
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 173

    "Bagaimana, Li?" tanyaku lagi."Maaf, Mas. Aku belum berpikir sampai ke situ. Aku belum berpikir untuk mencari pengganti suami aku. Jujur, aku masih trauma dengan apa yang sudah menimpa. Aku masih takut dikecewakan," jawab Azalia, sedikit menyentil hati ini. Wajar saja jika dia masih trauma dengan apa yang sudah aku lakukan dulu kepadanya. Aku bisa memaklumi itu. Tapi, untuk saat ini, benar-benar ingin memperbaiki diri dan serius menjadikan dia sebagai pendamping hidup."Apa kamu nggak percaya sama Mas, Li?" Menatap wajahnya yang terus saja menunduk.Hening. Azalia masih tetap berdiri dengan mode yang sama, tanpa menjawab pertanyaan yang aku lontarkan.Diam berarti iya. "Kalau begitu, ayo kita pulang ke Tegal dan langsung menikah. Biar kamu percaya kalau saat ini Mas serius sama kamu!"Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut ini, sontak membuat Azalia mengangkat wajahnya lalu menatapaku. Pendar bahagia terpancar jel

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-06
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 174

    ***Malam kian beranjak larut. Hanya keheningan serta gelisah yang terus saja menyelimuti hati, begitu takut kehilangan wanita yang mulai aku cintai. Berkali-kali aku bermunajat kepada Sang Pencipta, meminta supaya didekatkan dengan Azalia serta bisa memilikinya. Mudah-mudahan kami berjodoh. Bisa menjalani biduk rumah tangga bersama dan memiliki keturunan yang shalih dan shalihah.Sepertinya kali ini hatiku sudah mantap. Ingin meminta Azalia kepada orang tuanya, mengkhitbahnya sekali lagi, merajut asa bersama, menyatukan harapan yang dulu sempat terberai karena keegoisanku.Ah, kenapa hasrat ingin memilikinya begitu menggebu. Bahkan menunggu esok untuk bertemu saja hati ini sudah gelisah. Aku begitu takut dia dimiliki orang lain, terlebih lagi sepertinya dokter Fatih memang menaruh rasa terhadapnya.Turun dari tempat peraduan. Mengambil wudhu kemudian menggelar sajadah dan lekas menjalani qiyamul lail, memita kepada Sang Pemilik Hati unt

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-07
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 175

    "Waalaikumussalam. Mari, silahkan masuk!" Gus Fauzan akhirnya menjawab salam dari kami setelah cukup lama tercengang, dan mempersilahkan kami semua untuk segera masuk."Silahkan duduk, Wir, Mbak Efita, semuanya," ucapnya lagi.Kami segera duduk dan berbasa-basi sebentar, sebelum akhirnya Abi mengutarakan maksud kedatangan kami ke rumah Gus Fauzan."Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. maksud kedatangan saya kemari, saya mewakili putra saya Muhammad Salim Hafidz, ingin bersilaturahim supaya kita mengenal lebih dekat antara satu sama lainnya supaya terjalin ikatan hati yang lebih erat. Saya juga ingin menyampaikan hajat, bahwa putra saya Salim, ingin menjalin hubungan yang lebih serius dengan Ning Azalia. Jika Gus Fauzan dan keluarga berkenan, ananda ini ingin segera menghalalkan Nig Azalia.""Kenapa mendadak sekali seperti ini, Wir?" Laki-laki dengan wajah penuh kharisma serta seteduh taman surga itu tampak bingung

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-08
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 176

    Dering ponsel Gus Fauzan yang terdengar begitu nyaring mampu membuatku terkesiap dan tersadar dari lamunan. Dia segera beranjak dari duduknya, meminta izin menjawab telepon yang sepertinya begitu penting. Sedang Ning Aisyah--istri Gus Fauzan. Terlihat sibuk menyuguhi kami berbagai macam hidangan. Aku terus meremas jemari merasa grogi sekaligus takut mendapat penolakan dari keluarga Azalia."Assalamualaikum!" Kami semua menoleh ke arah sumber suara, ketika mendengar Ummi Azalia mengucap salam, dan menjawab salam tersebut secara serempak.Wanita berparas ayu meski usianya sudah tidak lagi muda itu duduk di samping Ning Aisyah, mengulas senyum kepada kami dan mempersilahkan kami menikmati hidangan yang sudah terhidang di atas meja.Entah siapa yang sedang menghubungi Gus Fauzan, sebab aku lihat dari kejauhan raut wajah pria penuh wibawa tersebut terlihat begitu serius. Aku sangat khawatir kalau yang menghubungi dia justru dokter Fatih, dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-09

Bab terbaru

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 229 (Ending)

    Pukul tujuh malam, selepas melaksanakan shalat isya, Ridwan kembali datang dan meminta Dewi untuk menjadi pendamping hidupnya. Kali ini dia meminta wanita tersebut kepada sang kakak, dan Efita tetap saja menyerahkan semuanya kepada Dewi. "Sudah aku bilang kan, Mas. Aku ini bukan wanita sempurna. Kamu akan menyesal jika menikah denganku nanti. Apa kamu tidak berpikir sampai kesitu, Mas?" Dewi membuang muka menghindari tatapan Ridwan yang begitu menghanyutkan."Saya akan menerima segala kekurangan serta kelebihan kamu, Wi. Lillahi taala. Menikah itu ibadah. Kebahagiaan sepasang suami istri itu bukan hanya karena adanya anak. Tapi dengan saling percaya serta melengkapi, kita akan merasa hidup bahagia selamanya. Apalagi sudah ada Arjuna. Dia juga butuh figur seorang ayah, Wi. Kamu jangan egois!" desak Ridwan memberi keyakinan kepada wanita yang dia kagumi."Justru karena aku tidak mau dianggap egois, makanya menolak kamu, Mas." "Wi, tolong pertimban

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 228

    Keluarga besar Efita sudah bersiap-siap pergi ke kota Tegal untuk melangsungkan pernikahan Salman dengan putri sulung Gus Fauzan. Pernikahan yang rencananya akan diselenggarakan awal tahun, akan tetapi harus ditunda beberapa bulan karena Salman belum bisa mengambil cuti dan Nabila mendapat tugas dari kampusnya untuk melakukan kuliah kerja nyata di luar kota. Hal itulah yang membuat acara harus ditunda sementara, dan hari ini, dua insan manusia yang saling mencintai itu akan mengucap janji suci di depan Allah, menjadikan hubungan mereka menjadi halal serta diridhai Tuhan."Santai saja, nggak usah gemetar!" bisik Salim kepada sang adik ketika mereka sudah berada di masjid pesantren menunggu ijab qobul dimulai.Salman menerbitkan senyuman. Rasa grogi terlihat jelas di wajah pria berusia sudah genap dua puluh empat tahun itu, apalagi ketika pembawa acara memulai susunan acara.Keringat dingin terus saja membanjiri tubuhnya walaupun ruangan tempat dia akan meng

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 227

    "Maaf, Wi. Kamu yang tenang. Kalau kamu tidak mau menyerahkan Arjuna tidak apa-apa. Mas tidak memaksa. Tapi kalau suatu saat Mas ingin mengajaknya bermalam di rumah, tolong kamu izinkan ya? Biar dia juga deket dengan Papa Surya."Mendengar nama Surya, entah mengapa ada rasa seperti termas-remas di dada Dewi. Dia ingat betul ketika pria paruh baya itu merenggut dengan paksa kehormatannya, melakukannya berkali-kali hingga akhirnya dia mengandung dan kehilangan masa depan. Selain itu, dia juga harus menjadi duri dalam daging di kehidupan rumah tangga Efita, merobohkan benteng yang telah dibangun dengan kokoh hingga hancur lebur serta rata dengan tanah.Tanpa terasa dua bulir air bening lolos begitu saja dari sudut netra perempuan berusia dua puluh tiga tahun itu. Walaupun rasa benci terhadap Surya mendominasi di hati, akan tetapi dia begitu mencintai Arjuna. Apalagi Efita selalu memberinya wejangan, kalau anak adalah masa depan yang akan menjamin masa tua kita, j

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 226

    #POV AuthorEfita sedang duduk di teras sambil mengawasi Arjuna, Syabil dan Faza bermain pasir di taman depan rumah. Dia segera menoleh ke arah pintu ketika mendengar seseorang mengucap salam. Seulas senyum tergambar di bibir Akmal, sambil menatap wajah Efita yang tertutup cadar. Ada rasa rindu yang kian menggebu di dalam kalbu, karena sampai saat ini dia belum benar-benar bisa melupakan sang mantan. Cinta yang ditancapkan Efita di dinding hatinya terlalu dalam dan tidak mudah terhapuskan.Semakin dia mencoba, maka rasa itu kian terasa serta menyiksa."Kamu apa kabar, Fit?" tanya Akmal setelah dia dipersilahkan masuk oleh mantan istrinya."Alhamdulillah aku sehat. Mas Akmal sendiri bagaimana kabarnya, tumben mampir ke rumah, setelah beberapa tahun tidak pernah keliatan batang hidungnya?" "Aku pengen ketemu Juna, Fit."Efita menanggapi dengan ber oh ria. Dia kemudian memanggil keponakan kesayangannya itu dan menyuruh pr

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 225

    Setelah selesai memberikan keterangan kepada penyidik. Perawat serta polisi wanita yang mendampingi segera membawa Safina keluar dari ruangan tersebut karena harus segera kembali ke rumah sakit."Apa saya bisa bicara dengan Safina sebentar, Bu?" Ragu aku mengatakan hal itu, karena takut Safina kembali mengamuk jika aku mengajaknya berbicara."Silahkan, Pak." Kami pun berjalan menuju kursi panjang yang ada di teras kantor polisi, duduk di tempat tersebut dengan perasaan bersalah menyelimuti hati."Fin," panggilku pelan."Aku tahu apa yang ingin Mas Salim katakan sama aku," sahut Safina dengan suara parau. "Mas nggak usah khawatir. Aku tidak akan lagi mengganggu atau merepotkan Mas. Aku juga sudah ikhlas dengan pernikahan Mas dan Ning Azalia. Aku doakan, semoga kalian berdua hidup bahagia hingga maut yang memisahkan." Seulas senyum tercetak di bibir merah muda Safina walaupun aku lihat ada kabut di kedua sudut netranya.

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 224

    "Kenapa liatin saya seperti itu?" tanya Fahri seraya menatap menghunus ke arahku.Aku mengangkat satu ujung bibir. Sepertinya Tejo dan Fahri begitu membenci diriku, padahal antara aku dan mereka berdua tidak pernah ada urusan apa-apa. Kenal saja baru-baru ini setelah aku menikah dengan Safina dan Azalia. Tapi, entah mengapa tatapan mereka terlihat penuh dengan kebencian kepadaku.Petugas menyuruh Fahri untuk duduk, menginterogasi dia menanyakan hubungan laki-laki tersebut dengan mantan istri, walaupun Fahri terus saja berbelit-belit memberikan keterangan, malah cenderung mengelak kalau dia tidak pernah melakukan pelecehan seksual terhadap SafinaHingga akhirnya seorang wanita berhijab ungu ditemani oleh seorang perawat juga dua orang polisi wanita datang, membuat Fahri serta Tejo tercengang. Gurat ketakutan tergambar jelas di wajah keduanya."Sa--Safina?" Bahkan Tejo sampai tergagap melihat kehadiran wanita yang sudah dia nodai tersebut.

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 223

    "Insya Allah saya bersedia, Mas," jawab si wanita dengan intonasi sangat lembut serta gemetar, dan semua orang yang ada ramai gemuruh mengucap hamdalah."Alhamdulillah, berarti Bunda mau nambah mantu lagi!" seloroh Bunda Efita terdengar bahagia."Ini kenapa ujung-ujungnya jadi kaya lamaran begini?" Azalia ikut menimpali. "Cie...Bila, akhirnya bisa menikah dengan sang pujaan hati!" ledek istriku seraya memeluk adik sepupunya."Jangan ledekin aku terus dong, Mbak Lia. Aku 'kan jadi malu!" Nabila memonyongkan bibir manja. Dia persis seperti istriku ketika sedang merajuk. Semoga saja sifatnya juga sama seperti Azalia. Penyayang, bijaksana dan menghormati serta menyangi Bunda Efita tentunya."Kapan akan diadakan lamaran secara resmi, Gus. Biar saya siapkan segala keperluannya?" Bunda Efita terlihat begitu bersemangat."Tidak usah ada acara lamaran lagi, Mbak Fita. Sebaiknya langsung dinikahkan saja. Toh, mereka sudah sama-sama d

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 222

    #Part menuju ending"Astaghfirullahaladzim!" teriak kami ketika tubuh Bu Veronika ambruk ke lantai.Kepanikan mulai terlihat di wajah Dokter Fatih ketika melihat sang ibu tidak sadarkan diri. Kedua mata laki-laki itu sudah dipenuhi kabut dan tidak lama kemudian buliran-buliran air bening mulai meluncur dari balik kelopaknya meninggalkan jejak lurus di pipi."Ibu, bangun, Bu. Ya Allah. Kenapa Ibu malah pingsan seperti ini, Bu?" Dia menepuk-nepuk pelan pipi ibunya."Angkat ibu kamu, Mas. Bawa dia ke kamar tamu atau direbahkan di sofa!" perintah bunda Efita dan segera dikerjakan oleh dokter berkacamata tebal tersebut.Azalia yang sejak tadi berdiri di ambang pintu berinisiatif mengambil minyak kayu putih lalu menggosokkannya ke pelipis serta dekat hidungnya.Tidak lama kemudian mata Bu Veronika terbuka. Dia memalingkan wajah ketika melihat sang anak yang sedang duduk di sebelahnya sambil menggenggam erat jari keriputnya. "

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 221

    "Assalamualaikum!" Kami yang sedang duduk santai di teras menoleh secara serempak ketika mendengar suara Bu Veronika mengucap salam."Waalaikumussalam!" Ummi segera beranjak dari duduknya, berjalan menuju pintu garasi dan mempersilahkan ibunya Dokter Fatih untuk masuk.Kali ini Bu Veronika datang tidak hanya sendiri, tapi bersama anaknya yang meresahkan itu. Sepertinya dia menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Berpura-pura ingin mengenal lebih jauh keluarga besarku, padahal sebenarnya ingin melihat istriku yang memang begitu cantik memesona dan siapa pun yang melihatnya pasti akan jatuh cinta.Dari balik kacamata tebalnya, terlihat sekali kedua bola mata Dokter Fatih membulat tanpa berkedip menatap ke dalam rumah. Aku menoleh berniat menyuruh Azalia masuk, tapi mataku dibuat memicing olehnya sebab yang sedang dia pandangi malah bukan istri, melainkan Bunda Efita. Sepertinya dokter genit tersebut terpesona dengan kecantikan wajah bunda yang tertutup niqo

DMCA.com Protection Status