Home / Rumah Tangga / Kontrasepsi di Kamar Adikku / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Kontrasepsi di Kamar Adikku : Chapter 91 - Chapter 100

232 Chapters

Part 90

Salim memarkirkan mobilnya di parkiran gedung bertingkat satu dan lekas membukakan pintu untuk sang Bunda."Hati-hati turunnya, Bun," ucap laki-laki yang kini usianya sudah genap dua puluh satu tahun itu."Terima kasih, Salim." Efita melangkah keluar pelan-pelan.Mereka berjalan bersisian menghampiri petugas yang sedang berjaga lalu mengisi daftar tamu di ruang informasi. Petugas juga memeriksa barang bawaan mereka, mengantarkan mereka meletakkan semua barang di loker lalu menyuruh mereka menunggu hingga nama mereka dipanggil.Efita terlihat begitu gelisah. Kenza menggengam erat jemari kakak iparnya, meyakinkan wanita yang perutnya semakin terlihat membukit itu bahwa semua akan baik-baik saja. Dia meyakinkan kalau Kenzo sebentar lagi akan bebas karena ia memang tidak melakukan kejahatan apapun.Setelah satu jam menunggu, akhirnya nama Efita dipanggil, dan dengan cepat wanita itu berjalan ke ruangan tempat dimana dia akan bertemu
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

Part 91

"Perkenalkan nama saya Dandi Prawira. Saya temanannya Kenzo dulu saat kuliah. Tapi karena suatu hal akhirnya pertemanan kami harus berakhir!" Pria itu menjabat tangan Salim sambil menatap lekat-lekat wajah pria berusia dua puluh satu tahun itu."Oh, Om temenya Ayah juga ya?" Binar bahagia terpancar jelas di mata Salim."Iya, kamu anaknya Kenzo?" "Iya, Om. Saya anak sulungnya!" "Usia kamu berapa tahun, Nak?" "Baru dua puluh satu tahun, Om!" 'Dua puluh satu tahun, Kenzo menikah dengan Naumi juga sekitar dua puluh satu tahun yang lalu. Apa Naumi hamil duluan? Apa jangan-jangan ... dia anaknya Kenza?' gumam Prawira dalam hati."Siapa, Lim?" tanya Fatimah sambil berjalan keluar.Mata perempuan berusia lebih dari enam puluh tahun itu tiba-tiba sudah menganak sungai. Wajahnya pias. Dia lalu menarik Salim menjauh dari pria tersebut."Ada apa, Nek? Dia yang mau membantu Ayah keluar dari penjara. Kenapa Nenek terlihat kurang suka sama dia?!" Dahi Salim berkerut-kerut menatap neneknya."Kamu
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

Part 92

“Brengsek kamu, Wira. Saya pikir kamu seorang teman, tetapi kamu hanya seorang pecundang!!” Kenzo menghadiahi bogem mentah kepada Wira, hingga pria bermata bulat itu babak belur dan hampir saja tewas kalau Pak RT tidak melerai.Kabar tentang kehamilan Kenza akhirnya didengar oleh warga sekitar dan menjadi bahan pergunjingan. Karena tidak tahan putrinya menjadi bahan olok-olokan sementara dia hanya korban, Fatimah akhirnya menjual tanah, rumah serta isinya yang dia miliki dan hijrah ke kota Jakarta, meninggalkan kota Manado dan memulai kehidupan baru di ibukota.“Mbak, ada apa? Kok Mbak Kenza kaya ketakutan begitu?” Efita merangkul pundak adik iparnya.“Jangan sentuh saya, pergi! Pergi kamu bajing**!” teriak Kenza histeris.“Allahu Akbar, Mbak. Ini saya Mbak. Efita, Kakak iparnya Mbak Kenza. Istigfar, Mbak!” Efita terus saja mendekati Kenza berusaha menenangkan wanita tersebut.“Pergi! Jangan sentuh saya. Saya k
last updateLast Updated : 2023-02-10
Read more

Part 93

“Bi Kenza itu Ummi aku kan?” Suara Salim semakin mendekat ke arahnya. “Apa Ummi jijik sama aku sampai Ummi tidak mau memeluk aku, Ummi?” Kenza langsung memutar badan perlahan dan menghambur memeluk Salim. Diciuminya pipi sang putra, mengusap wajahnya yang tampan lalu kembali memeluk tubuhnya dengan erat, seolah tidak ingin lagi berpisah dengan sang anak. “Kenapa Ummi merahasiakannya dariku. Kenapa Ummi menyimpan luka ini sendiri? Andai saja Ummi berterus terang dan mengatakan kalau aku ini anak Ummi, aku pasti akan menjadi tempat untuk Ummi berbagi. Aku akan selalu menjadi sandaran hati Ummi!” “Maaf!” Hanya itu yang mampu keluar dari mulut Kenza. “Untuk apa, Ummi?” Salim mengurai pelukannya kemudian menatap lekat netra ibunya. Kini terlihat dengan jelas banyak sekali luka di dalam sana, yang selalu ia simpan tanpa mau membebani orang lain. “Tolong jangan benci Ummi, Nak.” Pelan Kenza berujar, bagai angin sedang berembus. Salim menggeleng pelan. “Aku tidak pernah membenci Ummi.
last updateLast Updated : 2023-02-11
Read more

Part 94

Salim mengulum senyum membayangkan kalau Efita benar-benar istrinya dan sedang mengandung buah cinta mereka. Ah, rasanya dunia terasa indah jika bisa hidup bersama wanita yang amat ia kagumi sejak pertama mereka berjumpa. Menjadi pendamping hidupnya hingga menua bersama, menjadi sandaran hati Efita ketika dia sedang terluka.“Lim, kok kamu senyum-senyum sendiri? Kamu nggak kesambet kan?” tanya Efita sambil berdiri menatap laki-laki bertubuh persis seperti suaminya itu.“Eh, Bunda udah keluar. Gimana dedek bayinya? Mirip saya, apa mirip siapa?” jawab Salim seraya memindai wajah manis sang bunda.“Belum ketahuan, Salim. Semoga nggak mirip kamu. Amit-amit!” Efita mengusap perutnya sambil bergidik.“Kan saya ganteng, Bunda.” Salim menyeringai.Bibir Efita melengkungkan senyuman membuat Salim bertambah mengaguminya. Karena senyum tulus Efitalah yang mampu menancapkan cinta begitu dalam di hati pemuda tersebut.“Lim, kita
last updateLast Updated : 2023-02-13
Read more

Part 95

‘Apa aku masih bisa masuk ke dalam surga-Mu ya Allah, setelah aku melakukan semua itu terhadap istri ayahku sendiri?’ Salim bergumam sendiri dalam hati.Gegas pemuda berambut cepak itu masuk ke kamar mandi, membersihkan diri lalu mengambil wudu dan melaksanakan salat taubat. Dia ingin meminta ampun kepada Allah atas segala khilaf yang telah ia lakukan.Efita duduk di depan cermin sambil memindai wajahnya yang banyak ditumbuhi jerawat. Hari ini ia akan kembali membesuk Kenzo setelah seminggu sang suami menginap di hotel prodeo. Efita sudah sangat merindukan suaminya. Apalagi pertemuan minggu lalu, hanya sebentar saja dan tidak bisa menghilangkan rasa rindu dan menggebu di dalam qolbu.Efita sengaja berdandan sedikit lebih cantik dari biasanya, supaya dia terlihat cantik di depan Kenzo. Apalagi semalam ada seseorang yang menghubunginya, memberitahu kalau dia bisa bertemu dengan Kenzo selama beberapa jam, tapi menggunakan ‘jalur khusus’. Efita ing
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more

Part 96

Wira membetulkan posisi duduk Kenza supaya menjadi lebih nyaman. Merebahkan jok mobilnya, mengganjal kepala wanita yang sudah ia hancurkan hidupnya dengan bantal.Pria berkumis tipis itu menatap lekat-lekat wajah perempuan berhidung mancung tersebut. Air matanya kini tidak bisa ia bendung, mengingat apa yang telah ia lakukan dua puluh dua tahun yang lalu, hingga membuat Kenza mengalami trauma, bahkan enggan mengakhiri masa lajangnya.“Abang sangat menyesal, Dik. Tahukah Adik, selama beberapa tahun ini Abang tidak bisa tidur dengan tenang. Abang selalu di hantui rasa bersalah, juga dosa karena Abang sudah menghancurkan masa depan Adik!” Wira berujar sambil sesekali menghapus air matanya.Salim terus berjalan berputar-putar mengelilingi halaman kantor polisi mencari keberadaan Umminya. Berkali-kali dia mencoba menghubungi nomer sang Ibu, akan tetapi nomer Kenza selalu tidak aktif. Salim akhirnya memutuskan untuk mencari Kenza di tempat dimana sang Ayah
last updateLast Updated : 2023-02-15
Read more

Part 97

“Waalaikumussalam, hati-hati!” Kenzo melambaikan tangan sambil berusaha menahan air mata agar tidak tumpah di depan anak istrinya.“Assalamualaikum!” Suara bariton seorang lelaki mengagetkan Kenzo yang sedang menutup pintu kamar.“Waalaikumussalam, Wira?” Kenzo menatap wajah laki-laki yang ada si hadapannya.“Apa kabar, Zo?”“Seperti yang kamu lihat, Wira. Saya baik-baik saja! Kamu mau ngapain datang menemui keluarga saya lagi. Belum puas kamu menghancurkan kehidupan adikku, Wira!” Kilat kemarahan tergambar jelas di mata teduh laki-laki berusia empat puluh satu tahun itu.“Saya datang ke sini, hanya berniat membantu kamu keluar dari kasus yang sedang membelit kamu, Kenzo. Saya tahu kamu tidak bersalah, bahkan, saya dan anak buah saya sudah berhasil menemukan beberapa bukti yang mungkin bisa membuat kamu memenangkan persidangan pekan depan. Tapi saya menolong kamu secara pamrih, Kenzo. Saya minta imbalan, supaya keluarga kamu men
last updateLast Updated : 2023-02-16
Read more

Part 98

.“Kenapa kamu begitu membenci kakak, Wi?” Akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulut Efita.“Karena kakak tidak pernah memberi kesempatan untuk aku bahagia!” sahut Dewi ketus.“Maksud kamu, Dewi?” Dahi Efita berkerut-kerut mendengar jawaban dari sang adik.Dia merasa heran kenapa Dewi bisa berpikiran seperti itu. Sementara dia sejak kecil selalu mengalah dan lebih mementingkan kebahagiaan si adik.Bahkan, dia rela putus sekolah asal Dewi bisa melanjutkan pendidikannya.“Semua orang yang ada di sekitarku selalu menyayangi kakak, sementara sama aku, mereka semua membenci aku. Nggak Akmal, nggak Emak. Semuanya nggak pernah suka sama aku!” desisnya kesal.“Kata siapa Emak nggak sayang kamu, Wi. Emak itu sayang banget sama kamu. Begitu juga kakak. Kalau kakak egois dan tidak menyayangi kamu, dulu kakak lebih memilih sekolah dan membiarkan kamu tidak mengenyam bangku pendidikan. Tapi
last updateLast Updated : 2023-02-17
Read more

Part 99

Efita duduk di bibir ranjang sambil terus menggenggam ponselnya menunggu kabar dari Salim. Dia sangat gelisah menunggu kabar tentang suaminya yang sedang mengikuti persidangan hari ini. Pun dengan segala doa yang tiada putus-putusnya ia panjatkan. Dia terus memohon kepada Allah, supaya lekas membebaskan sang suami sebab dia yakin kalau Kenzo tidak bersalah."Aku nggak mau nglahirin sendirian, Mas. Aku butuh kamu." Efita berujar sambil mengelus-elus perutnya.Perempuan berambut sebahu itu menyusut air mata ketika merasakan gerakan-gerakan kecil di dalam perutnya."Aku nggak boleh nangis. Mbak Kenza dan Salim pernah bilang sama aku, kalau orang lagi hamil itu nggak boleh stres dan nggak boleh sedih. Nanti dedeknya ikut merasakan hal yang sama dengan apa yang sedang Ibunya rasakan!" gumam Efita sambil berkali-kali menyusut air matanya yang tidak kunjung berhenti mengalir."Fit. Ibu boleh masuk?" ucap Fatimah sambil melongok dari
last updateLast Updated : 2023-02-18
Read more
PREV
1
...
89101112
...
24
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status