Semua Bab Kontrasepsi di Kamar Adikku : Bab 101 - Bab 110

232 Bab

Part 100

"Ummi, tolong dengerin Salim, Mi. Abi hanya mau meminta maaf sama Ummi. Ummi yang tenang, tarik nafas, istigfar Ummi, Istigfar." Salim terus saja memeluk ibunya."Kasih minum, Lim." Efita menyodorkan segelas air putih."Ayo, Mi. Minum. Bismillah, pelan-pelan," bimbing pemuda dengan garis wajah tegas itu.Setelah Kenza mulai sedikit tenang, Salim keluar menemui ayah kandungnya. Dia menyuruh Wira untuk bersabar karena mungkin trauma yang dialami Kenza terlalu dalam. Salim tidak mau memaksa ibunya untuk bertemu Wira."Salim, kalau kamu mengizinkan, Abi ingin membawa Ummi kamu ke psikiater. Abi punya kenalan di daerah Tegal. Dia bisa membantu menyembuhkan orang yang mengalami trauma seperti Ummi. Tapi tentunya atas izin Allah dan juga dari diri Ummi sendiri harus ada keyakinan untuk sembuh. Dia juga yang mengajarkan Abi banyak hal, sehingga Abi bisa berubah menjadi laki-laki yang lebih baik." Wira berujar tanpa berani menatap mata Salim.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-19
Baca selengkapnya

Part 101

Kembali Ke POV Efita.Aku membuka mata perlahan, mengedarkan pandang mencari suamiku. Tidak ada. Hanya ada Ibu yang sedang tersenyum manis kepadaku.‘Apa aku hanya bermimpi?’ tanyaku kepada diri sendiri dalam hati.Mataku kembali memanas. Buliran-buliran hangat kembali menyembul di sudut netraku dan tidak lama kemudian mengalir tanpa mampu aku bendung.“Kamu sudah makan, Sayang?” tanya Ibu dengan intonasi sangat lembut. Entahlah, walaupun perut ini terasa lapar, tetapi mulut ini malas untuk mengunyah. Aku ingin makan sepiring berdua dengan suamiku. Masa iya aku harus pergi ke sel melalui jalur khusus dan bermalam di sana. Biayanya juga kan cukup mahal. Mending uangnya aku kumpulkan buat usaha setelah Mas Kenzo keluar nanti.Pintu kamar terbuka lebar. Seraut wajah nan teduh menatapku dengan senyum terkembang di bibir, memamerkan cekungan di kedua belah pipinya. Dia menghampiriku sambil sesekali membetulkan pecinya. “Makan yuk, Mas suapin,” ucapnya sembari mengulurkan tangan dan lek
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-20
Baca selengkapnya

Part 102

Salim, Ibu, Mbak Kenza serta anak-anak sudah duduk berkumpul di ruang tengah ketika aku keluar dari kamar. Ada Mas Kenzo juga sudah bergabung bersama mereka. “Kamu sudah bangun, sayang?” tanya Mas Kenzo seraya mengulas senyum. “Sini, duduk!” Titahnya sambil menepuk-nepuk sofa kosong di sebelahnya.Gegas aku berjalan mendekat, duduk di sebelahnya karena sepertinya ada hal penting yang mau mereka bicarakan kepadaku. Tapi, ada apa? Semoga saja bukan kabar buruk yang hendak mereka sampaikan.“Dek, besok Kenza akan dibawa terapi ke Tegal. Mungkin hingga beberapa bulan ke depan dia akan tinggal di sebuah pesantren, sampai traumanya benar-benar hilang dan dia bisa menjalani hidup tanpa dibayang-bayangi masa lalu kelamnya. Menurut adek bagaimana? Kami tinggal menunggu jawaban dari kamu, Dek. Kalau kata kamu Oke, kita akan bawa dia,” ucap Mas Kenzo membuat aku sedikit kaget.“Mendadak sekali, Mas?” Tatapan mataku tidak lepas dari Mbak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-21
Baca selengkapnya

Part 103

Aku duduk di bibir ranjang kamar Salim dan memangku buku tersebut.Pelan-pelan kubuka lembar pertamanya, hanya ada tulisan S, simbol hati lalu huruf E. Aku ingin tertawa melihatnya, karena dia begitu kekanak-kanakan. ‘Aku selalu mencintaimu walau kita tidak ditakdirkan untuk bersatu. Aku hanya mampu mencintaimu dalam diam. Merasakan teririsnya hati ketika kamu sedang bermesraan dengannya di depan mataku. Sakit, sungguh tak terperi di sanubari. Aku juga berharap kepada Tuhan, supaya ada keajaiban yang mampu menyatukan cinta kita berdua, Muhammad Salim Hafidz.’ Aku mengulum senyum membaca tulisan itu. ‘Kasihan juga Salim!’ bhatinku.Aku menutup buku milik Salim, karena merasa terlalu lancang membuka-buka barang pribadinya. Lekas kuletakkan buku itu ke dalam laci, menutupnya kembali dan keluar dari kamar pria itu kemudian menghampiri Saquina yang sedang mewarnai di ruang tengah.“Kakak sudah kelar belum mewarnainya?!”
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-22
Baca selengkapnya

Part 104

Kuabaikan panggilannya karena masih merasa kecewa dengan kelakuannya, yang diam-diam ikut andil dalam kehancuran rumah tanggaku dengan Mas Akmal. Walaupun sebenarnya, aku juga merasa tidak nyaman jika harus terus-menerus mendiamkan sahabatku.[Fit, tolong angkat telepon aku. Aku mau ngomong penting sama kamu. Cuma kamu yang bisa menolongku dan mau mendengar keluh kesahku, Fit.] Dia mengirimku pesan.[Kamu datang ke rumah saja, Nit. Kita bicara di rumahku.] Balasku, mengirimkan alamat rumah.Tiga puluh menit kemudian Anita datang sambil menangis tergugu dan memelukku. Aku bingung harus berbuat apa, karena aku juga tidak tahu permasalahannya. Kucoba memenangkan perempuan berusia tiga puluh tahun itu, menyuruhnya duduk lalu membuatkan teh hangat untuknya.“Ada apa, Nit?” tanyaku setelah dia berhenti menangis.“Mas Haris mau bawa Damian pergi, Fit. Dia mau menceraikan aku dan membawa anak bungsuku,” terang Anita me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-23
Baca selengkapnya

Part 105

Aku segera mengenakan hijab, mencari Anita di luar dan ternyata dia sudah tidak ada.“Nyari siapa, Bu?” tanya salah seorang yang berjaga di depan rumah.“Tadi temen saya sudah keluar ya, Pak?” Aku balik bertanya.“Iya, Bu. Barusan naik ojek!”“Ya sudah, terima kasih.” Aku bergegas masuk dan mengambil gawaiku, karena Anita juga tahu pin kartu ATM-ku. Semoga saja dia belum menggunakan ATM itu. Dadaku berdegup kencang ketika melihat notifikasi dari mobile bankingku dan ternyata Anita sudah menarik tunai uangku sebanyak empat kali. Dia berhasil menggondol sepuluh juta saldoku.Buru-buru menghubungi call center bank dan memblokir anjungan tunai mandiriku, lalu segera melapor ke kantor polisi. Aku ingin memberi Anita pelajaran. Kalau tidak, dia akan selalu berbuat seenaknya kepadaku.[Siap-siap saja kamu dijemput polisi, Nit.] Send, Anita. Centang satu. Sepertinya dia sudah memblokir nomor whatsappku
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-24
Baca selengkapnya

Part 106

Aku duduk di teras sambil menyuapi Saquina yang sedang susah sekali makan. Sebuah mobil berwarna silver berhenti di depan pagar, dan beberapa orang turun dari dalam kendaraan tersebut.Senyumku terkembang lebar ketika melihat Mas Kenzo turun dan membalas senyumanku. Sebuah lengkungan indah yang selalu membuatku rindu, juga sulit memejamkan mata bila sedang berada jauh darinya.“Bagaimana kabar kamu, Sayang. Kamu baik-baik saja kan?” Mas Kenzo langsung menciumku kemudian memeluk erat tubuh ini.“Alhamdulillah, Mas. Aku baik-baik saja. Ada Allah dan orang-orangnya Wira yang menjagaku,” sahutku sembari menyenderkan kepala di dada bidang suamiku.“Mas khawatir banget pas denger kabar kalau Adek kemalingan. Makanya Mas langsung pulang sama temen-temennya Wira.” Ia mengusap lembut kepalaku.“Aku nggak apa-apa kok, Mas.”Mas Kenzo mengurai pelukannya dan menggendong Saquina putrinya, mengajak kami masuk ke dalam rumah.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-25
Baca selengkapnya

Part 107

“Kamu lagi drama apa ngapain sih, Salim? Kamu rindu sama saya?” Mataku tidak lepas dari wajah Salim yang ternyata mirip sekali dengan Wira. Pantas saja hanya perawakannya saja yang mirip dengan Mas Kenzo, ternyata dia bukan anak kandungnya.“Ma–maaf, Bun. Aku Cuma khawatir kalau calon adik aku kenapa-kenapa. Aku juga kangen sama dedek bayi dalam perut!” sahut Salim dengan mimik wajah aneh. Bocah berusia dua puluh satu tahun itu kemudian melenggang pergi meninggalkanku, dan masuk ke dalam kamarnya lalu menutup rapat pintu kamar tersebut.Baru saja aku meletakkan sayuran matang di atas meja makan, Salim menghampiriku sambil membawa buku bersampul hijau yang kemarin sempat hampir aku baca.“Ada apa, Salim?” tanyaku pelan.Duh, apa dia tahu kalau aku sempat membaca halaman pertamanya. Apa aku meninggalkan sidik jariku di sana. Bisa ketahuan lancang diri ini kalau Salim sampai tahu aku membuka buku diary-nya.“Si–siapa yang merapikan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-26
Baca selengkapnya

Part 108

Salman dan Saquina datang dan langsung bergabung bersama kami.“Emmmm, harum banget wangi masakannya Bunda. Nggak sampai dua hari di Tegal, aku jadi kangen banget sama masakan Bunda Fita yang paling enak di seantero jagat raya,” puji Salman berlebihan.“Kamu ini bisa saja, Kak. Berarti Kak Salman nggak makan dong di sana, kalau masakannya nggak enak!” selorohku.“Ya tetep makan, Bun. Kan aku gampang laper!” Dia menyeringai.“Dasar perut karung!” Salim menjitak kepala adiknya.“Dari pada kakak, makannya seiprit. Ngelamunnya yang dibanyakin!” timpal Salman sembari menjulurkan lidahnya.Aku tersenyum melihat kelakuan anak-anak Mas Kenzo. Ternyata bahagia banget ya rasanya, menikah dengan duda beranak tiga, dan anaknya sudah besar-besar lagi. Banyak sekali bonus yang aku dapat dari pernikahanku dengan dia. Punya suami baik, shaleh, anak-anak yang penurut juga shaleh-shalehah.“Noh, Bunda ngeliatin kita. Dalam h
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-26
Baca selengkapnya

Part 109

“Mas ...!” teriakku seraya duduk di atas kloset.Mas Kenzo berlari tergopoh menghampiri dengan mimik yang terlihat begitu panik.“Ada apa, Sayang?” tanyanya khawatir.“Da–darah, Mas. Aku keluar darah!” Tangisku pecah, membuat Mas Kenzo bertambah cemas.Dia langsung membopongku lalu merebahkan pelan-pelan tubuh ini di atas kasur.“Salim, Salman!” teriak suamiku memanggil kedua putranya, dan dua anak muda itu berlari menghampiri kami.“Panggil Nenek, sekarang!” perintah Mas Kenzo.Mereka segera berlari keluar dan tidak lama kemudian ibu datang menghampiriku.“Efita kenapa, Zo?” tanya Ibu seraya duduk di sebelahku.“Dek Fita keluar flek, Bu,” jawab suami dengan nada cemas.“Oh, nggak apa-apa. Itu tandanya Efita sudah mau melahirkan.” Ibu menimpali dengan santai.“Tapi, Bu. Dulu Naumi tidak pernah ngeflek seperti ini pas mau lahiran.”“Nggak semua orang ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
24
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status