Home / Rumah Tangga / Kontrasepsi di Kamar Adikku / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Kontrasepsi di Kamar Adikku : Chapter 81 - Chapter 90

232 Chapters

Part 80

Dengan langkah tergopoh, seorang pria berjas putih masuk ke kamar Suni dan langsung memeriksa bocah berusia enam tahun tersebut.“Pasien sepertinya butuh transfusi darah. Siapa diantara kalian yang memiliki golongan darah AB?” Tanya dokter sembari melihat data-data pasien yang disodorkan oleh suster.“Saya, Dok!” Efita mengangkat tangan.“Tapi Ibu sedang mengandung. Jadi ibu tidak bisa menjadi pendonor. Coba ibu cari di PMI, kalau tidak ibu hubungi keluarga ibu yang memiliki golongan darah yang sama seperti pasien!” titah dokter dan langsung dituruti oleh Anita.“Fit, tolong titip Suni sebentar ya. Aku mau ke PMI dulu!” Anita berujar sambil menyambar tasnya.“Mas Agus, kenapa nggak Mas saja yang cari. Biar Anita sama aku nemenin Suni di sini!” ucap Efita seraya menatap wajah Agus yang sejak tadi hanya diam tanpa melakukan apa pun. Padahal putranya sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.“Biarin aja Nita yang nyari.
last updateLast Updated : 2023-01-29
Read more

Part 81

Suara derum mesin kendaraan terdengar masuk ke halaman rumah. Salim menyibak tirai, melongok sang Ayah yang baru saja tiba.“Ya Allah, kamu ke mana saja sih, Dek?!” Kenzo langsung menghambur memeluk istrinya, mencium pipi, dahi, serta hidungnya bertubi-tubi.Salim langsung memalingkan wajah. Menetralisir hatinya yang sedang terbakar cemburu, juga menahan air mata yang sudah hampir merebak.“Aku di rumah sakit nemenin anaknya Anita, Mas. Soalnya nggak ada yang nungguin. Ponsel aku juga mati.” Jawab Efita manja.“Memangnya Anitanya ke mana. Kok bisa kamu yang nemenin anaknya?!” tanya Kenzo, mengurai pelukannya dan membingkai wajah sang istri yang semakin terlihat cantik walaupun banyak di tumbuhi jerawat.“Ke PMI. Suni butuh transfusi darah. Darahnya sebenarnya cocok sama aku, tapi karena aku lagi hamil, jadi aku nggak bisa donorin darah buat dia.”Kenzo hanya ber oh ria mendengar cerita istrinya.“Tapi, kenapa kamu bisa pulang sama Salim?” “Bunda telepon saya. Katanya telepon Ayah tap
last updateLast Updated : 2023-01-30
Read more

Part 82

“Astaghfirullahaladzim ....” Efita mengusap dadanya sambil menghembuskan nafas kasar.“Kok kaget gitu?” Salim memicingkan mata.“Tadi saya pikir ada pencuri masuk. Ternyata kamu toh!” “Pencuri hati, Bun!” Pria berusia hampir dua puluh satu tahun itu menyeringai. “Memangnya Bunda mau ke mana?” tanyanya lagi.“Saya mau makan. Perut saya lapar!” jawab Efita sambil melenggang pergi ke dapur, sambil memegangi perutnya yang kian membuncit.Wanita berdaster motif Doraemon itu membuka tudung saji dan ternyata sudah tidak ada makanan di atas meja. Padahal, semalam masih ada dua potong ikan, yang sengaja ia sisakan karena akhir-akhir ini ia selalu merasa kelaparan saat tengah malam.“Maaf, Bun. Ikannya sudah aku makan barusan. Buat sahur!” ucap Salim, menarik kursi dan duduk berseberangan dengan ibu tirinya.“Ya sudah nggak apa-apa. Aku masak mie instan saja!” “Kalau begitu biar saya yang buatkan, spesia
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more

Part 83

“Biar Ayah antar!” ucap Kenzo ketika sang putra sudah pamit dengan nenek serta bibinya.Kenza terlihat begitu sedih ketika Salim menyalaminya dan mencium punggung tangan wanita itu dengan takzim. Dia juga berkali-kali mendaratkan ciuman di pipi lelaki muda itu, sambil terus menyapu air matanya yang sudah tumpah ruah membasahi pipi.“Hati-hati di sana ya, Nak. Ummi ... maksudnya, Bibi akan selalu mendoakan kamu, supaya kelak kamu menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat, juga membanggakan kita semua. Tolong doain Bibi juga ya, supaya Bibi sehat terus dan bisa melihat kamu diwisuda dan menikah nanti!” Lagi-lagi Kenza memeluk Salim dengan begitu erat, seolah ia enggan melepaskan kepergian pria berkulit putih itu.“Jangan mikirin kapan saya nikah, Bi. Saya baru akan menikah setelah Bibi mendapatkan pendamping hidup. Saya mau jadi orang sukses dulu.” Salim menatap wajah Kenza sambil tersenyum.Pendar di wajah Kenza langsung meredup. Bayang-b
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more

Part 84

Salim menjadi bertambah khawatir kalau sampai terjadi sesuatu kepada orang yang paling ia cintai, karena banyak sekali orang yang diam-diam merasa iri dengan kebahagiaan Efita.Pria berhidung mancung itu mengusap wajah kasar lalu duduk berjongkok di trotoar. Tiba-tiba perasaannya menjadi tidak enak serta gelisah.‘Astagfirullah!’ Gegas dia mengambil gawainya dan memesan ojek online untuk mengantar dia menyusul sang ayah ke pengadilan. Salim tidak mau ayahnya menghadapi masalah sendiri. Ia harus mendampingi pria yang sudah memberinya kasih sayang selama dua puluh satu tahun itu, memberinya dukungan serta kekuatan agar Kenzo tidak terpuruk dan kembali sakit.Ojek online yang Salim tumpangi berhenti tepat di depan kantor pengadilan. Gegas Salim berlari masuk, mencari Ayahnya karena dia melihat mobil Kenzo sudah terparkir di halaman kantor pengadilan.Hati Salim mencelos ketika melihat sang a
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more

Part 85

“Salim, ada apa?” Efita terus membuntuti Salim yang masih terus saja diam.Lelaki bertubuh jangkung itu mengenyakkan bokongnya di atas sofa, menyuruh bundanya duduk dan mulai berbicara.“Ayah ditahan, Bun!” Pelan Salim berucap, tapi laksana petir yang menyambar. “Di–ditahan, Salim? Apa ayah benar-benar melakukannya?” Kini mata Efita sudah mulai dipenuhi kaca-kaca, dan tidak lama kemudian air bah itu merebak dengan derasnya membasahi pipi.“Apa Bunda tidak percaya sama Ayah?!” Salim meninggikan nada bicaranya satu oktaf, merasa tersinggung dengan pertanyaan yang keluar dari mulut Efita.“Saya sangat percaya sama Mas Kenzo. Tapi, kenapa dia bisa sampai ditahan?”Salim menghela nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia menatap tidak tega wajah sang bunda yang sudah basah oleh air mata, apalagi tadi dia sempat membentaknya.“Ayah kalah dalam persidangan tadi. Semua bukti mengerucut kepada Ayah. Jadi unt
last updateLast Updated : 2023-02-03
Read more

Part 86

“Bunda, Quina lapar!” ucap bocah kecil itu memecah keheningan.Efita menoleh, membentuk lengkungan di bibir tipisnya, menatap wajah cantik anak tirinya yang teramat ia sayangi.“Kakak Quina mau maem apa?” tanyanya pelan.“Mau makan fried chicken,” sahut Saquina manja.“Oke bos!” Efita menautkan jari telunjuk dan ibu jarinya membentuk huruf O.Gadis berhijab merah muda itu bersorak kegirangan. Karena biasanya, Efita selalu membatasi dia mengonsumsi makanan cepat saji, dan lebih suka memberinya masakan rumahan yang sehat.Mobil hitam milik Kenzo terparkir di halaman sebuah restoran cepat saji dan semua penumpangnya segera turun. Salim menggendong Saquina masuk, disusul oleh Kenza serta Efita yang berjalan di belakang laki-laki berkulit putih itu.“Bunda sama Bibi mau makan sekalian nggak?” tanya Salim, menatap wajah bibinya lalu bergantian menatap wajah wanita yang sangat ia kagumi. Jantung Salim
last updateLast Updated : 2023-02-04
Read more

Part 87

“Ma–mas Akmal?” Efita menatap wajah mantan suaminya yang berjalan semakin mendekat. “Apa kabar, Sayang. Sudah lama kita nggak ketemu. Perut kamu makin gendut saja. Apa aku boleh menyentuh anak kita?” racau laki-laki berambut cepak itu seraya menghampiri mantan istrinya, hingga si wanita kini terpojok di sudut ruangan. “Kamu mau ngapain, Mas?!” Suara Efita terdengar semakin gemetar. “Tenang saja, Efita. Aku tidak akan menyakiti kamu. Aku Cuma rindu sama kamu.” Akmal mengusap pipi Efita, memejamkan mata menikmati seinchi demi seinchi kulit halus wanita tersebut. Dadanya kian bergemuruh, gejolak cintanya semakin membuat ia menggila, bahkan sampai membuat dia lupa bahwa dosa hukumnya menyentuh wanita yang sudah bukan lagi berstatus sebagai istrinya. “Tolong pergi dari sini, Mas. Aku mohon jangan sentuh aku.” Efita menangkupkan kedua tangannya sambil menangis tersedu. “Jangan menangis, Fita sayang. Mas nggak aka
last updateLast Updated : 2023-02-05
Read more

Part 88

Perempuan yang baru saja melahirkan anak pertamanya itu menatap sinis kakak semata wayangnya.“Diam kamu!” teriak Salim sambil menunjuk wajah Dewi. Dada Salim naik turun tidak beraturan, menahan amarah yang kian membuncah. Wajahnya memerah padam dengan rahang mengeras dan gigi menggertak.Kalau saja Kenza tidak memeganginya kuat-kuat. Pria itu pasti sudah mendaratkan tangannya di pipi Dewi yang terlihat membengkak.Melihat anak tiri kakaknya sudah berapi-api, Dewi segera pergi karena takut terkena amukan pria yang pernah menemuinya di sebuah hotel itu. Dia paham betul seperti apa Salim kalau sedang emosi.Selepas azan isya Pak RT datang dan mengajak mereka semua berbicara baik-baik dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.“Dia mau melecehkan ibu saya, Pak!” berang Salim belum bisa mengontrol emosinya.“Bohong, Pak RT. Mana ada sih suami yang mau memperkosa istrinya sendiri!” tampik Akmal sambil menyeri
last updateLast Updated : 2023-02-06
Read more

Part 89

Krieeett ....Akmal kembali masuk ke dalam kamar Dewi, karena perasaan gelisah selalu bertengger di hatinya."Allahu Akbar, Dewi!" teriaknya ketika melihat Arjuna sedang meronta-ronta karena wajah serta tubuh bayi itu tertutup bantal.Akmal langsung mengambil bantal tersebut dan Menggendong Arjuna yang sudah terlihat lemas dengan napas tersengal-sengal."Dewi, bangun!" Pria beralis tebal itu mengguncangkan kasar tubuh mantan adik iparnya."A–ada apa, Mas?" Dewi mengerjap sambil menatap Akmal serta bayinya yang terlihat lemas."Bangun buruan. Kita bawa Arjuna ke rumah sakit!" seru pria yang mengidap penyakit verikokel tersebut sambil terus mendekap Arjuna. Gurat kekhawatiran tergambar jelas di wajah Akmal. Dia diam-diam sangat menyayangi Arjuna, karena biar bagaimanapun Arjuna adalah anak Dewi dengan sang ayah. Terlebih lagi dia sangat merindukan kehadiran seorang putra ditengah-tengah kehidupannya.
last updateLast Updated : 2023-02-07
Read more
PREV
1
...
7891011
...
24
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status